Kamis, 24 Januari 2013

DOSA MEMBAWA MAUT


Oleh: Hadiran Halawa, S.Th
 
Kejadian 3:7-24

Manusia pertama sebelum jatuh kedalam dosa, hidup dengan dilingkupi oleh kemuliaan Allah oleh karena manusia diciptakan menurut Citra atau gambar Allah (kejadian 1:26), jadi manusia seutuhnya adalah gambar dari Allah sendiri. “Pengertian gambar Allah di dalam pengertian yang lebih luas atau struktural adalah seluruh karunia dan kapasitas yang memampukan manusia untuk berfungsi sebagai mana mestinya.”[1]  

Anthony A. Hoekema memilah aspek gambar Allah dalam dua bagian yaitu gambar Allah dalam aspek struktur (Berbagai karunia, kapasitas dan kemampuan alamiah) dan gambar Allah dalam aspek fungsional.[2] yang memungkinkan Adam dan Hawa hidup dalam suatu relasi  keharmonisan yang indah dalam tiga rangkap yaitu dengan Allah, sesama manusia, Alam. Karena adam memiliki potensi, karunia, kapasitas, kemampuan sebagai refleksi dari gambar pribadi Allah. Memang manusia diciptakan hanya dari debu tanah yang tidak ada harganya, tetapi yang membuat kemudian manusia punya memiliki nilai yang lebih dari segala mahkluk ciptan adalah karena citra Allah yang  juga sebagai bagiandari kemuliaan Allah melekat dalam diri manusia. 

Potensi Yang Dimiliki Oleh Manusia

Ada banyak potensi yang diberikan Allah kepada manusia sebagai cermin akan diri-Nya, diberikan dengan tujuan untuk melayani Allah dan hanya  kemulian  Allah semata.  Seperti:
Potensi Rohani:"Allah menciptakan manusia dengan memiliki unsur roh sehingga manusia disebut sebagai makhluk rohani. Kejadiran 2:7 mencatat, "ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej 2:7). Nafas hidup boleh juga diterjemahkan dengan roh. Allah adalah Roh dan manusia diciptakan dengan memiliki unsur roh. Itu berarti manusia dapat berkomunikasi dengan Allah. Roh manusia juga merupakan sarana untuk dapat menyembah Tuhan dengan benar. Yohanes mencatat, Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yoh 4:24).

Potensi Moral: Potensi moral manusia diberikan oleh Allah. Semula, manusia diciptakan sebagai makhluk yang bermoral supaya manusia dapat memancarkan kesucian Allah. Allah memberikan potensi moral sebagai suatu hak, suatu esensi dalam hakikat sebagai manusia. Moralitas manusia sangat dibutuhkan dalam hubungannya dengan diri sendiri, dengan sesama, dan juga dalam hubungannya dengan alam semesta. Dalam hubungan dengan diri sendiri, moralitas yang memancarkan kesucian Allah akan membuat ia sangat menghargai diri dan tidak menggunakan dirinya untuk maksud-maksud yang jahat dan tidak terpuji. Ia pun akan menempatkan diri secara benar ketika beribadah kepada Allah. Juga dalam relasinya dengan sesama ia tidak akan menempatkan diri di atas dan memandang rendah sesamanya, dan juga tidak menempatkan diri di bawah sehingga menghina dirinya sebagai ciptaan Allah yang mulia.\

Potensi Rasio: Allah itu berpikir dan merencanakan. Itu sebabnya ketika manusia diciptakan-Nya sesuai gambar dan rupa-Nya, manusia juga diberikan potensi rasio yang memungkinkan untuk berpikir, menghitung, merencanakan, menganalisis, berimajinasi, dan lain sebagainya, yang dalah pekerjaan logika. Karena memiliki rasio, manusia dapat terbang sampai ke bulan, dapat membangun gedung pencakar langit, teknologi informasi yang sedemikian canggih dan sebagainya. Namun, tidak dapat disangkali bahwa dampak dari kemajuan yang telah dihasilkan oleh rasio manusia juga adalah degradasi moral. Manusia semakin sombong, yang membawanya semakin tidak mampu mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama.

Potensi Berkuasa: Allah adalah Tuhan, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan "Lord", istilah yang juga digunakan untuk orang-orang yang dianggap memiliki kekuasaan tertentu. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia menciptakan manusia yang bersifat ketuanan (the Mastership). Oleh karena itu, manusia ditetapkan Allah untuk menjadi "tuan" atas ciptaan yang lain. Alkitab mencatat, "Allah memberkati mereka: ... penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kej 1:28). Otoritas manusia sebagai tuan atas seluruh bumi diberikan oleh Allah pencipta, supaya manusia menunjuk kepada kemahakuasaan dan kedaulatan Allah. Manusia bukanlah tuan atas segala tuan, sebagai tuan, manusia tetap harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada tuan atas segala tuan, yaitu Allah Sang Pencipta.

Potensi Kreatifitas: Manusia diciptakan oleh Allah yang menganugerahkan daya cipta kepadanya. Penggunaan daya cipta tersebut ditujukan untuk menyatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan daya cipta seperti Allah. Sebab dengan daya cipta-Nya, Allah merencanakan da menciptakan segala sesuatu dengan kreativitas yang tinggi. Kreativitas manusia diperlukan dalam upayanya untuk melaksanakan tugas Allah, tugas untuk membangun dan memelihara bumi (Kej 1:28; 2:15). Bumi yang semula diciptakan Allah memerlukan daya kreativitas yang tinggi dari Adam dan Hawa dalam pengelolaannya. Allah Pencipta telah menyediakan sarana dan prasarana, dan manusia tinggal menggunakan daya kreativitas yang sudah diberikan Tuhan kepadanya”[3]

Ketika manusia jatuh dalam dosa tidaklah terjadi kerusakan total atau kehilangan sama sekali gambar Allah dalam diri manusia, seluruh potensi yang telah telah dikaruniakan Tuhan kepada manusia tidaklah hilang atau rusak total seperti pandangan beberapa para teolog. Anthony A. Hoekema mengatakan bahwa “Kita harusnya mengatakan bahwa gambar Allah telah diselewengkan atau terdistorsi oleh kejatuhan, tetapi gambar itu masih ada. Yang membuat dosa begitu serius adalah karena manusia memakai kekuatan-kekuatan yang Allah berikan untuk mencritarakan Dia, Justru untuk melakukan hal-hal yang mencemooh penciptanya.”[4]
 
Gambar Allah dalam diri manusia masih tetap ada, tetapi telah mengalami kerusakan, tidak lagi berfungsi sebagai mana yang seharusnya, inilah yang disebut dengan dosa, dalam bahasa Yunani ‘hamartia’ artinya meleset dari sasaran/tidak mengena sasaran. Semua hal yang dikerjakan manusia tidak mendatangkan kebenaran dihadapan Allah, bertolak belakang dengan kehendak Allah oleh karena dosa sudah berkuasa  atas manusia. Moral manusia jadi rusak tidak lagi mencapai standart moral Allah sebagaimana dulu manusia hidup di taman Eden.

Dampak Kejatuhan Manusia Dalam Dosa
  • Manusia Kehilangan Kemuliaan Allah
Dampak kejatuhan  manusia pertama yang telah kehilangan kemuliaan, gambar Allah rusak dalam dirinya oleh karena dosa telah mengusainya, begitu nyatanya kelihatan pada saat itu juga. Setelah Adam dan Hawa memakan buah pohon pengetahuan, maka terbukalah mata mereka dan mereka tahun bahwa mereka telanjang. Yang jadi pertanyaannya adalah kenapa, sebelum jatuh dalam dosa mereka tidaki tahu kalau mereka telanjang?, jawabannya adalah sebab mereka diselimuti oleh kemuliaan Allah, oleh karena hidup dalam kekudusan sebagaimana Allah kudus adanya. Pada saat mereka melakukan dosa maka pada saat itu juga mereka kehilangan kemuliaan Allah. 

Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Roma 3:32 “Karena semua orang telah berbuat dosa  dan telah kehilangan kemuliaan Allah,. "...telah kehilangan kemuliaan Allah" Arti dari anak kalimat ini banyak didiskusikan oleh para penafsir. Rupanya maksud Paulus di sini adalah bahwa manusia, sebagai gambar Allah, dimaksudkan untuk bersekutu dengan Allah sehingga dia boleh mengambil bagian dalam kemuliaan Allah, tetapi karena dosa, maka sekarang manusia tidak boleh mengambil bagian dalam kemuliaan Allah. Demikianlah keadaan manusia. Tidak ada harapan bagi dia. Dia telah berbuat dosa dan dia jauh dari kemuliaan Allah.[5]
 
Ada hubungan yang sangat erat antara jatuhnya manusia dalam dosa (tidak hidup kekudusan ) dan hilangnya atau menjauh dari kemuliaan Allah. Kekudusan manusia melahirkan kemuliaan Allah atau mengambil bagian dalam kemuliaan Allah. Kata kemuliaan  dalam Alkitab memiliki arti “bobot/Kualitas” Dalam bahasa Yunani memakai kata “Doxa dan Ibrani memakai kata “kabod”.  Kemuliaan Allah Tentunnya ini berbicara tentang, nilai dan kualitas  kekayaan, kemegahan, kehormatan, kewibaaan, keagaungan, semarak Allah yang terbaik dan  sempurna dalam diri Allah.

Kemuliaan yang terbaik dan sempurna dari Tuhan, itu dihasilkan oleh karena kekudusannya yang sempurna. Ibarat emas murni, disebut sebagai logam mulia karena semua unsur yang tidak berguna dipisahkan darinya[6].  Jadi manusia pertama sebelum jatuh kedalam dosa, hidup dalam kekudusan sebagai akibatnya mengambil bagian dalam kemuliaan Allah ini. Tetapi ketika manusia jatuh dalam dosa, hidup dikuasai oleh dosa, tidak hidup dalam kekudusan maka akibatnya adalah Tidak lagi ada kemuliaan Allah di dalamnya. Sebab seluruh citra Allah yang berupa potensi Rohani, Moral, Rasio, berkuasa, kreatifitas, telah menjadi rusak dalam fungsi. Terjadi penyelewengan, bukan lagi untuk melayani Allah tetapi justru untuk melayani Dosa. 
  • Penyimpangan Citra Diri Manusia
Pada saat kejatuhan manusia dalam dosa terjadilah pemyimpangan ganda pada citra diri yaitu, sikap meninggikan citra diri yang berlebihan dan sikap merendahkan citra diri yang berlebihan.[7]

-Sikap meninggikan citra diri yang berlebihan ditandai dengan;

Manusia menjadi “allah” dirinya sendiri

Setelah mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat (kejadian 3:7). Dampak kejatuhan manusia dalam dosa berikutnya adalah manusia telah menjadi “allah bagi dirinya sendiri. Hal itu terbukti dengan mereka langsung menyemat daun pohon ara dan membuat cawat, yang mungkin mereka pikir itulah yang terbaik, tanpa harus bertanya kepada Tuhan. Manusia tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, berjalan, berusaha, memutuskan sesuatu sesuai dengan pemikirannya sendiri yang telah dikuasai oleh dosa, yang pastinya akan selalu salah dan tidak pernah benar dalam pandangan Allah.Hal ini terbukti bahwa Allah tidak menghendaki mereka menyemat daun pohon ara untuk menutupi tubuhnya. Allah telah meggantikannya dengan kulit binatang. Dalam hal ini Jhon Wesley Brill mengatakan “Setelah Adam jatuh dalam dosa, maka manusia selalu berusaha untuk menyelamatkan dirinya sendiri, ia telah mencoba menenun bagi dirinya sendiri suatu jubah kebenaran. Tudung itu bukan tudung darah dan bukan tudung yang berasal dari Allah, dan bukan jalan keselamatan dari Allah. Pengharapan manusia hanya di dalam menerima tudung  kebenaran yang telah disediakan oleh Tuhan.”[8]
 
 Membenarkan Diri Sendiri

Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,  dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." Kejadian 3:12)

“Di sini kita melihat satu akibat dosa yang paling buruk, meskipun mereka berdosa dan bersalah, tetapi mereka mencoba membenarkan diri sendiri. Bilamana seseorang mencoba membenarkan dirinya sendiri, ia selalu menyalahkan orang lain. Adam telah menyalahkan Hawa, tetapi lebih daripada itu ia telah menyalahkan Allah juga dalam perkataannya, Perempuan yang Kautempatkan di sisiku” (kejadian 3:12). Seolah-seolah ia berkata “Itu salah Tuhan sendiri, yang telah memberikan perempuan itu kepadaku, sebab kalau Tuhan tidak memberikan perempuan itu, tentu pelanggaran itu tidak akan terjadi” Pada masa ini banyak orang berdosa yang juga mencoba menyalahkan Allah.”[9]
Dalam usaha membenarkan dirinya, manusia dari generasi-kegenerasi telah seringkali menyalahkan Allah dalam setiap kondisi buruk yang menimpa mereka.

 Manusia melemparkan tanggung jawab kepada penciptanya,yang seharusnya menjadi  tanggung jawab Pribadinya sendiri. Cerita sejarah dalam Alkitab tentang bangasa Israel yang hidup dalam persungut-sungutan kepada Tuhan dipadang gurun selam 40 tahun. Mereka selalu menyalahkan Tuhan dengan membawa mereka keluar dari tanah mesir, kepadang gurun. Bahkan sadar atau tidak sadar sikap seperti ini, kerap kali kita alami dalam kehidupan ini setiap hari, ketika persoalan, penderitaan, kesusahan datang menghadang jalan hidup kita, maka kita cenderung mengeluh, berbantah-bantah, bahkan menggerutu dalam hati yang secara tidak langsung kita menyalahkan Tuhan, dengan berkata “kenapa Tuhan Izinkan masalah ini datang dalam hidupku..?”. Sama seperti Adam yang mau berkata “Kenapa Tuhan Izinkan Hawa ada disisiku..?". Manusia tidak mau menerima tanggung jawab untuk menerima kenyataan bahwa dirinya salah.

Menyalahkan Orang Lain
"Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,  dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan. Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."Kejadian 3:12-13)

“Adam telah menyalahkan Hawa dari sebab dosanya sendiri, dan Hawa telah menyalahkan si ular (Iblis) dari sebab dosanya sendiri.”[10]  Sudah menjadi sifat jelek setiap manusia, lebih cenderung menyalahkan orang lain dari pada menyalahkan diri sendiri. Lebih mudah mengatakan “Dia yang salah” dari pada “Aku yang salah”. Sekali lagi sejak kejatuhan manusia dalam dosa, manusia tidak punya rasa tanggungg jawab lagi terhadap  apa yang sudah dia lakukan. Barangkali kita seringkali kita melihat, menyaksikan, bahkan mungkin kita alami sendiri praktek dari “lempar batu sembunyi tangan” ini. 

Kita mungkin sudah pernah mengalaminya, atau orang lain disekitar kita bagaiaman kita dipersalahakan karena melakukan sesuatu pelanggaran, padahal pada kenyataanya bukan kita yang melakukannya, tetapi orang lain menduh bahwa kita yang melakukannya. Demikian juga sebaliknya kita menuduh orang lain yang bersalah, atau orang lain yang jadi pemicu timbulnya permasalahan sehingga kita terlibat dalam masalh itu, pada hal pada kenyataannya kitalah sebenarnya dalangnya. Manusia sangat tidak mau dipersalahkan, selalu ingin benar dan menang sendiri, Ego sentries.

-Sikap merendahkan citra diri yang berlebihan ditandai dengan:

Manusia dalam penjara rasa malu

Adam dan hawa menjadi malu. Sebelum jatuh dalam dosa rasa malu sama sekali tidak mereka kenal, tetapi sesuatu yang lain terjadi, menusia menjadi malu, minder, dengan melihat kenyataan kekurangan dirinya. Bukan hanya malu karena telanjang tetapi, merasa malu dihadapan Tuhan karena dirinya sudah tidak seperti yang dulu lagi dalam keadaan yang sempurna belum tersentuh oleh dosa. Sekarang harus menanggung rasa malu karena banyak kekurangan dalam dirinya jauh dari kesempurnan. Rasa malu timbul biasanya karena ada hal yang kurang, yang tidak beres dari yang seharusnya. Gambar diri Allah dalam diri manusia yang dulunya sempurna tak ada cacat sekarang sudah rusak dalam fungsinya, terjadi penyimpangan. Sampai saat ini setiap manusia pasti memiliki rasa malu dalam dirinya walaupun kadarnya ada yang besar dan ada yang kecil, tergantung bagaimana gambar diri Allah yang rusak itu di pulihkan kembali, melalui Yesus Kristus.

Tidak sedikit orang orang yang terperangkap dalam “penjara” rasa malu, karena citra dirinya telah dirusak oleh dosa .Banyak orang merasa minder, rendah diri, sehingga tidak memaksimalkan hidupnya. Saya juga dahulu termasuk di dalamnya, terperangkap dalam “penjara” rasa malu, minder selama 18 tahun. Takut berdiri dan berbicara dihadapan publik. Merasa minder dengan teman-teman di sekolah. Sulit untuk bergaul, terlalu menutup diri. Sampai akhirnya saya dijamah Tuhan di akhir tahun 2003 dalam suatu persekutuan ibadah. Dan mengalami pertobatan yang sungguh, menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat.

Tuhan kemudian memulihkan Citra diri saya yang telah rusak oleh karena dosa asal yang melekat dalam diri ini. Saya dibebaskan Tuhan dari “penjara” rasa malu, minder, dengan tidak menaruh nilai diri saya kepada kekurangan dan kelebihan yang saya miliki, melainkan menaruh nilai diri dengan nilai yang sudah ditebus oleh dara Yesus Kristus dikayu salib, Harga diri saya sangat berharga, seharga darah Yesus yang telah tercurah dikayu salib, bahwa saya adalah anak Raja segala raja. Saya tidak lagi hidup dengan apa kata diri saya tentang diri saya sendiri dan juga tidak menurut apa kata orang, tetapi menuruti apa kata Firman Tuhan. 

Manusia dalam penjara rasa Takut

“Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?  " Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut,  karena aku telanjang” Kejadian 3:9-10.

Ketakutan dalam diri Adam ketika mendengar suara Tuhan bukan semata-mata hanya karena ia telanjang saja, tetapi sebenarnya oleh karena dia sudah melakukan dosa, telanggar perintah Tuhan, telah menyakiti hati Tuhan, ada yang salah sehingg merasa takut. Seharusnya ia berkata “aku takut karena aku telah  berdosa”, tetapi ia malah berkata “aku men jadi takut, karena aku telanjang.[11]” Sebab hakekat dari pada ketakutan adalah dosa. ketakutan dan kecemasan merupakan hasil dari dosa dan kesalahan kita. Jika kita melakukansuatu dosa akan timbul kecemasan dan ketakutan, hal ini dimungkinkan, karena Tuhan menginginkan perhatian kita. "Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, ia tidak takut, ia dan Hawa bagaikan anak-anak yang selalu senang, mereka menemui Allah pada waktu kapan saja bila mereka mendengar suara-Nya. Tetapi kini sesuatu yang baru telah masuk ke dalam kehidupan manusia, yaitu ketakutan. Dosa telah membuat suatu rantai ketakutan yang sampai kini masih mengikat manusia." [12]

Ketakutan telah melekat dalam diri manusia sejak lahir. Manusia diperhadapkan dengan berbagai macam ragam ketakutan tiap-tiap harinya. Takit berpergian, takut sakit, takut ketinggian, takut mati takut, takut kecelakaan, takut ditolak, takut bertambah usia, takut tdak menikah, dan lain sebagainya ada "seribu satu" ketakutan  dalam diri manusia yang Iblis pakai untuk menawan dan mengendalikan hidup manusia dengan rasa takut. Ketakutan adalah suatu roh jahat yang dipakai Iblis untuk menyiksa manusia supaya terus hidup dalam ktakutan, itulah sebabnya Rasul Paulus berkata “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,  melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” 1 Timotius 1:7. 

Seorang anak Tuhan yang sudah percaya Yesus, tidak boleh hidup lagi dalam “penjara” ketakutan tiap harinya. Jangan mau diperbudak oleh Iblis dengan menaruhkan rasa takut demi rasa takut terhadap berbagai hal dalam pemikiran kita. Sebab Tuhan telah memberikan kita roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Tidak ada yang perlu lagi kita takuti sebagai anak-anak Tuhan, kalau hidup kiita benar-benar tinggal dalam kekudusan tiap harinya. Ketakutan mucul ketika kita hidup dalam dosa, jauh dari persekutuan yang intim dengan Tuhan. Demikianlah dahulu nenek moyang kita mulai hidup dalam ketakutan oleh karena telah jatuh dalam dosa dan jauh dari persekutuan dengan Tuhan.

Manusia dalam penjara menyembunyikan pelanggaran

“Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan  dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah   manusia  dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman”. Kajadian 3:8

“Dengan bodoh Adam dan Hawa menyangka  bahwa Dapat menyembunyikan diri mereka dari mereka dari hadirat Allah. Keturunan mereka juga bodoh karena mereka pun mencoba menyembunyikan pelanggarannya, tidak mau menghadap Allah untuk mengakui dosa mereka dan mencari pengampunan.”[13] Sejak kejathuan manusia pertama dalam dosa maka sifat menyembunyikan pelanggaran telah melekat kuat dalam hati manusia. Bukan hanya orang-orang yang telah dewasa yang pandai menyembunyikan  pelanggaran, tetapi anak yang masih kecilpun bisa menyembnyikan pelanggaran dari hadapan orang tuanya. Manusia sangat sulit, dan bahkan tidak berani untuk mengakui pelanggaran yang sudah ia lakukan dihadapan Tuhan.Tidak mau menanggung resiko sebagai konsekuensi atas dosanya. Manusia tidak sanggup berdiri dihadapan Allah yang Kudus dan Mulia.

Manusia lebih memilih untuk menjauh dan bersembunyi dari hadirat Allah, menanggung rasa bersalah terus menerus, hidup dalam tekanan dosa, tidak memiliki damai sejahtera dan sukacita, bahkan memilih mati dari pada harus mengakui pelanggarannya dengan jujur dihadapan Tuhan. Itulah kebodohan manusia, Iblis membutakan pikiran manusia dengan tidak membiarkan mengakui setiap pelanggarannya. Sebab kalau manusia mengakui pelanggarannya maka akan memperoleh belas kasihan. Seperti kata salamo dalam amsal “Siapa menyembunyikan pelanggarannya  tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya  dan meninggalkannya akan disayangi (Amsal 28:13). Bahkan dosa pelanggaran kita diampuni oleh Tuhan kalau kita berani datang mengakui dengan segala kerendahan hati dan penuh penyeslana “Jika kita mengaku dosa kita  , maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa   kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9).
  • Kematian Rohani
“Allah mengusir manusia dari hadapan-Nya, dan Ia tidak membiarkan manusia yang berdosa ada dalam persekutuan dengan-Nya (Kej 3:24). Ini merupakan bagi manusia sebab pada dasarnya manusia diciptakan untuk berhubungan dengan penciptanya. Roh manusia yang diberikan oleh Allah mengalami keterpisahan dari Roh Allah yang hidup. Kematian ini juga menyebabkan manusia kehilangan kemuliaan Allah yang melekat kepadanya (Rom 3:23; Efe 2:1).
  • Kematian Jasmani
Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk mati dan kembali menjadi tanah, tetapi dosa menyebabkan manusia pasti mengalami kematian dan menjadi tanah kembali. Alkitab mencatat, "Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah" (Kej 3:19). Kehilangan kemuliaan Allah menyebabkan kualitas tubuh manusia menurun drastis. Kematian jasmani merupakan konsekuensi dari keberdosaan manusia, seperti dikatakan oleh Paulus, "Sebab upah dosa ialah maut" (Rom 6:23.
  • Rusak Hubungan Dengan Sesama
Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Ungkapan ini ada benarnya karena berdasarkan fakta manusia bisa saling merugikan dan saling mencelakakan di dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengejar kesenangan hidup. Hubungan antar manusia tidak lagi harmonis sejak fakta kejatuhan dalam dosa. Manusia saling mempersalahkan (Kej 3:12-13). Peristiwa Kain membunuh Habel merupakan bukti selanjutnya. Sejak saat itu manusia selalu harus berhati-hati dalam berhubungan dengan sesamanya. Memang ada pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini hanya memiliki separuh kebenaran. Kebenaran yang melengkapinya adalah tak kenal, maka tak benci. Kalau mau jujur, orang-orang yang berselisih tajam, saling membenci, saling mengecewakan, bahkan saling membunuh, umumnya adalah orang-orang yang saling kenal, bahkan tidak jarang mereka mempunyai kedekatan secara emosional. Manusia menjadi makhluk yang tinggi egosentrisnya, dan itu sebabnya mengapa manusia menjadi sulit bersekutu dengan sesamanya. Keadaan ini sebenarnya bersumber dari rusaknya hubungan manusia dengan Allah sehingga manusia tidak tahu membedakan manakah kehendak Allah dan manakah yang bukan. Semuanya hanya menuruti hawa nafsunya sendiri.
  • Rusak Keharmonisan Antara Manusia Dengan Alama
Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta dalam keadaan yang harmonis dan sungguh amat baik. Alkitab mencatat, "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik" (Kej 1:31). Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam membutuhkan manusia untuk memelihara dan menatanya. Manusia dan alam memiliki hubungan interdependensi yang kuat dan erat. Namun, dosa menyebabkan manusia tidak mampu memelihara dan mengusahakan alam, tetapi justru semena-mena karena keserakahannya. Teknologi yang dibuat manusia cenderung ditujukan untuk merusak alam sehingga dunia sekarang dihantui oleh krisis lingkungan hidup seperti bocornya ozon, banjir karena gundulnya hutan, efek rumah kaca, dan sebagainya yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, kesengsaraan bahkan kepunahan makhluk hidup, terkikisnya kekayaan, krisis air bersih, dan sebagainya.

Persoalan utama bukanlah karena alam pada dasarnya tidak baik, tetapi karena manusia yang menyebabkan alam tidak lagi harmonis dan seimbang. Bukankah tugas mengelola dan memelihara bumi ada pada pundak manusia (Kej 1:28; 2:15)? Krisis lingkungan diciptakan oleh manusia dan membawa ancaman bagi manusia sendiri. Bumi saat ini sedang diantar oleh manusia menuju kehancuran dan kemusnahan.
  •  Manusia Akrab Dengan Penderitaan Karena Dosa
Waktu manusia jatuh dalam dosa Allah berfirman, "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu, ... maka terkutuklah tanah karena engkau, dengan bersusah payah engkau akan mencari rejekimu, ... dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu sampai engkau kembali lagi menjadi tanah" (Kej 3:16-19). Karena keberdosaannya, manusia akan akrab dengan penderitaan fisik dan psikis seumur hidupnya. Saya tidak mengatakan bahwa sejak bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus manusia tidak lagi akan sakit dan menderita. Keputusan untuk mengikut Tuhan juga diiringi dengan penderitaan yang harus dipikul. Namun, penderitaan bersama Kristus justru mendatangkan kemuliaan surgawi, sementara penderitaan karena dosa akan mendatangkan kesengsaraan kekal. Pengertian penderitaan di sini adalah sejak manusia jatuh dalam dosa, Allah membiarkan manusia mengalami banyak penderitaan sehingga penderitaan menjadi akrab dengan manusia seumur hidupnya. Akibat dosa ialah hukuman dan penderitaan.
  • Hukuman Kekal
Dosa mendatangkan maut dan kebinasaan. Allah telah menyiapkan hukuman kekal sebagai tempat kekal manusia yang tidak kembali kepada-Nya, yaitu neraka. Di dalam neraka, manusia mengalami keterpisahan dari Allah. Tempat ini merupakan tempat yang mengerikan di mana manusia tidak akan pernah mati lagi secara fisik. Ia akan menderita karena ada api yang tak terpadamkan, ratap tangis dan kertakan gigi, ada kegelapan yang mengerikan serta ada ulat yang terus-menerus menggerogoti tubuh manusia berdosa. Jika manusia sudah masuk dalam neraka, ia tidak mungkin dapat keluar lagi, tidak mungkin ada kesempatan untuk bertobat.”[14]

Semua dampak dari kejatuhan manusia pertama dalam dosa telah melekat erat dalam setiap kehidupan manusia di dunia tanpa terkecuali. Semua jenis penderitaan dalam dunia ini, bencana, kelaparan, kecelakaan, kematian, sakit penyakit, kemiskinan, semuanya berakar dari dampak kejatuhan manusia dalam dosa. Jhon Wesley Brill mengatakan bahwa“Alkitab menerangkan kepada kita bahwa dosa telah kedalam manusia oleh sebab dosa Adam (Roma 5:12-19). Oleh sebab itu tiap-tiap manusia dilharikan dalam dosa dan mempunyai sifat dosa (Roma3:9-23;11:32; Galatia 3:22; Mazmur 14; 51:7; Yesaya 53:6)”[15]. Dosa telah membawa kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, merusak hubungannya dengan Allah, hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Alam. Sudah tidak ada lagi keharmonisan dalam relasi tiga rangkap ini.

By: Hadiran Halawa, S.Th


Catatan: 
1.Hoekema Anthony, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, (2010, Cetakan ketiga Momentum),halaman 91.
2.       Ibid, halaman 93
3.  Rey Hendra, Manusia Dari Penciptaan Sampai Kekekalan Yayasan Penerbit, Versi Elektronik (2002 Gandum Mas- Yayasan Lembaga SABDA (YLSA))
4.  A. Hoekema Anthony, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, (2010, Cetakan ketiga Momentum),halaman 93.
5.      Hagelberg, Dave. Tafsiran Roma: dari bahasa Yunani.( Jakarta: Yayasan Kalam Hidup. 2004.)
6.       Bridges Jeryy, Mengejar Kekudusan, (2009, Cetakan ke-3, Navpress Indonesia, halaman 22. .
7.       Hoekema Anthony, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, (2010, Cetakan ketiga Momentum),halaman 107.
8.       Ibid, halaman 186-187.
9.       Wesley Brill. J, Dasar Yang Teguh (Cetakan kelima, Bandung, Kalam Hidup), halaman 187.
10.   Ibid.
11.   Hoekema Anthony, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, (2010, Cetakan ketiga Momentum),halaman 134.
12.   Apa yang dikatakan Alkitab tentang ketakutan,( Christian answer.net)  
13.   Wesley Brill. J, Dasar Yang Teguh (Cetakan kelima, Bandung, Kalam Hidup), halaman 187.
14.   Ibid.
15.  Rey Hendra, Manusia Dari Penciptaan Sampai Kekekalan Yayasan Penerbit, Versi Elektronik (2002 Gandum Mas- Yayasan Lembaga SABDA (YLSA))
16.   Wesley Brill. J, Dasar Yang Teguh (Cetakan kelima, Bandung, Kalam Hidup), halaman 189.

















Senin, 21 Januari 2013

KEJATUHAN MANUSIA DALAM DOSA




Oleh: Hadiran Halawa, S.Th


Kejadian 3:1-7

Kehidupan manusia pertama di taman Eden yang begitu indah, bahagia, nyaman, damai, sukacita, tidaklah dinikmati untuk  selamanya, seperti yang Tuhan harapkan dan rencanakan untuk kehidupan manusia. Pada akhrinya manusia harus terusir dari taman yang begitu menyenangkan itu yang telah dirancang Allah bagi mereka dengan begitu indah, setelah manusia menentukan pilihan untuk lebih tunduk dan taat kepada bujuk rayu Iblis dari pada tunduk dan taat kepada perintah Allah untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan itu. “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati "Kejadian 2:16-17.

Saya pikir Allah sudah terlalu baik kepada manusia dengan memberikan kebebasan untuk memakan semua buah jenis pohon yang ada dalam taman dengan bebas, hanya satu saja “permintaan” Tuhan kepada manusia yaitu supaya tidak memakan buah pohon pengetahuan yang akan membawa kematian. Semestinya manusia pertama bisa memahami hal ini kalau saya boleh perbandingkan kebebasan yang diberikan kepada manusia dengan larangan Tuhan 1000:1, Sebenarnya tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mau tunduk kepada perintah Tuhan, apalagi intrsuksi dari Tuhan sangat jelas bahwa kalau buah pohon pengetahauan itu dimakan jelas konsekuensi harus “mati”. Manusia pertama tidak taat dengan satu larangan saja dari Tuhan, Manusia pertama gagal dengan satu ujian saja dari Tuhan.

Ada banyak orang yang bertanya kenapa Tuhan menempatkan pohon pengetahuan di taman sehingga membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Tidak sedikit orang yang mempersalahkan Tuhan karena pertanyaan ini, dengan mengatakan “Tuhan tidak adil”, “Tuhan bukanlah Allah yang baik bagi ciptaan-Nya” karena bagi pemikiran sebenarnya secara tidak langsung Allah membunuh manusia ciptaan-Nya sendiri, sudah tahu manusia pasti jatuh dengan memakan buah pohon pengetahuan itu, tetapi kenapa justru ditempatkan pohon itu di taman. Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama dulu kita harus memahami bahwa, Manusia yang diciptakan Tuhan bukanlah manusia robot yang sudah diprogram begitu rupa, sehingga tidak perlu kehendek bebas untuk memilih. Manusia diciptakan dengan memilki kehendak bebas untuk memilih. Dalam hal ini Ingrid listiati mengatakan bahwa “manusia selain diciptakan dengan akal budi, juga diberi kehendak bebas. Akal budi dan kehendak bebas inilah yang juga terdapat pada para malaikat, dan kita ketahui bahwa ada sejumlah malaikat yang juga yang memilih untuk tidak taat kepada Allah”[1].

Apa itu kehendak bebas..?? “Kehendak bebas (free will ) adalah suatu karunia yang diberikan Tuhan kepada manusia, karunia ini adalah suatu karunia yang besar pengaruhnya dalam diri manusia, suatu karunia yang membuat manusia dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya, manusia sendiri bisa untuk memutuskan apa yang hendak dia lakukan, apakah dia mau untuk mengikuti kehendak Tuhan ataukah kehendaknya sendiri”[2]. Manusia berhak untuk menentukan pilihan atas hidupnya antara tundak terhadap kuasa dosa atau memilih untuk tunduk dan taat kepada Tuhan pencipta-Nya.

Tentunya akan timbul satu pertanyaan baru kenapa Tuhan memberi kehendak bebas kepada manusia..?, “Tuhan inginkan dari kita manusia suatu tanggapan, suatu kesadaran untuk mengikutiNya, suatu perbuatan yang kita lakukan adalah untukNya, dia tidak mengatur kita seperti boneka/robot dalam kehidupan ini, memang Dia selalu membimbing kita, Dia selalu mengawasi kita, Dia selalu memberikan kita pandangan yang muncul dalam suara hati kita jika kita ingin melakukan suatu perbuatan/pilihan. Disinilah Tuhan berperan, Dia mau manusia mengikuti kata kecilNya itu, suara hati itu yang mana itu adalah suaraNya, tapi kadang kita terlalu sibuk dan tidak mendengarkannya sehingga kita sering mengambil suatu keputusan dengan tidak penuh pertimbangan, lama-lama suara hati ini akan menjadi lebih kecil suaranya sehingga hampir tidak ada, berbeda dengan orang yang mendengarkannya, semakin didengarkan suara hati itu semakin lama menjadi besar dan setiap melakukan suatu perbuatan yang tidak baik timbulah pelarangan sebelumnya dari hatinya yang mana Tuhan sebenarnya yang berkata”[3].  Jadi sangat jelas Tuhan mau manusia percaya kepadanya bukan karena keterpaksaan, Allah mau suatu ketaan yang murni, dengan sebuah pertimbagan dan kesadaran yang tinggi untuk memilih.

Demikian halnya dengan soal kenapa Tuhan menaruh pohon pengetahauan tentang yang baik dan yang jahat..? pastinya Tuhan menempatkan pohon itu sebagai ujian bagi ketaatan manusia, jhon Wesley Brill mengatakan hal ini bahwa “Allah menempatkan pohon itu karena Ia hendak menguji manusia apakah manusia mentaati apa yang dipesankan Allah kepadanya. Kalau manusia mentaati peraturan itu maka tentu ia akan mendapat pahala, dan  kalau tidak taat tentu ia akan mendapat hukuman”[4] . Bagaimana kita tahu bahwa seorang anak sekolah kelas 1 SD, sudah layak naik di kelas 2 SD, tentunya harus melewati ujian dulu. Demikianlah kira-kira gambaran alasan mengapa Tuhan menempatkan Pohon pengetahuan ditaman. Kelihatannya ujian ini begitu sederhana tetapi konsekuensi amatlah besar yang akan mempengaruhi seluruh kehidupan  manusia itu sendiri. Sekali lagi Allah mau manusia yang dia ciptakan taat kepada-Nya bukan karena terpaksa,atau karena telah “diprogram dengan komputer sorgawi” tapi Allah mau manusia tunduk dan taat kepadanya karena sebuah plihan sadar manusia, untuk itu Allah harus meletakan sebuah “pohon ujian” bagi manusia ditaman eden.

Iblis memakai Ular ciptaan Tuhan sendiri yang konon paling cerdik dari segala binatang yang dijadikan oleh TUHAN Allah, untuk membujuk, merayu, dan akhirnya jatuh dalam dosa (Kejadian 3:1). Berbagai pandangan tentang  ular yang dikisahkan dalam kejadian sebagai ikon dalam kejatuhan manusia, apakah diartikan secara harafiah, atau hanya bentuk dari Antropomorfisme..? menurut hemat saya, ular yang diceritakan dalam kejadian pasal 3 ini adalah benar-benar ular, hal ini didukung dari pandangan Anthony A. Hoekema yang mengatakan “ Jadi, kita harus memahami ular di Kejadian 3 sebagai seekor ular actual yang benar-benar berbicara (melalui kekuataun jahat Iblis), tetapi yang merupakan alat Setan. Dengan kata lain, setan memakai ular sebagai alatnya untuk membawa orang tua pertama kita berdosa kepada Allah”[5]. Semakin jelas lagi dengan kita memperhatikan bahwa ular juga mendapat hukuman dari Tuhan Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu” Kejadian 3:14.

Sejenak kita merenung dan bertanya, kenapa Iblis tidak memakai burung yang bisa berkicau, atau anjing yang bisa menggonggong, kenapa harus memakai ular..?. Menarik untuk kita perhatikan, Alkitab dengan jelas menerangkan kepada kita bahwa Ular adalah binatang yang paling cerdik dari segala binatang (Kejadian 3:1). Satu pelajaran penting yang bisa kita petik dari sini bahwa salah satu strategi jitunya Iblis untuk menjatuhkan manusia dalam dosa adalah dengan memanfaatkan orang-orang cerdas, orang-orang pintar, pemimpin-pemimpin yang punya pengaruh, sekilas kita melihat kebelakang dalam sejarah bagaimana Iblis memakia orang- oarng cerdas, pintar dan pemimpin yang berkuasa. Iblis memakai firaun untuk membantai semua anak  laki-laki yang baru lahir bagi bani Israel, Iblis memakai horedes dengan membantai anak-anak dibawah umur 2 tahun di bangsa Israel dalam usahanya membunuh bayi Yesus.

Iblis memakai para Ahli taurat, dan orang farisi untuk menyalibkan Yesus. Iblis memakai Yudas seorang bendarahara yang pintar untuk menjual Yesus. Iblis memakai Kaisar Nero untuk membantai orang Kristen di Roma. Iblis memakai Hitler Untuk membantai 6.000.000 orang Yahudi. Iblis memakain Osama Bin laden sebagai dalang  dalam pembunuhan massal dengan membom gedung pentagon AS. Masih banyak lagi orang-orang pintar yang berpengaruh diperalat oleh Iblis dalam rencananya menggagalkan setiap rencan Tuhan dalam kehidupan manusia. Ada banyak orang-orang pintar, bahkan doktor-doktor teologi sekalipun dipakai Iblis untuk memutar balikan kebenaran Allah, bahkan tidak sedikit menjadi ateis, dan murtad.

Strategi Jitu Iblis berikutnya adalah dengan menggunakan ayat Firman Tuhan, tapi yang sudah diputar balikan. Iblis memulai dengan pertanyaan pancingan yang begitu ahli, rapi dan penuh dengan jebakan “Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Kejadian 3:1b. Firman Tuhan juga dikutib Iblis untuk mencobai Yesus , saat berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam. Tetapi Yesus mematahkan setiap strateginya. Sungguh disayangkan Hawa tidak berhasil mematahkan siasat Iblis dengan benar, sehingga terbuka kesempatan bagi Iblis untuk melanjutkan tipu muslihatnya, berikut jawaban hawa untuk menanggapi pertanyaan siasat Iblis, “Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati” Kejadian 3:2-3.

Sekilas kita memperhatikan jawaban Hawa, kelihatannya benar, tapi kalau kita teliti dengan baik kalimat jawabanya, kita akan segera mendapati bahwa Hawa menambah Firman dari yang seharusnya, “jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati”. Seharusnya Firman Tuhan berkata “Janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. Hawa menambahkan kata “raba”. Kelihatannya begitu sepele, tetapi  itu sangat memudahkan serangan mematikan dari Iblis untuk langkah berikutnya. Iblis telah menangkap satu point penting, mengetahui sisi kelemahannya si Hawa yang tidak begitu tau Firman. Tentunya Iblis sangat jago dalam Firman, itu sebabnya dengan mudah dia mengetahui kelemahan si Hawa. Hal ini menjadi perhatian penting bagi kita bahwa, Iblis memakai para nabi-nabi palsu, hamba-hamba Tuhan yang sering menyampaikan, tapi diselewengkan dengan maksud dan tujuan tertentu. Memang kelihatannya sepele, seakan tidak ada dampak negative secara langsung,  tapi sekali lagi itu adalah perangkap yang mematikan dari Iblis, untuk memudahkan serangan gila berikutnya.

Tidak lama setelah Hawa memberikan jawaban yang tidak tepat, dengan menambahkan firman dari yang seharusnya, Kemudian Iblis melayangkan serangan jitunya, berikut argumen mematikan dari Iblis “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang  jahat"Kejadian 3:4-5. Iblis memutar balikan Firman dari “pastilah engkau mati” menjadi “sekali-kali kamu tidak akan mati”, Suatu pernyataan argument yang begitu meyakinkan si Hawa tentunya, yang sudah mulai masuk dalam perangkapnya. Setelah itu Iblis menyerang dengan senjata pamungkasnya yaitu, popularitas, keinginan untuk berkuasa dan menyamai Allah, dan itulah yang pernah dilakukanya  dahulu yaitu ingin menyamai Allah, tapi dia gagal total. Keinginan ini disuntikan dalam pemikiran si Hawa.

Jelas saja Hawa tidak berdaya dengan tawaran ini, pastinya hatinya mulai terpikat olah tawaran yang kedenganrannya menggiurkan ini dalam pemikirannya, dengan berpikir dan berpikir, mempertimbangkannya dalam-dalam. Pastinya terjadi peperangan yang hebat dalam area pemikiran Hawa pada saat itu, antara taat kepada Firman Allah untuk tidak memakan buah itu dengan konsekuensi yang mematikan, atau memakan buah itu dengan segudang keberuntungan yang akan diperoleh. Memang harus diakui bahwa pikiran kita manusia adalah arena peperangan antara melakukan yang baik atau melakukan yang jahat, antara taat kepada Allah atau taat kepada bujuk rayunya Iblis. Marthin Luther pernah berkata bahwa “Kita tidak bisa melarang burung pipit untuk terbang dengan  bebas diatas kepala kita, tetapi kita bisa melarangnya untuk bertengger di atas kepala kita”. Apa arti dari ungkapan ini..? Marthin Luther pasti tau juga bahwa pikiran arena pertempuran yang sangat hebat, sudah pasti godaan dari Iblis akan datang menyerang kita setiap saat dengan berbagai tawaran yang menggiurkan.

Iblis tidak pernah menawarkan hal-hal yang biasa kepada manusia sebagi perangkap, tetapi selalu yang kelihatannya waow, fantastic, memukau, memikat hati.Marthin Luther mau berkata bahwa, jangan godaan itu “bertengger” lama di atas kepala kita, sebab kita tidak akan bisa melawan Iblis untuk berargumen masalah Firman. Seharusnya ketika godaan lewat melintasi pemikiran kita, segera saja di tolak pemikiran itu dengan memaki kuasa nama Yesus dan kuasa Firman Tuhan. Hawa membiarkan godaan itu “bertengger” lama dalam pemikirannya, mempertimbangkanya, sehingga akhirnya mulai terjerat, terpikat. “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya” Kejadian 3:6.

Ketika pencobaan datang menggoda dalam pemikiran kita jangalah kita berusaha untuk melawan atau berdebat denganya,  sebab kita tidak akan pernah bisa menang, lebih jelasnya Rick Warren mengatakan "Karena pencobaan selalu dimulai dengan sebuah pikiran, cara tercepat untuk menetralkan daya tariknya ialah mengalihkan perhatian anda kepada sesuatu yang lain. Jangan melawan pemikiran tersebut, ganti saja saluran pikiran anda dan pusatkanlah pada suatu ide yang lain. Inilah langkah pertama untuk mengalahkan pencobaan."[6] Hawa dan banyak orang Kristen yang telah jatuh dalam dosa telah salah menggunakan strategi melawan pencobaan, dengan mencoba melawan dan  beragumen dengan pikiran harusnya tinggal mengalihkan perhatian kita ke suatu hal lain, sehingga kita tidak lagi memikirkan godaan itu.

Lebih lanjut Rick Warren mengatakan "Mengabaikan  sebuah pencobaan jauh lebih efektif ketimbang melawannya. Begitu pikiran anda ada pada sesuatu yang lain, pencobaan kehilangan kuasanya. Jadi ketika pencobaan menelpon anda, janganlah berdebat dengannya, tutup saja teleponnya ! Kadang ini berarti secara fisik meninggalkan situasi yang menggoda, Inilah waktu di mana melarikan diri itu baik. Bangkit dan matikan televisi. menyingkirlah dari sebuah kelimpok yang sedang bergosip. Tinggalkan bioskop di tengah-tengah pemutaran film. Untuk menghindari sengatan, menjauhlah dari lebahnya. Lakukan  apapun yang diperlukan untuk mengalihkan perhatian anda pada sesuatu yang lain."[7]

Menarik sekali sebuah solusi yang ditawarakan oleh  Rick Warren dalam mengalahkan setiap pencobaan atau godaan. Bahwa kita harus lari dari godaan, hal ini didukung oleh kisah nyata dalam  cerita Alkitab bagaimana Yusuf melarikan diri dari istri potifar yang sedang birahi pada Yusuf. "Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya,  sedang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada di rumah. Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku. " Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari " Kejadian 39:11-12.Tidak ada cara yang terbaik untuk mengalahkan godaan selain dari pada lari dan lari. Kita tidak terlalu cukup kuat untuk tahan berdiri melawan godaan. Itulah sebanya firman mengingatkan kita dalam Matius 26:44 ""Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Iblis berhasil memikat hati si Hawa dengan tawaran yang menggiurkan, menjadi seperti Allah, Hawa terpikat dengan mendengar, melihat, berpikir, menghayal. Godaan Iblis berhasil menguasai area pemikiran Hawa, dan bahkan menang, tinggal tunggu eksekusi dari tindakan nyata dari si Hawa.Dan benar saja dalam waktu yang tidak begitu lama, Akhirny Hawa mengaktualkan apa yang ada dalam pemikirannya yang telah kuasai oleh godaan iblis dengan mengambil buah itu dan memakanya. Hawa sudah terperangkap dan jatuh ketangan Iblis, tentunya tidak cukup hanya jatuh, tetapi segera dimanfaatkan dijadikan Alat untuk menjatuhkan si Adam. Sebab Iblis tidak puas hanya Hawa saja yang Jatuh dalam dosa, Dia menghendaki Adam harus jatuh dalam dosa juga. Jelas saja Hawa tentunya membujuk si Adam untuk memakan buah pengetahuan itu, akhirnya keduanya jatuh dalam dosa yang sangat mengerikan dan mematikan.

Satu pertanyaan penting yang mungkin mengajak kita berpikir sejenak adalah, kenapa Hawa yang di goda, kenapa bukan si Adam saja. Paling tidak Iblis pasti sudah menyelidiki sisi kelamahan Hawa dan Adam , serta mengadakan perhitungan dengan matang. Kalau Adam yang digoda terlebih dahulu dia akan kesulitan, karena Adamlah yang menerima Firman Tuhan secara langsung dari Allah, dan pastinya banyak tau tentang Firman. Sementara dia mendengar Firman tentang larangan terhadap buah pengetahuan itu dari Adam suaminya yang mungkin tidak begitu jelas, sehingga ditambah-tambah.

 Iblis akan bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah, untuk mencari tahu sisi kelemahan kita, entah itu di makanan, firman, popularitas, kesuksesan, uang, harta, wanita, sex dan lain sebagainya. Oleh sebab itu biarlah kita tetap waspada setiap saat, seperti kata Rasul Petrus “Sadarlah   dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis  , berjalan keliling  sama seperti singa  yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” I Petrus 5:8. Tentunya tidak cukup hanya sekedar sadar dan berjaga-jaga saja, tetapi juga harus mengandakan  perlawanan, jangan mau terbuai dengan rayuan mautnya, lebih lanjut Rasul Petrus berkata “Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” I Petrus 5:8.

Amin !

God Bless :)


By: Hadiran Halawa, S.Th


Catatan:
1.Listiati Inggrid, Mengapa manusia Jatuh Dalam Dosa (www.katolisitas.org )
2. Kehendak Bebas, (pondokrenungan@gmail.com)
3. Ibid.
4. Wesley Brill. J, Dasar Yang Teguh (Cetakan kelima, Bandung, Kalam Hidup), halaman 183.
5. A. Hoekema Anthony, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, (2010, Cetakan ketiga Momentum),halaman 166.
6. Warren Rick, The Purpose Driven Life, (2005, Cetakan Pertama, Gandum Mas), halaman 218.
7. Ibid. halaman 219