Kamis, 17 Januari 2013

KETIKA KEHIDUPAN SULIT DIMENGERTI



Oleh:Hadiran Halawa, S.Th

Mazmur 73:1-28


Kehidupan adalah sebuah misteri, banyak hal yang masih jadi misteri dalam pemikiran kita sebagai manusia, sehingga sering kali membuat seseorang binggung, terkadang kita tidak harus mengerti dan memahaminya, adanya perang, kelaparan, penderitaan, anak kecil tergilas mobil truk di jalanan, sakit penyakit, kematian mendadak saat masih muda, kekayaan, kemiskinan, bencana Alam, kecelakan darat, laut, udara dan lain sebagainya yang membuat kita sering bertanya dalam kebingungan, kenapa hal ini bisa terjadi..?. terkadang kita tidak dapat, dan tidak pernah memukan jawabannya, karena itu bagiannya Allah.

Adanya kesenjangan yang tinggi antara pengakuan iman  dengan realita hidup yang kita jalani setiap hari. Sehingga membuat kebanyakan orang  tak terkecuali orang kristen, sering mempertanyakan hal seperti ini,” benarkah Allah mengahisiku..??”, “Benarkah Allah itu baik..??” , "Kalau memang benar Allah itu, adalah Allah yang maha kasaih dan maha baik, Mengapa Allah membiarkan aku dalam kondisi buruk seperti ini..??”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, sudah menjadi pertanyaan yang sangat serius dan sangat krusial bagi kebanyakan orang, yang mungkin sedang mengalami tekanan penderitaan yang sedemikian berat, sementara orang lain disekelilingnya “sepertinya”, dikasihi Tuhan, merasakan kebaikan Tuhan, karena  sekali lagi sepertinya hidup orang lain begitu “bahagia”, tanpa masalah, tanpa hidup dalam penderitaan.

 Tidak sidikit orang yang akhirnya meninggalkan Tuhan, menjauh dari takhta kasih karunia  Tuhan dan hidup dalam akar pahit, yang berakhir tragis.  karena berpikir bahwa Allah pada kenyataannya “bukan Allah yang  maha kasih dan maha baik”. Bahkan banyak orang kemudian menjadi Ateis, tidak lagi mau percaya bahwa ada Tuhan, dengan memberikan argumen yang kelihatan “logis” dengan mengatakan," kalau seandainya ada Tuhan, kenapa harus terjadi kekacauan yang begitu luar biasa dalam dunia ini, kenapa harus ada penderitaan, penindasan, pembunuhan, perang dan lain sebagainnya, tidak sanggupkah Tuhan mengurus dunia ini ?", "Bukankah katanya Dia adalah TuhanTuhan yang maha Kuasa, maha besar..?".

Ada banyak orang percaya yang mempertanyakan apakah Tuhan itu Adil..? kalau Tuhan itu adil kenapa Tuhan tidak memberkatiku, membuat perjalanan hidupku berjalan dengan mulus, tanpa harus mengalami penderitaan dan kesusahan hidup. Padahal mungkin sudah Rajin ke gereja, rajin baca firman Tuhan siang dan malam, rajin berdoa, rajin melayani, menjaga hidup bersih. Pertanyaan ini semacam ini tidak hanya dipertanyakan oleh anak-anak Tuhan pada masa kini, tapi juga di dalam Alkitab pernah seorang pemazmur, seorang pelayan dibait Allah yang bertugas  sebagai worship leader di dalam bait Allah  yang bernama Asaf  pernah mempertanyakan hal yang sama dengan mangatakan “ Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi” (Mazmur 73:13-14).


Kalau saya boleh sederhanakan kalimat pernyataan “protes” Asaf ini, sebenarnya mau berkata, “Tuhan bukankah saya sudah hidup dalam kekudusan, sudah melayani Tuhan begitu rupa, seharusnya hidup saya diberkati,bebas dari setiap penderitaan yang begitu menekan. tapi kenapa justru saya harus selalu menanggung banyak penderitaan, kenapa justru harus datang masalah tiada hentinya dalam hidupku". Tentunya ada suatu harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan disini. Seharusnya dalam pemikiran asaf dan dalam pemikiran banyak anak-anak Tuhan lainnya, dengan hidup menyenangkan Tuhan, hidup dalam kekudusan setiap hari, maka dengan otomatis imbalannya adalah berkat, terjauhkan dari segala macam kesusahan dan penderitaan hidup.

Sementara  dalam pengamatan Asaf  bahwa ternyata justru orang-orang fasik, yang adalah orang berdosa, jauh dari persekutuan dengan Tuhan dan bahkan tidak mengenal Tuhan Justru hidup mereka serasa seperti “berjalan di atas angin”, terluput dari setiap penderitaan. Perjalanan hidupnya seperti berjalan di “jalan tol” bebas dari masalah, hidupnya keliahatan “makmur”, diberkati dengan luar biasa.Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Dalam rasa cemburunya karena mengamati hidup orang fasik, Asaf berkata Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.” (Mazmur 73:3-10). 

Sungguh disayangkan penilaian manusia terhadap Tuhan yang telah menciptakannya, bukanlah penilaian yang objektif, melainkan lebih kepada panilaian yang subjektif, penilaian yang terlalu egois, dan tidak logis. Kasih dan kebaikan Tuhan diukur dengan seberapa baik dan  buruknya keadaan mereka untuk saat ini. Kalau perjalanan kehidupan ini diwarnai dengan onak duri, maka cenderung menyalahkan Tuhan, bahkan cenderung mengambill kesimpulan yang spekulatif dan lagi prematur bahwa “Tuhan tidak mengasihiku”, “Tuhan tidak baik bagi keluargaku”, bahkan yang lebih ekstrimnya, “Tuhan itu tidak ada”.

Beda halnya kalau sepanjang perjalanan hidupnya bertaburan “bunga-bunga yang indah”, hidup berjalan tanpa penderitaan, maka cenderung mengatakan "Tuhan begitu mengashiku", "Tuhan itu baik bagiku", "Tuhan itu benar-benar ada". Manusia tidak mampu memandang dan menilai sebuah kehidupan secara menyeluruh, hanya terbatas kepada hal-hal, apa  yang dialami, apa yang sedang di rasa, apa yang sedang dilihat. Manusia yang memandang kehidupan ini secara menyeluruh, mampu melihat karya Tuhan walau  ditengah badai sehebat apapun, mampu melihat kasih, kebesaran, kebaikan, keadilan Tuhan walau berada dilembah yang kelam dan dalam sekali. 

Beragam kisah dapat kita baca dan dengar, tentang orang –orang yang pernah hidup dalam keadaan yang tidak normal hidupnya, salah satu contohnya adalah Nick Vujicic yang adalah salah satu  motivator hebat di dunia, yang lahir tanpa tangan dan kaki, tetapi tidak melihat hidupnya hanya dalam “kotak” fisiknya yang terbatas, tetapi di melihat jauh menembus ke dalam keterbatasan fisiknya untuk berkarya. Dia melihat dan menilai hidup bukan hanya kepada kondisi  tubuh yang sangat tidak normal, tapi dia melihat kehidupan ini secara menyeluruh.

Ada banyak Alasan bagi seorang Vick Vujicic untuk tidak mengucap syukur dengan keadaannya, tidak mau berjuang, lebih memilih untuk menyerah terhadap hidup kehidupan ini. Tapi bagi seorang Nick,masih  terlalu banyak alasan lagi untuk bisa mengucap syukur dalam segala hal, untuk berjuang dan berkarya dalam kehidupan ini. Siapa sangka seorang nick yang dulu dipandang oleh banyak orang, bahkan mungkin keluarganya bahwa tidak ada sama sekali harapan sebuah kehidupan yang indah buat Nick, justru sebaliknya dia telah menjadi seorang motivator yang hebat,  yang telah menolong banyak orang untuk keluar dari penilain buruk akan hidup ini, mencelikkan mata dunia bahwa Allah tidak hanya bisa melukiskan  karyaNya yang hebat ketika hidup terasa normal dan sempurna, tapi juga pada saat kehidupan berada jauh dari kenormalan dan ketidak sempurnaan. Allah mampu melukiskan karya-Nya yang hebat ditengah badai dan ditengah lembah kekelaman yang amat dalam sekalipun.

Dalam keterbatasan  pikiran kita manusia sebagai makhluk ciptaan dalam memahami sang pencipta dan karya-Nya, akhrinya muncul berbagai macam pertanyaan “kritis”, yang tidak jarang menggerogoti iman percaya begitu banyak orang. Tapi sungguh Ironis, banyak pertanyaan-pertanyaan “penting”  ini  dipertanyakan oleh diri sendiri kemudian dijawab oleh dirinya sendiri, yang pada hakekatnya sebagai manusia yang  memilki keterbatasan  dalam memahami segala hal. Terlebih lagi setiap jawaban spekulasi yang didapatkan dijadikan sebagai  suatu “kebenaran”. Mampukah pikiran kita sebagai manusia  ciptaan yang sangat terbatas memahami pencipta kita yang tak terbatas..?,pasti jawabannya adalah  sangat mustahil untuk memahaminya, Rasul Paulus seorang yang jenius pernah berkata dalam pengakuannya yang sangat jujur “ O, alangkah dalamnya kekakayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!”( Roma 11:33).

Ada beragam kisah dalam kehidupan saya secara pribadi yang penuh dengan tanda Tanya yang sampai sekarang belum aku bisa memahaminya. Dimulai ketika saya duduk di bangku  kelas 2 SD, teman akrab saya disekolah. Teman saya ini, anaknya baik, sopan, menyenangkan, tapi dipanggil Tuhan dalam usia yang sangat terlalu muda, meninggal karena tenggelam di sungai. Kisah selanjutnya teman Akrab saya juga waktu sejak duduk bangku  SMP, samapi melanjutkan study ke jenjang SMA kami tetap sama-sama, di sekolah yang sama. Namun di tahun pertama duduk dibangku SMA, pertemanan kami harus segera berakhir, karena dia dipanggil Tuhan, dia sakit mendadak mengidap kanker otak.

 Kisah lainya, Suatu saat ketika saya sedang menjalankan masa praktek pelayanan disebuh gereja di jawa tengah, saya dikejutkan oleh  sebuah berita dari salah seorang teman saya, dia memeberitahukan saya bahwa kakak tingakat kami  yang  sedang pelayanan di Kalimantan meninggal karena tabrakan di jalan dan langsung meninggal di tempat, dia dipanggil Tuhan dalam umur yang masih muda. Mendengar kejadian itu, saya merenung sepanjang hari, dengan beragam pertanyaan timbul dalam  pemikiranku , Tuhan kenapa secepat itu, bukankah dia masih muda, bukankah dia sedang melayaniMu, bukankah kalau Dia hidup bisa mengerjakan banyak hal bagi kemuliaan-Mu..?.

Tidak semua hal  tentang hidup ini haruslah kita mengerti dan memahaminya, termasuk penderitaan, kekusahan yang sering dialami oleh setiap manusia yang hidup dibawah matahari ini. Ada hal-hal tertentu yang memang Tuhan izinkan kita bisa memahminya, tapi ada juga hal-hal tertentu yang memang Tuhan tidak izinkan kita untuk memahaminya sampai kesana, itu adalah bagiannya Tuhan. mengapa..? nanti kalau kita sudah bersama Tuhan disurga kita tanyakan hal ini. Yang pastinya Tuhan sangat tahu apa yang terbaik buat hidup setiap kita. Satu-satunya pribadi yang  mengetahui dari awal sampai akhir perjalanan kehidupan kita adalah Tuhan. Sebab Dia adalah Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir. Apapun mungkin yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita, seharusnya kita tetap percaya sepenuhnya kepada kehendak-Nya, sebab Allah tak akan pernah salah bertindak dalam setiap langkah hidup kita.

Jangan terlalu mencoba memkasakan diri untuk memahami hal-hal yang merupakan bagiannya Tuhan, yang tidak perlu di pahami  secaera detail, itu bukan porsinya kita. Kalau kita mencoba memahaminya maka hal itu  secara tidak langsung membawa diri kita kepada suatu kesulitan ibarat berjalan di hutan belantara yang tak ketemu jalan keluarnya. Asaf mengatakan dalam usaha terbaiknya untuk mencoba mengetahui semua kejadian yang menimpa hidupnya yang diwarnai dengan penderitaan dan diperbandingkan  dengan kehidupan orang –orang fasik yang hidup dalam dosa, yang dalam perjalanan hidupnya sepertnya selalu hidup dalam “kemakmuran”.Asaf berkata “Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan dimataku” (Mazmur 73:16).

Lalu apa yang seharusnya kita lakukan kekita kehidupan  tidak berjalan seperti  apa yang kita harapkan dan kita inginkan, Asaf menemukan solusinya dengan berkata “Sampai aku masuk ke dalam  tempat kudus Allah dan memperhatikan kesudahan mereka” (Mazmur 73:17). Apa yang dimaksud dengan “tempat kudus Allah”, bagi seorang asaf yang adalah seorang worship leader tentunya itu adalah bait Allah dimana dia bisa memuji dan menyembah Tuhan dan masuk dalam hadirat Tuhan, Dalam hadirat Tuhanlah paradigma seorang  Asaf diubahkan tentang persoalan kehidupan yang begitu rumit untuk dia pahami. Bahkan lebih lanjut asaf berkata “Ketika hatiku terasa pahit dan buah pingganggku,menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti,seperti hewan aku didekat-Mu, tetapi aku tetap didekat-Mu, Engkau memegang tanganku,dengan nasehat-nasehat-Mu engkau menuntun aku, dan kemudian engkau mengangkat aku dalam kemuliaan” (Mazmur 73:21-24).

Menarik sekali bahwa Asaf mengambil keputusan yang tepat dan benar yaitu dia mau masuk dalam tempat kudus Allah, memuji dan menyembah Tuhan, masuk dalam hadirat Tuhan, dalam level keintiman yang dalam. Asaf memilih untuk dekat dengan Tuhan ketimbang menjauh dari hadapa-Nya. Walaupun tidak mengerti, tidak memahami semua kesusahan dan penderitaan yang sedang dialami, dalam bahasanya asaf mengatakan “Aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku didekat-Mu”. Menggambar dirinya seperti orang dunggu, bodoh, bahkan seperti hewan, yang tidak tau apa-apa, kemudian dia melanjutkan dengan sebuah keputusan yang ekstrim “tetapi aku tetap didekat-Mu”.

 Asaf tidak mengambil kesimpulan yang spekulatif dan terlalu prematur untuk menilai keadaannya, menilai Allah, kasih dan kebaikannya, dia tidak tergoda untuk mengatakan “Tuhan tidak mengashiku”, “Tuhan tidak baik bagiku”, bahkan “Tuhan itu tidak ada”, sangat jauh berbeda dengan kebanyakan orang percaya dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup yang lebih memilih menyalahkan Tuhan,ketimbang mendekati-Nya dan mau berkata seperti Asaf “Tetapi aku tetap di dekat-Mu”. Banyak orang percaya menjauh dari hadapan Tuhan, ada yang murtad, dan tidak sidikit yang menjadi ateis.

Dalam keputusan  yang tepat dan benar yang dibuat oleh Asaf dalam menanggapi berbagai macam persoalan hidup yang sulit untuk terpecahkan,  maka hasilnya melahirkan iman yang besar. Hal itu dinyatakan dalam kalimat pernyataan  iman yang luar biasa dan sangat terkenal untuk dari generasi ke generasi yang juga sering dilantunkan dalam sebuah lagu, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engaku ?,Selain Engkau tidak ada yang ku ingini di bumi, sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku, tetaplah Allah selama-lama-Nya” (Mazmur 73:25-26). Sungguh Ini merupakan pernyataan iman yang sangat  luar biasa. Berbeda dengan orang Kristen yang telah salah mengambil keputusan dan kesimpulan tentang Allah, dalam usaha untuk mengertai dan memahami berbagai  persolan hidup yang begitu rumit tak terpecahkan oleh pikiran manusia yang terbatas, pada umumnya hasilnya adalah kehilangan iman akan Tuhan dalam kehidupannya, tentunya itu adalah sesuatu hal yang sangat bodoh dan memprihatinkan.

Pilihan terletak ditangan kita, apakah mau memilih seperti Asaf yang dalam pergemulan yang sama, tetapi berani untuk mengambil, memilih keputusan  yang tepat dan benar, hasilnya menghasilkan iman yang besar,dan diangkat dalam kemuliaan. Atau mau meilih jalan kehidupan orang Kristen yang telah salah mengambil kesimpulan dan keputusan, sebagai hasilnmya kehilangan iman, dan akan menemui kebinasaan untuk selamanya kalau tidak bertobat.

Amin..!

God Bless :)


By: Hadiran Halawa, S.Th

Rabu, 16 Januari 2013

MENEMPATKAN ALLAH PADA TEMPATNYA


Oleh:Hadiran Halawa, S.Th

Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.  Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku  dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).
 
Sekitar dua tahun yang lalu, saat memulai pelayanan misi di Canada dan America bersama dengan team beranggotakan 9 orang (7 orang dari Indonesia dan 2 orang dari Korea). Dr. Rober M. Bland yang adalah direktur Teen mission International, sebuah lembaga misi besar, dimana kami bernaung, pernah mengatakan suatu kalimat pendek kepada kami bahkan beliau menyuruh setiap kami untuk menuliskannya dilembaran halaman Alkitab paling depan, yang sampai pada saat ini tulisan itu masih terpampang di Alkitab saya.

 Kalimatnya seperti ini “There is a God, and It isn’t me”, pada saat itu saya tidak terlalu mengerti dan paham, apa maksud dari kalimat itu. Dalam pemikiran saya, sadar bahwa kalimat pendek itu pasti punya arti dan makna yang sangat dalam, apa lagi orang yang menyampaikannya  adalah seorang Direktur dari  organisasi misi besar yang sudah mendunia dan juga sudah puluhan tahun berkecipung dalam dunia pelayanan. Melayani dalam bidang misi, sudah melakukan banyak perjalanan misi ke berbagai negara, dibelahan dunia ini. Satu pemikiran lagi bahwa dengan menyuruh menulis kalimat itu dilembaran halam terdapan Alkitab, pasti ada sesuatu hal yang sangat penting  dibalik kalimat yang pendek dan kelihatan sederhana itu.

Selama kurang lebih setahun pelayanan keliling bersama dengan team, makna yang terkandung dalam kalimat itu masih belum juga begitu saya pahami. Baru kemudian saya benar-benar mengerti  dan disadarkan akan  makna dibalik dari kalimat pendek itu, yaitu tepatnya pada hari ini di saat sedang menyanyikan sebuah lagu pujian bersama dengan mahasiswa/i  STT. BMW Tangerang sebelum memulai proses belajar. Kira-kira potongan liryc lagu itu demikian “Ku sembah Engkau Yesus, hanya Engkau Allah dihidupku, tiada yang lain hanya Engkau, hanya Engkau Tuhan, S’lamanya Kau tetap Allah walau dunia semua bergoncang, Tak tergoyahkan Kau tetap Allah”, Potongan liryc dari lagu ini begitu menyentuh hatiku dan tiba-tiba saya menaruh perhatian penuh khususnya pada kalimat “S’lamanya Kau tetap Allah walau dunia semua bergoncang, tak tergoyahkan Kau tetap Allah”. 

Sepertinya ada sesuatu hal yang luar biasa, yang terkandung dibalik dari potongan kalimat liryc lagu itu. Kemudian sampai saya kepada suatu perenungan yang dalam bahwa, ya…., memang benar dan mutlak benar bahwa untuk selamanya “ Allah tetaplah Allah” walau dalam keadaan dan kondisi terpuruk sehebat apapun yang mungkin kita sedang alami, yang dalam bahasa lagu itu mengatakan “walau dunia semua bergoncang”. Dan juga Dia tetap Allah walau kehidupan berada dalam tingkat “kenyamanan” yang paling tinggi sekalipun yang mungkin kita sedang jalani dan hidupi. Kehidupan berjalan serba “mulus”. Semua apa yang diperlukan terpenuhi semua, semua yang diinginkan selalu ada, sehingga serasa tak perlu Tuhan lagi. 

Dikesukaan yang tertinggi dan dikedukaan yang amat dalam sekalipun, Allah haruslah tetap Allah dalam kehidupan kita dengan segala otoritas-Nya, dan harus menempatkan Allah pada tempat-Nya, yaitu pada posisi yang tertinggi dalam kehidupan ini, sebagai Allah dalam hidup kita yang berdaulat, berkuasa, bertakhat sepenuhnya atas hidup kita. Sebagai Allah yang mengatur seluruh area kehidupan kita. Tidak ada perkara  dan area yang terlalu kecil untuk tidak kita serahkan dalam kuasa dan kontrolnya Tuhan. Biarlah Kristus tetap meraja dalam hati kita setiap saat dan bukan si “Aku”, sampai kepada titik puncak dimana Rasul Paulus berkata namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.  Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku  dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).
 
Dalam perenungan yang dalam terhadap potongan liryc lagu itu, segera saya diingatkan kembali terhadap sepotong kalimat pendek dari Dr. Bob Bland, segera saja saya mengambil Alkitab dan membuka kembali tulisan lama yang tertera dengan jelas dilembaran terdepan Alkitab saya “There is a God, and isn’t me”. Barulah aku memahminya bahwa, dalam hidup ini dalam kondisi apapun hidup yang sedang kita jalanani, sesekali saya, kamu, kita,  tidak akan pernah jadi Tuhan, dan jangan mau menjadi Tuhan atas diri sendiri, yang bisa mengatur seluruh kehidupan ini sesuka hati kita, yang berbuat, berjalan, berpikir sesuai dengan apa yang kita mau. Faktanya dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kali kita menempat si ‘Aku” pada posisi yang tertinggi dari pada Allah ditempatkan pada tempat-Nya sebagai Allah dalam hidup kita, yang seharusnya menempati posisi tertinggi dalam hidup ini.

 Sadar atau tidak sadar bahwa seringkali kita menjalani kehidupan pribadi, keluarga, pelayanan, karir kita , tidak lagi menuruti apa yang Tuhan mau, tapi terlebih kepada apa yang kita mau. Termasuk dalam hal pengambilan keputusan dan pilihan-pilihan hidup mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil sekalipun, yang sering kali kita buat dalam hidup ini, dan kebanyakan hasilnya  berakhir kepada suatu kegagalan, penyesalan yang mendalam karena mungkin telah jadi  malapetaka bagi diri kita sendiri. Sebab sehebat, sepintar dan sebijak apapun yang mungkin kita pikir diri ini dalam memilih dan memutuskan suatu hal tanpa melibatkan Tuhan, bertanya kepada Tuhan, mendengar dan menaati apa yang Tuhan rindukan untuk kita lakukukan dan kerjakan, maka pasti saja hasilnya akan berujung kepada “maut”. Raja salomo dalam kebijakannya pernah berkata bahwa “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 16:25). 

Sepintar-pintarnya, sehabat-hebatnya, sebijak-bijak kita sebagai manausai, tetap kita adalah manusia yang penuh dengan keterbatasan. 
Suatu kali Eric Hovind menginterview seorang Ateis “injili”, yang tidak percaya akan keberadaan  Tuhan, karena tidak bisa dibuktikan secara sciense, dengan bertanya “Berapa persen yang mungkin kamu ketahui dan kamu anggap benar dari semua realita di dalam dunia ini..?” langsung saja si Ateis dalam kejujurannya berkata bahwa mungkin 0,9 % atau 1 atau 2 % itupun kalau ada. Kemudia Eric mengajukan pertanyaan yang kedua “adakah kemungkinan dari 99 % suatu realita yang tidak kamu ketahui itu adalah kebenaran..?” Pasti jawabannya adalah mungkin bukan..?? namun si Atesi “kesulitan” untuk memberikan jawaban sebab takut akhirnya terperangkap dalam sebuah pengakuan bahwa sebenarnya pada kenyataanya Tuhan ada walau kita tidak bisa buktikan keberadaannya secara kasad mata, walau kita tidak bisa buktikan secara science karena keterbatasan kita sebagai manusia yang terbatas. Manusia adalah manusia yang tidak akan pernah jadi Allah. Dan Allah tetaplah Allah untuk selamanya.

Kita seringkali terperangkap dalam pola hidup yang “self-sentris” yaitu, hidup yang berpusatkan pada diri sendiri. Jelas saja bahwa hal ini adalah suatu dosa dihadapan Allah, itu adalah dosa kesombongan. Dosa kesombongan berawal dari ketika kita mulai menilai diri kita lebih tinggi, lebih hebat dari yang seharusnya. Tuhan pernah memperingatkan sekaligus mengecam bangsa Edom Karena kesombongannya dengan berkata Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau, ya engkau yang tinggal di liang-liang batu, di tempat kediamanmu yang tinggi; engkau yang berkata dalam hatimu: "Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?" (Obaja 1:3).

 Bangsa Edom terlalu tinggi menilai kehebatan  dan kekuatannya dirinya, posisinya, pertahanan keamanannya, ekonominya, sekutunya,  dan lain sebagainya lebih tinggi dari pada yang seharusnya. Hal itu bisa kita gambarkan ibarat “katak dalam tempurung”. Katak yang ada dalam tempurung,  yang begitu kecil menurut pengamatan kita, tapi bagi si katak yang berada didalamnya berkata dalam hati “Akulah yang terhebat dari semunya, Akulah satu-satunya penguasa dan yang memilki dunia ini”. Demikianlah kita bisa gambarkan dan ibaratkan manusia yang seringkali menilai dirinya terlalu tinggi, setinggi langit.

Biarlah kita tidak “menggeser” kedudukan Tuhan dalam kehidupan kita sebagai penguasa tunggal ,Raja, yang berkusa, berdaulat penuh, mengatur seluruh aspek kehidupan kita, yang terkecil sekalipun menurut pengamatan kita.  Biarlah kita tidak menempatkan  si “Aku”, menempati posisi yang seharusnya untuk Allah, Allah akan tetap Allah no matter what…dan kita tidak akan pernah bisa menjadi Allah bagi diri kita yang bisa mengatur semua aspek hidup ini dengan benar dan bijak. Dengan memaksakan diri untuk menjadi “Allah” pada akhrinya akan menemui kebinasaan.

 Tempatkan  Allah pada tempat-Nya sebagai Allah, Raja, yang mengatur, memimpin, menyertai setiap langkah dalam seluruh kehidupan ini, maka lihatlah betapa hebat  kuasa-Nya akan berkerja dalam kehidupan kita, betapa hebat  karya-Nya terukir indah  di sepanjang jalan kehidupan yang kita lalu.Kita akan menyaksikan  Betapa hebat setiap rencana-Nya , yang Dia pernah janjikan dalam kehidupan ini, semuanya terlaksana dan tergenapi. Kita akan berjalan dari kemenagan demi kemenangan, berjalan dalam kasih karunia demi kasih karunia dan berjalan dari kemuliaan demi kemuliaan, bagi kemuliaan nama-Nya.
Amin..

God Bless us :)

By: Hadiran Halawa, S.Th

Selasa, 15 Januari 2013

KESAKSIAN PELAYANAN BOOT CAMP - 2012 (Team Hosea)


Oleh Hadiran Halawa, S.Th

Syalom….!!!

Kami dari Team Hosea mengucap sykukur kepada Tuhan atas kepercayaan yang diberikan kepada kami untuk melayani Tuhan selama kurang lebih 21 hari di Surabaya. Dan kami juga mengucap syukur kepada teen mission yang telah memperlengkapi dan mengfasilitasi kami dalam melakukan pelayanan misi di Surabaya. Team Hosea adalah  salah satu team penginjilan yang telah dipersiapkan sebaik mungkin selama 10 hari boot camp di Wonogiri memilki 11 orang personil yang terdiri dari  , 3 orang  leader ( Hadiran Halawa, Milka, Goerge) dan 8 orang member ( Darius, Wawan, Fadil, Sowan, Iman, Imel, Tini, Evin). Kami team Hosea, sebelum berangkat kesurabaya untuk melakuakan pelayanan penginjilan, kami  dibekali dengan belajar berbagai macam strategi penginjilan sebagai sarana dalam melakukan pelayanan misi disurabaya. Beberapa diantaranya yaitu belajar Drama, Panggung boneka,  Penginjilan pribadi, Konseling, vocal Group.

Setelah selesai masa training 10 hari di wonogiri kami diutus ke Surabaya pada tangnggal 20 Agustus 2012, untuk memulai melakukan pelayanan misi di Surabaya bekerja sama dengan yayasan pondok kasih dan gereja GKIN (Gereja Kristen Injil Nusantara). Minggu pertama disurabaya, kami tinggal dirumah keluarga seorang hamba Tuhan sebagai penginjil dan yang juga banyak mengarahkan kami dalam melakuakan pelayanan selama disurabaya. Bentuk Pelayanan yang kami lakukan minggu pertama adalah melayanai PSK (pekerja seks komersial) dan Waria. Ini adalah pelayanan yang baru bagi kami yang belum pernah kami lakukan sebelumnya. Pelayanan PSK-waria suatu pelayanan yang cukup unik bagi kami dan juga penuh dengan tantangan dan resiko tinggi. Karena kami harus bertemu dengan mereka dilorong-lorong jalan dan dikuburan. Sebagian besar mereka bermarkas di kuburan-kuburan Kristen yang bernama kembang kuning,  di tempat inilah mereka menunggu pelanggan datang dan juga melakukan aktivitas mereka sebgai PSK-Waria.sebagian besar dari mereka menderita penyakit Aids dan tentunya sangat beresiko tinggi bagi kami. 

Kami berkesempatan melayani mereka hanya pada malam hari saja, sebab kalau siang hari mereka istrahat. Setiap malam kami pergi dengan jalan kaki menyelusuri gang-gang dan kuburan untuk bisa ketemu dengan mereka. Pada awalnya mereka menaruh rasa curiga dengan kami, sebab kebanyakan masyarakat disekitar itu tidak memandang mereka, bahkan menghina dan mencela mereka. Tapi Puji Tuhan dengan  disertai doa kami bisa membangun  hubungan yang baik dengan mereka, kami bisa diterima dan bersedia untuk berbagai cerita dengan mereka dan juga bersedia membagi pelayanan hidup mereka. Kebanyakan dari mereka memilih menjadi PSK-Waria karena kondisi Ekonomi, dan juga karena  kepahitan dengan orang yang terdekat dengan mereka. Kami mengkonseling dan mendoakan mereka, mereka begitu senang dengan kehadiran kami yang mau bersahabat dengan mereka tanpa melihat status social mereka. 

Minggu kedua kami disurabaya, kami pindah tempat pelayanan sekitar 1 jam perjalanan dari tempat kami sebelumnya (dukuh Kupang) ke tambak Asri. Kami melakukan pelayanan kepada orang-orang yang termarginalkan, orang-orang miskin yang hidup di kolong-kolong jembatan, dan perantau yang tinggal di daerah pemukiman kumuh tambak asri. Dalam pelayanan ini kami berkerja sama dengan gereja GKIN. Tiap hari kami Pelayanan dengan berjalan kaki ketempat pemukiman kumuh perantau dari sumba, kami melayani mereka dengan mengkonseling. Kebanyaakan dari mereka hidup dengan kumpul kebo, tanpa ada ikatan pernikahan dan itu mengakibatkan kehidupan rumah tangga mereka yang berantakan, penghasilan mereka sangat minim kebanyakan bekerja sebagai tenaga buruh.  Kami menginjili, mengkonseling dan mendoakan mereka setiap kami melakukan kunjungan, mereka sangat senang dan diberkati dengan kehadiran kami.

Kami juga melakuakan pelayanan di kolong-kolong jembatan, team kami yang sebelas orang personil terkadang kami bagi 3-4 kelompok sesuai dengan banyaknya kebutuhan pelayanan. Pelayanan kepada orang-orang miskin yang kebanyakan dari mereka pemulung dan pengamen sebuah tantangan besar juga buat kami. Sebab didaerah itu rawan dengan pembunuhan, penculikan oleh preman-preman yang tergabung dalam gank-gank. Tapi Puji nama Tuhan, kami bisa melakaku pelayanan di kolong jembatan dengan pertolonganNya. Kami harus menelusuri kolong-kolong jembatan yang sangat bau dan kotor, menyebrangi kali yang begitu kotor dan bau. Salah satu anggota team kami pada hari pertama pelayanan sampai tidak bisa makan selama  3 hari karena rasa mual dengan melihat keadaan kondisi daerah kumuh itu. Kami melakukan pelayanan dengan penuh semangat, walau harus jalan kaki, menulusuri gang demi gang, lorong demi lorong untuk bertemu dan melayani jiwa-jiwa. Rasa penat, capek, jijik kami tergantikan dengan sukacita ketika kami melihat jiwa-jiwa yang termarginalkan ini, sangat antusias memuji Tuhan ketika kami ajak bernyanyi memuji Tuhan dan juga sungguh-sungguh mendengarkan firman Tuhan, kadang mereka menangis Karena tersentuh dengan Pujian dan Firman Tuhan. Kami bersahabat  dan berbagi hidup dengan mereka, membagikan sembako yang telah disediakan oleh yayasan pondok kasih.

Pada malam hari kami melakuakan pelayanan komsel ke rumah-rumah jemaat. Kami dipercayakan melayani sebagai memimpin Pujian dan membawakan Firman Tuhan. Pada hari minggu kami pelayanan di Gereja GKIN, kami dipercayakan melayani penuh mulai dari penerima tamu, music, Worship Leader, Singers, konselor dan Khotbah. Kami bersyukur bisa dipercayakan melayani penuh dalam kebaktian minggu.
Minggu ketiga kami disurabaya, kami berkesempatan Pelayanan di KKR yang diadakan Oleh yayasan pondok kasih, yang diadakan di GOR (gedung Olah Raga) Surabaya dan yang dihadiri oleh ribuan orang, dari anak-anak, pemuda, dan orang tua. Kami melayani ratusan anak dengan melakuakan pelayanan panggung boneka, juga kami melayani pemuda di KKR itu dengan mementaskan Drama penginjilan. Selain itu kami juga melayani sebagai Usher dan Juga Musik.
Selain itu kami juga berkesempatan melayani salah satu panti Asuhan di Surabaya yang bernama House Of Hope. Kami melakukan pelayanan panggung boneka yang di hadiri kurang lebih 60 orang anak.

Berbagai suka dan duka kami alami dalam pelaynana rasa capek, kadang kesalah pahaman dalam team, kangen dengan keluarga, kadang kami tersesat di jalan. Pernah kami tersesat di tambak asri yang terkenal dengan sebutan 1001 gang, karena sangking banyaknya gang di daerah itu, kami tersesat tidak bisa menemukan tempat tuan rumah kami, dan kami harus mutar-mutar di gang itu kurang lebih 2 jam, sampai akhirnya kami bisa menemukan tempat tuan rumah kami. Tetapi semunya itu tidak sebanding dengan Anugerah sukacita yang diberikan Tuhan kepada kami dalam pelayanan ini. Akhir kata bagi Tuhanlah segala Pujian, hormat dan kuasa untuk selama-lamanya. Amin

God Bless :)


By: Hadiran Halawa, S.Th

GIVE THANKS TO THE LORD (Psalm 66:1-20)


By: Hadiran Halawa, S.Th

Is easier to give thanks when everythings are going  so well in our life. We are in good condition/situasion. But the question is..how about if we are in a bad situation, in difficulties, hardship, many prblems and hinderence comes in our way..do we still give thank to the lord…?do we still stand firm in our faith when we are in the midst of Storm, do we still love Him no matter what happens in our life..??
I realize that maybe there are many reasons in our life that make us sometimes it’s difficult and can not do give thanks, but I want to tell you that there are more many reasons that we have to give thanks every single day. (we give thanks for, brethe, healthy, have home for stay, food for eat, job for lives, freedom to worship and praise God.)
If we try think of people that are without a job,people caught in war persecution because of their faith in the lord, like what’s happen in our country a lot of presecution, many people died because their faith, many churches was burned, in some places there is not freedom to praise and worship God even have fellowship every Sunday in our church. Thouse who do not have food, suffering from deseases, spiritual, emsotional, pchisical, and mental bondage.And many other inhuman condition.Im sure we can say with confidence we are truly  blessed.

Why do we should give thanks to the Lord...???
1.      For who He is (2-4)
He is God, creator, King all of kings, comforter, our shelter, our tower of refuge, his rightouesness, his love anderuce forever, compassionate.
2.      For what He has done in this earth (5-7)
Everthing were created by God for mankind. God establish, manage, organize, provide the everythings so beatifull and perfect, so that the mankind can live so well in this earth. He Gives rain, sunrise, snow. Night and day, beatufull sky, mountins, and many things else. And everything were created for a porpuse.
3.      Because of the salvation that He has given trough Jesus Christ (8-12)
God saving us form the kingdom of darkness and translating us into the his kingdom. When we believe and receive Him as our savior in our life, we have internal life, become sons and daughters of God. He forgives us from our sin when we confess, He gives us holy spirit as sign of our in heritance.

When do we should give thanks to the Lord...??

In  Fisrt thessalonians 5:18 says: Give thanks in all circumtanses for this is God’s will for you in Christ Jesus. We give thank to the lord in good time and bad time. We give thanks for answered our prayer and also we should give thanks for unansweard prayer as well. We give thanks in the sense that we realize God is sovereign and that where He does not rule, He overrules. We can give thanks in all things, not necessarily for all things.
Remember, for the child of God, Romans 8:28 is still true. No matter what happens, God is working all things together for our good and His glory.

How do we should give thanks to the Lord..??
There are three ways how do we give thanks to the Lords:
1.      Through praise and worship ( 2)
We were created for praise and worship Him. God wants us to praise Him with all our heart, soul, and strength. It’s just not about song that we sing, music that we playing, the way of praise and worship that we have, but it’s all about our heart and our desire in Him. God looking the things  inside of our heart.
2.      Through offering our life as a living sacrifice (13-15)
Romans 12:1 says : therefore, I urge you brother in views of God mercy to offer your bodies as living sacrifice, holy, and pleasing God, this is your spiritual of worship.
3.      Through proclamation of his name ( 16)
We should have to tell many people about what God has done in our life, tell the good news to many people about the salvation that god has given us.
Amin……!

By: Hadiran Halawa, S.Th