Oleh: Hadiran Halawa
Natal sejatinya berbicara tentang
perjumpaan antara pencipta dan ciptaan, Tuhan dengan manusia ciptaan. Tuhan
tidak hanya puas berjumpa dengan manusia melalui Firman-Nya lewat perantaraan
para nabi, melalui kemah suci, tabut perjanjian. Juga tidak puas hanya
melalui Teofani dalam wujud malaikat,
wujud balatentara Hakim, dan wujud benda
“semak terbakar”. Allah sepenuhnya ingin berjumpa dengan manusia untuk
menyatakan kasih-Nya dan satu-satunya cara adalah dengan berinkarnasi menjadi
sama dengan manusia ciptaan. Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar
wujud Allah yang sejati dalam rupa manusia. Ibrani 1:3.
Tuhan datang mencari dan
menjumpai manusia ciptaanNya yang telah jatuh dalam dosa, telah hilang dari
kasih-Nya. Untuk dikembalikan dalam rencanaNya yang semula, kembali dalam
persekutuan kasih-Nya. Bukan manusia yang mencari Allah, tetapi Allah yang
datang mencari dan menjumpai kita. Manusia berdosa tidak akan pernah bisa dan
sanggup mencari Allah, tanpa Allah terlebih dahulu mencarinya. Dibuktikan sejak
manusia pertama yang telah jatuh dalam dosa. Dalam anugerahNya Tuhan yang
datang mencari adam dan hawa yang telah bersembunyi dari hadapan Allah, karena
takut telah melakukan dosa.
Orang Yahudi mengharapakan kedatangan mesias
yang dinubuatkan oleh para nabi itu dalam rupa raja yang berkuasa, yang kuat,
berpasukan, megah, berwibawa, seperti layaknya raja-raja di dunia. Mereka
berharap untuk dibebaskan dari penderitaan dan kesusahan hidup karena berada
dibawah penjajahan romawi. Mereka mengharapkan dengan kedatangan mesias mereka
bisa diebebasakan dan dimerdekakan. Tetapi harapan itu berbanding terbalik
dengan kenyataan yang ada. justru Tuhan menyatakan dirinya dalam wujud seorang
bayi lemah, tidak berdaya, tidak lahir dalam kemuliaan raja menurut dunia,
tetapi dalam kesederhanaan.
Allah telah berinisatif untuk datang menjumpai manusia,
Bagian manusia adalah meresponi kasih Allah. Manusia pertama yang mau meresponi
panggilan kasih Allah dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam peristiwa
natal selain dari pada Yusuf dan Maria
adalah Para gembala. Mereka mendengar berita kelahiran itu begitu singkat,
namun mereka dengan segala kerinduan segera pergi untuk membuktikan berita yang
baru saja mereka dengar. Mereka datang kepada Tuhan dengan segala keberadaan
mereka sebagai orang-orang yang sederhana. Mereka datang ke kandang yang hina
hanya dengan satu tujuan atau motivasi, yaitu berjumpa dengan Tuhan Yesus. Dan
akhirnya mereka berjumpa dengan Maria dan Yusuf serta bayi Yesus, sang Putra
Natal Yang Kudus, mereka mengalami Natal (Lukas 2:16).
Kemudian orang yang mengalami perjumpaan dengan Mesias yang
lahir itu adalah Orang majus dari timur. Mereka ini adalah kaum terpelajar.
Ahli perbintangan dari Timur (Babel) yang harus meninggalkan segala sesuatu dan
bertanya-tanya karena rindu bertemu dengan Bayi Natal dengan tujuan untuk
menyembah Dia -- Tuhan Yesus (Matius 2:2). Mereka bertemu dengan Tuhan Yesus
lalu sujud menyembah Dia -- mereka mengalami Natal. Firman Tuhan berkata,
"Mereka membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya,
yaitu emas, kemenyan, dan mur." (Matius 2:11)
Tuhan tidak pilih bulu dalam
menyatakan kasihnya kepada manusia, termasuk dalam perjumpaan dengan diriNya. Sebenarnya
ada golongan lain yang tau tentang kelahiran Mesias dan mereka ada didaerah itu yaitu orang farisi dan ahli taurat,
mereka ini adalah rohaniawan yang selalu mempelajari dan menyelidiki kitab suci setiap hari. Mereka
juga tau tentang nubuatan tentang mesias
dan penggenapannya. Harusnya dari ukuran kacamata manusia merekalah orang
pertama yang pantas dan layak berjumpa dengan Tuhan. Tapi sayang sekali mereka
tidak mengalami perjumpaan dengan Mesias yang lahir itu.
Selain itu ada Juga Raja Herodes
yang memerintah saat itu mendenggar berita kelahiran mesias sang raja. Harusnya
orang seperti raja herodes yang layak dan mendapat kehormatan besar menurut
ukuran manusia untuk menyambut kelahiran raja diatas segala raja. Tetapi sangat
disayangkan bukannya ikut menyambut dan
mau berjumpa dengan Mesias dengan hati
yang tulus, justru merasa terancam kedudukannya, merasa tersaingi, sehingga
merancang sesuatu hal yang jahat untuk membunuh bayi Yesus
Perjumpaan Dengan
Tuhan Tidak Meniadakan Krisis
Kehadiran Allah dalam dunia
melalui peristiwa natal tidak meniadakan masalah atau krisis yang terjadi saat
itu. Orang-orang Yahudi tetap mengalami kesusahan dan penderitaan, tetap
menjadi bangsa jajahan romawi. Yusuf dan maria yang telah mengalami perjumpaan
dengan Tuhan, tidak menjadikan mereka manusia yang tanpa persolan hidup. Justru
masalah yang mereka hadapi bertambah berat. Raja Herodes dalam kebengisannnya
meradang karena orang majus tidak mampir diistananya setelah mereka melihat
bayi Yesus.
Herodes yang takut kehilangan
jabatan atau takhatanya memerintahkan prajuritnya untuk membunuh semua.. yah
semua anak laki-laki dikawasan bethlehem, ia berharap bayi Yesus termasuk di
dalamnya. Bisa bayangkan bagaimana rasa dukacita yang teramat dalam dialami oleh
keluarga yahudi yang memiliki anak bayi laki-laki yang dibunuh saat itu. Yusuf
dan maria harus melewati proses yang menyakitkan mengusingkan Yesus untuk
sementara waktu ke mesir guna
menghindari pembunuhan terhadap bayi Yesus.
Demikian halnya dalam kita mengiring
Yesus, mengalami perjumpaan mengikut Kritus tidaklah meniadakan Krisis dalam
hidup kita, Bahkan justru terkadang krisis bertambah besar kita alami sebagai
konsekuensi iman kita terhadap Kristus.Ada banyak tokoh-tokoh dalam Alkitab,
pahlwan iman, tokoh-tokoh kekristenan yang telah mengalami perjumpaan dengan
Tuhan, namun mereka harus mengalami krisis kehidupan.
Perjumpaan Dengan
Tuhan Membawa Perubahan Hidup
Perjumpaan dengan Tuhan membentuk iman dan karakter kita. Alkitab
memberitahu kita bahwa orang-orang yang telah mengalami perjumpaan dengan Tuhan
mengalami perubahan hidup yang luar biasa. Musa telah mengalami perjumpaan
dengan Tuhan. Pengalaman penglihatan semak yang terbakar telah mengubahkan
hidup musa dari seorang yang minder, gagap berbicara menjadi seorang pemimpin
yang tangguh, cakap, berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya. Yakub telah
mengalami perjumpaan dengan Tuhan saat dia bergumul dengan Tuhan semalaman dan
telah mengubahkan hidup yakub si penipu menjadi Israel, pejuang Allah. Yesaya
mengalami perjumpaan dengan Tuhan, Gideon mengalami perjumpaan dengan Tuhan,
Paulus, Perempuan Samaria, Zakheus dan banyak tokoh Alkitab lainnya yang telah
mengalami perjumpaan dengan Tuhan hidup mereka diubahkan.
Orang yang telah mengalami perjumpaan dengan Tuhan bukan
hanya saja melihat kemuliaan Tuhan dan mengalami segala berkat-Nya, tetapi juga sanggup untuk melewati
kesulitan dan kesusahan hidup sehebat apapun. Yusuf dan Maria yang telah
berjumpa dengan Tuhan harus menjalani proses kehidupan yang sulit menjadi
seorang pengungsi di negeri orang, mereka melarikan diri menghindari
pembantaian bengis Herodes. Kehidupan pengungsi adalah kehidupan yang terus
bergerak, dengan begitu banyak resiko yang tak terbayangkan antara hidup dan
mati.
Orang majus dari Timur yang telah mengalami perjumpaan
dengan bayi Yesus, membuat mereka berani memutuskan untuk tidak kembali ke
istana Herodes meskipun telah diminta oleh Herodes supaya mereka kembali ke
istananya, tetapi mereka berani mengikuti dan taat terhadap penerangan dari
Tuhan lewat mimpi.
Tidak ada orang yanng telah mengalami perjumpaan dengan
Tuhan yang tidak diubahkan. Mungkin masih ingat ketika pertama kali mengalami
perjumpaan dengan Tuhan mungikin melalui mimpi, kuasa supranatural, melaui
firman Tuhan, atau melaluin proses kehidupan seperti ayub. Dan sejak saat itu
kita menjadi orang yang berbeda, menjadi orang yang tidak sama lagi seperti
sebelumnya. Adalah sangat penting bagi semua gembala, pendeta untuk membawa
jemaat mengalami perjumpaan dengan Tuhan sehingga mengalami perubahan hidup. Ada
banyak orang percaya yang belum mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara
pribadi.
Perjumpaan Dengan
Tuhan Mengubahkan Orientasi Hidup
Perjumpaan saya dengan Tuhan melalui persekutuan doa semalam
suntuk tahun 2003 disebuah gereja, telah mengubahkan hidup saya. Sejak malam
itu saya menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya, kerinduan dan kehasuan
saya akan Tuhan semakin besar. Bukan hanya itu orientasi hidup saya telah
berubah, yang tadinya fokus untuk mengejar ambisi pribadi dalam dunia, saat itu
berubah dengan memberi diri untuk mau melayani Tuhan menjadi seorang hamba
Tuhan.
Para gembala yang telah mengalami perjumpaan dengan Tuhan
Alkitab mencatat “Maka kembalilah gembala-gemabala itu sambil memuji dan
memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat,
semuanya itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka. Luk 2:20.
Saya percaya para gembala ini hidup mereka telah diubahkan, tidak lagi hanya
berpikir tentang ternak gembalaan mereka tetapi sekarang tujuan hidupnya untuk memuliakan
Allah.
Tuhan Memberkati !!!