Kamis, 30 April 2020

PERAN GEREJA DALAM MENGHADAPI VIRUS CORONA DAN KRISIS EKONOMI


Oleh: Hadiran Halawa

Gereja tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat dunia yang menjadi ladang pelayanannya. Gereja ada bukanlah untuk hidup bagi diri sendiri, atau komunitas. Dalam sejarahnya gereja lahir dan bertumbuh tidak terlepas dari hakekatnya untuk melayani sesama. Gereja hadir dalam setiap pergumulan kehidupan manusia di dunia ini dari masa ke masa, termasuk didalamnya bencana alam, wabah sakit penyakit, krisis ekonomi dan lain-lain.

Yesus dalam pelayanan-Nya di bumi sering sekali bersentuhan dengan orang-orang yang mengalami kesusahan dan penderitaan. Yesus menjadi sahabat bagi mereka yang tidak beruntung, bagi mereka yang miskin dan terlantar. Yesus menegaskan panggilan pelayanan-Nya di bumi ketika mengutip kitab Yesaya pasal 60  seperti yang tertulis dalam Lukas 4:18: “Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku, untuk memberitakan pembebasan kepada orang tawanan, dan penghlihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberikan tahun rahmat Tuhan telah datang.

Dengan semangat panggilan pelayanan Yesus yang telah Ia wariskan kepada gereja masa kini, maka penulis tergerak untuk mengkaji peran gereja dalam menghadapi virus corona dan krisis ekonomi. Gereja tidak bisa menutup mata melihat keadaan dunia secara khsususnya bangsa Indonesisa yang sedang berjuang menghadapi Virus corona dan Krisis ekonomi. Dalam tulisan ini penulis mencoba menguraikan Apa yang gereja dapat lakukan detengah-tengah penderitaan dunia akibat Virus Corona dan krisis ekonomi.

ARTI VIRUS CORONA

Koronavirus  atau coronavirus (istilah populernya: virus korona, virus corona, atau virus Corona) adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocoronavirinae dalamkeluarga Coro naviridae dan ordo Nidovirales.  Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia).  Pada manusia, koronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti SARSMERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan. Manifestasi klinis yang muncul cukup beragam pada spesies lain: pada ayam, koronavirus menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi menyebabkan diare. Belum ada vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi koronavirus pada manusia.
Koronavirus merupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genom koronavirus berkisar antara 27–34 kilo pasangan basa, terbesar di antara virus RNA yang diketahui. Nama koronavirus berasal dari bahasa Latin corona yang artinya mahkota, yang mengacu pada tampilan partikel virus (virion): mereka memiliki pinggiran yang mengingatkan pada mahkota atau korona matahari.(1)

VIRUS CORONA DAN DAMPAKNYA

Sudah  lima bulan pandemic  virus Corona telah menginfeksi  penduduk dunia dan sudah 2 bulan Indonesia terserang oleh wabah ini. Virus yang mematikan ini telah merenggut nyawa banyak orang diseluruh dunia terutama para orang tua yang telah lanjut usia dan juga yang sudah punya penaykit kronis bawaan. Berdasarkan data Worldometers yang diperbaharui per pukul 22.19 WIB, tanggal 27 April 2020, total jumlah kasus positif corona di dunia telah menembus angka 3 juta pasien. Pada Senin malam (27/4/2020), jumlah kasus positif corona di dunia telah mencapai 3.019.246 pasien. Sedangkan angka kematian akibat Covid-19 totalnya mencapai 208.112 jiwa.
Di Indonesia  update terbaru yang diumumkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada Senin sore (27/4/2020). Sebanyak 9.096 kasus positif Covid-19 tersebut ditemukan di 288 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi. Total pasien positif yang meninggal dunia telah mencapai 765 jiwa (8,41 persen) dan yang berhasil sembuh mencapai 1.151 orang (2). 

Angka orang yang terinfeksi virus corona semakin bertambah tiap-tiap harinya seakan berpacu dengan waktu. Sehingga ada banyak orang yang mulai bertanya kapan Covid-19 ini akan berakhir ?. Ada banyak pakar yang telah mencoba memprediksi berakhirnya virus corona ini. Salah satu yang sudah tak sabar adalah presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Minggu lalu, Trump berkata bahwa wabah ini akan berakhir pada bulan April ketika musim panas dimulai. Namun, apa kata para ahli? Pakar epidemiologi dari China, Zhong Nangshan, yang bertanggung jawab melawan wabah SARS pada 2003 sependapat dengan Trump. (3)

Tidak ketinggalan juga pesan nubuatan yang telah disampaikan oleh beberapa hamba Tuhan yang terkenal diapakai dalam karunia nubuatan, menubuatkan bahawa covid-19 akan berakhir pertengahan april atau sesudah perayaan paskah. Namun semua prediksi para ahli dan nubuatan hamba-hamba Tuhan meleset. Pada kenyataannya covid-19 semakin ganas menyerang penduduk dunia ini hingga saat ini.

Tidak ada satupun yang dapat memprediksi dengan tepat kapan virus corona ini akan berakhir.  Dari sisi iman kita sebagai orang percaya tentu akan berkata bahwa hanya Tuhanlah yang tau kapan covid-19 akan berakhir, karena Tuhan adalah maha tau, dan segala sesuatu ada dalam kontrol-Nya  dan kedaulatan-Nya.

Virus corona telah menjadi sebuah momok ketakutan bagi dunia. Berbagai daya upaya telah dilakukan untuk menghambat dan mencegah virus corona ini. Para tim medis telah berjuang mati-matian digaris depan untuk melawan virus ganas ini. Tidak sedikit diantara mereka yang gugur dimedan perjuangan. Telah banyak doa yang telah dipanjatkan kepada Tuhan untuk menghentikan virus corona, walaupun belum ada hasil secara kasat mata, namun saya percaya bahwa Tuhan menjawab doa dengan caraNya.

Seorang Teolog baptis yang bernama Jhon Piper,  memandang virus corona ini dari sudut pandang kedaulatan Allah. Dalam Tulisannya Jhon Piper berkata “Mengapa saya katakan berita tentang kedaulatan Allah atas virus corona, dan atas hidup saya sebagai sebuah ajaran yang manis di dengar ? Rahasianya, telah saya katakan, adalah mengetahui bahwa kedaulatan yang dapat menghentikan wabah virus corona, meski sekarang tidak melakukannya, adalah kedaulatan yang sama yang memelihara jiwa-jiwa yang sekarang ada di dalamnya (4).

 Virus Corona bagaikan sebuah misteri yang sulit dipecahkan secara akal manusia. Bahkan sampai saat ini belum ada obat vaksin yang berhasil diuji coba untuk membasmi virus corona. Walaupun beberapa ahli menyatakan telah menemukan vaksin seperti di Israel, China dan America namun sampai saat ini belum ada yang bisa menjamin telah lulus uji coba ke manusia. Untuk menguji vaksin temuan para ahli ini juga tidak memakan waktu yang hanya sedikit, dibutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan mungkin tahunan. Tentu kita berdoa supaya prosesnya bisa lebih cepat sehingga bisa mulai digunakan untuk membasmi Covid-19.

Demikian juga penyebab dari virus corona, belum ada yang bisa memastikan dari mana sumber dan apa penyebabnya. Yang hanya kita tahu bahwa pada tanggal 11 Januari 2020, sebuha virus baru yang bernama corona (Covid-19) dilaporkan membunuh korban pertamanya di provinis Wuhan, Cina. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mengumumkan pandemi global.


Berbagai asumsi tentang asal muasal virus corona yang mematikan ini. Ada yang berpendapat bahwa  corona virus ini berasal dari orang yang memakan hewan liar seperti ular dan kelelawar. Sebab, sejumlah kasus virus corona pertama diduga berasal dari pasar seafood dan hewan liar di Wuhan, Cina. "Ini kemungkinan berasal dari beberapa hewan dan melompat ke manusia," kata Dr. Isaac Bogoch, spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Umum Toronto.

Ada juga yang menduga bahwa  virus ini bersal dari sebuh  laboratorium virus yang ada di Wuhan Cina. Salah satu teori yang dicurigai pemerintah AS adalah kebocoran yang tidak di sengaja. Intelijen memastikan pemerintah tidak mempercayai anggapan virus ini sebagai senjata biologis, dikutip dari CNN. Ada kecurigaan bahwa seseorang yang ada di lab terinfeksi karena kecelakaan kerja atau ketidakhati-hatian dalam membawa material sehingga terjadi infeksi kepada manusia. (5)

Namun semua dugaan ini belum dapat dipastikan kebenarannya. Dari sudut pandang agama,  ada orang  yang mempertanyakan apakah ini adalah suatu bentuk penghukuman Allah atas manusia, yang artinya bisa saja Tuhan memakai virus corona, atau Tuhan dalam kedaulatnnya mengizinkan Iblis yang memaki virus corona untuk membawa penghukuman bagi manusia yang berdosa.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut Jhon Piper memberikan pandangannya dengan berkata “Kenyataaanya bahwa semua penderitaan adalah hasil dari kejatuhan manusia ke dalam dosa-Masuknya dosa yang menolak Allah di dunia – tidak berarti bahwa semua penderitaan manusia adalah penghakiman dari Alllah yang khususnya terhadap dosa-dosa pribadi. Misalnya penderitaan Ayub tidak disebabkan dosa-dosanya”.(6)

Lebih lanjut Jhon piper menerangkan bahwa, Meski demikian, terkadang Alllah memakai penyakit untuk menjatuhkan penghakiman Khusus kepada mereka yang menolak-Nya dan menyerahkan diri kepada dosa. Dua cotonh penghakiman khusus atas dosa di dalam Alkitab, raja Herodes menyombongkan diri dengan mengizinkan orang-orang menyebutnya allah. “Seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi  hormat kepada Allah (Roma 1:27). Contoh lain adalah dosa hubungan seks sesama jenis. Di dalam Roma 1:27, rasul Paulus bekata “Suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasa yang setimpal untuk kesesatan mereka”(7)

Jhon piper dalam kajian Teologisnya terhadap virus corona berkata bahwa virus corona tidak pernah merupakan hukuman yang pasti dan sederhana atas seseorang. Orang-orang Kristen yang paling mengasihi dan dipenuhi Roh Kudus, yang dosa-dosanya telah diampuni di dalam Kristus bisa saja mati karena Corona. (8)

Telah banyak orang Kristen  dan hamba-hamba Tuhan yang telah kehilangan nyawanya karena serangan virus corona ini. Di Indonesia sendiri  sudah ada puluhan hamba Tuhan meninggal karena virus corona, apakah kita berani berkata bahwa itu adalah hukuman Allah atas perbuatan mereka yang berdosa ?. Lagi pula firman Tuhan berkata dalam Roma 8:1, “tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”. Kalaupun harus mengalami penderitaan itu adalah sebuah tindakan disiplin dan bukan kehancuran.

Terlepas  penyebab Virus corona yang  misterius ini dan yang telah membuat umat manusia dalam penderitaan yang hebat, satu hal yang kita yakini bahwa semua tetap ada dalam kontrolnya Tuhan. Jhon Piper berkata “Sekalipun Iblis, menurut perkenan Allah, menjamah kita dengan penderitaan dan kematian, ia tidak mengendalikan hasil akhirnya , Ia tidak dapat melukai kita tanpa izin dan batasan dari Allah (Ayub 1:12;  Lukas 22:31; 2 Kor.12:7) Dan pada akhirnya, kita berhak mengatakan kepada Iblis apa yang dikatakan Yusuf kepada saudara-saudaranya yang dulu menjualnya ke dalam perbudakan: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan”  Kej.50:20. (9).

KRISIS EKONOMI

Tidak bisa dipungkiri bahwa dampak virus corona tidak hanya merusak tubuh manusia yang menyebabkan kematian yang begitu banyak diseluruh dunia, tetapi juga telah memukul sendi  perekonomian  dunia dengan kerusakan yang sangat parah. Menjadi negara pertama yang terindikasi Virus Corona Covid-19 ini, China yang pertama kali merasakan dampak buruk bagi perekonomian. Dampak yang disebabkan antara lain adalah penurunan dalam sektor ritel sebesar 20.5 persen, investasi aset yang turun sebesar 25 persen dan output industri yang turun hampir 13.5 persen, angka pengangguran di Tiongkok juga mengalami kenaikan sebesar 6,3 persen pada Februari lalu. Salah satu alasannya adalah karena China sempat memberlakukan sistem lockdown di negaranya yang berdampak juga pada alur bisnis.

Negara Italia adalah negara kedua yang terkena dampak Corona terbesar setelah China. Berdasarkan data penyebaran virus Corona Global, ada sekitar 35.713 kasus virus Corona dan angka meninggal mencapai 2.978 orang di Italia. Wilayah yang paling terkena dampak dari virus Corona ini adalah bagian Utara dari Italia. 

Pemerintah memberlakukan kebijakan lockdown ke seluruh negeri, mematikan ekonomi ritel, dan menutup semua toko kecuali apotek. Masyarakat tidak diizinkan untuk keluar dari rumah, kecuali belanja kebutuhan pokok sehari-hari atau jika memang ada hal darurat yang harus dilakukan diluar rumah. 

Pemerintah juga membatalkan event perdagangan besar seperti Milan Furniture Fair, dan banyaknya pembatalan lain yang membuat sektor industri pariwisata Italia juga menurut drastis. 
Presiden Amerika beberapa saat lalu menyatakan keadaan darurat nasional dan mengeluarkan dana darurat sebesar USD 8.3 miliar untuk menangani wabah penyebaran virus Corona. Dampak yang disebarkan oleh Corona ini sebanyak 9.345 kasus dengan angka kematian 150 orang. 

Sama seperti negara-negara lain, Covid-19 ini memberi dampak besar di sektor perekonomian Amerika. Salah satu sektor yang terkena dampak adalah sektor pariwisata dan hiburan. Selain pariwisata, bisnis lain seperti restoran, pertunjukan, bioskop, kasino pun terkena imbasnya. (10)

Tak terluput Indonesia yang menjadi bagian dari pada dampak ekonomi Global karena wabah virus corona. Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan dampak penyebaran virus corona terhadap ekonomi akan lebih kompleks dibandingkan dengan krisis yang terjadi pada 1997-1998 dan 2008-2009. Pasalnya, wabah tersebut tak hanya berdampak pada nyawa manusia tapi juga hampir seluruh sektor ekonomi.

"Kami sampaikan virus corona jauh lebih kompleks dari 1997-1998, karena saat itu kami tahu penyebab dan bisa menahan. Kalau yang virus corona belum tahu penahannya apa," ucap Sri Mulyani melalui video conference, Senin (6/4). (11)


Minimal ada 8 dampak negatif virus corona bagi perekonomian Indonesia :
Pertama, sampai 11 April lebih dari 1,5 juta karyawan putus kerja atau pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan. Di mana 1,2 juta pekerja itu berasal dari sektor formal, 265.000 dari sektor informal. 
Kedua, Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia di bawah level 50 yakni hanya 45,3 pada Maret 2020.
 Ketiga, lebih dari 12.703 penerbangan di 15 bandara dibatalkan sepanjang Januari-Februari, dengan rincian 11.680 penerbangan domestik dan 1.023 penerbangan internasional.
Keempat, sekitar Rp 207 miliar kehilangan pendapatan di sektor pelayanan udara, dengan sekitar Rp 48 miliar kehilangan disumbangkan oleh penerbangan dari China.
 Kelima, angka turis menurun hingga 6.800 per hari, khususnya turis dari China. 
Keenam, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia memperkirakan penurunan tingkat okupansi di sekitar 6.000 hotel di Indonesia dapat mencapai 50%. Ini bisa mempengaruhi turunnya devisa pariwisata lebih dari setengah tahun lalu.
Ketujuh, impor Indonesia sepanjang Januari-Maret 2020 turun 3,7% year to date (ytd).
Kedelapan, inflasi pada bulan Maret 2020 tercatat sebesar 2,96% year on year (yoy) disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan serta beberapa harga pangan yang melonjak. Meski, terjadi deflasi pada komoditas aneka cabai dan tariff angkutan udara. (12)

Melihat kenyataan dampak ekonomi Global khususnya dampak bagi ekonomi di Indonesia yang dengan jelas telah menyebabkan  Krisis Ekonomi besar, pastinya hal itu berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat, khsusunya masyarakat kecil yang mengalami kelumpuhan ekonomi. Dengan banyaknya perusahan-perusahan yang tutup otomatis banyak karyawan juga yang dirumahkan dan yang penghasilannya jadi berkurang bahkan mungkin ada banyak yang sudah tidak dapat penghasilan lagi. Belum lagi  pelaku usaha UMKM yang tutup, masyrakat yang menggantungkan hidupnya dari penghasilan sehari seperti ojek online, tukang bangunan dan lainnya pasti sangat terpukul berat dengan kondisi seperti ini.

Kita bisa bayangkan seorang ayah yang kehilangan pekerjaannya karena di PHK atau bahkan mungkin ayah dan ibu dua-duanya di PHK dari tempat pekerjaanya. Bagaimana dengan kehidupan anak-anaknya yang harus dikasih makan, belum lagi cicilan rumah, cicilan kendaraan, asuransi dan  sejumlah kebutuhan mendesak lainnya yang harus dibayar. Tentu ini sebuah kondisi yang tidak mudah, bahkan untuk dibayangkan saja apalagi dijalani.

PERAN GEREJA DALAM SEJARAH

Gereja tentu tidak hanya berdiam diri dan berpangku tangan melihat kenyataan ini. Gereja harus berperan aktif dalam menghadapi Virus corona dan Krisis ekonomi. Gereja terpanggil menjadi terang dan garam bagi dunia. Matius 5:13 “Kamu adalah garam dunia, Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan ? tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak. Gereja harus bisa menjadi jawaban bagi permasalahan yang sedang dihadapi dunia bukan hanya secara teroritis tetapi dalam aksi nyata.

Bill Hybels dalam bukunya COURAGEOUS LEADERSHIP berkata “Gereja adalah satu-satunya tumpuan harapan dunia” Gereja bisa hadir memberikan kontribusi dan solusi terbaik ditengah penderitaan dan Krisis ditengah dunia ini. Gereja bukan hanya sebuah komunitas, gereja bukan hanya sebuah ladang mencari identitas diri, gereja bukan hanya sarana belajar berorganisasi, gereja bukan hanya ballroom untuk ibadah, gereja bukan untuk menunjukan identitas diri, gereja ada bukan membuat manusia jadi egois. Gereja ada bukan untuk mengajarkan orang-orang menjadi eksklusif. Gereja ada bukan untuk membangun “kerjaan-kerajaan” kecil. Gereja ada bukan untuk memntingkan diri dan memperkaya diri. Gereja ada untuk melayani, menjadi terang dan garam bagi dunia.

Gereja telah berperan aktif dalam sejarah peradaban manusia ketika dibutuhkan. Saat gereja dibutuhkan untuk pengabaran injil yang intensif, gereja mula-mula telah melakukannya dengan baik. Saat gereja dibutuhkan menghadapi bidat-bidat, gereja jaman Yunani telah berperang dengan baik. Saat gereja dibutuhkan kewibawaanya melalui kekuasaan pemerintah, gereja zaman Katolik telah melakukannya dengan baik.Saat gereja perlu diperbaharui dari penyelewangan, gerja zaman reformasi protestan telah menjalankan dengan baik. Saat gereja harus memberikan pencerahan dari kebodohan, gereja diabad dalam dunia yang kompleks, lahirlah gereja dengan paradigma misi. (13)

Orang Kristen telah berperan aktif dalam menangani wabah penyakit di era Kekaisaran Romawi. Para sejarawan mencatat Wabah antonine mengerikan dari abad ke-2 yang memungkinkan telah membunuh seperempat Kekaisaran Romawi. Orang Kristen hadir disana mewartakan kasih Kristus melalui tindakan nyata, menolong orang-orang sakit, merawat, membagi makanan dan lain sebagainya sebagai hasilnya menyebabkan penyebaran agama Kristen.

Di era Kekaisaran Romawi wabah yang paling terkenal wabah siprianus. Namanya berasal dari seorang uskup yang menyampaikan kisah penuh warna tentang penyakit tersebut dalam khotbah-khotbahnya. Diduga penyakit Ebola. Wabah Siprianus membantu memicu krisis abad ketiga di peradaban Romawi. Namun wabah itu juga memicu pertumbuhan Kristen.Orang-orang Kristen pada eranya telah berperan dengan baik dengan semangat pengajaran Yesus “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Markus 12:31). (14)

TIGA TUGAS DAN PANGGILAN GEREJA

Dalam bingkai tugas dan panggilan gereja dalam dunia ini yaitu  Koinonia (Persekutuan), Marturia (Kesaksian) dan Diakonia, gereja dapat mengambil peran aktif dalam menghadapi wabah virus corona dan krisis ekonomi yang sedang melanda Indonesia dan penduduk dunia.

Peran Gereja Dalam Bentuk Koinonia (bersekutu)

Koinonia berasal dari bahasa Yunani “Koinon” yaitu bersekutu. Kata Koinonia baik dalam Alkitab, maupun dalam masnyarakat Yunani pada waktu itu tidak terbatas pada salah satu pengertian saja, melainkan mempunyai arti yang luas sesuai dengan keadaan yang berlaku pada waktu itu dan situasi tertenu. Dalam masyarakat Yunani kata Koinonia seringkali dipakai untuk menggambarkan hubungan manusia dengan ilah-ilah. Hubungan itu dibayangkan sebagai hubungan atar teman (koinonos). Koinonein berarti bergaul secara akrab dengan ilah-ilah, supaya mencapai mistik yang membawa kepada kebahagiaan yang hebat itulah sebabnya septuaginta (Perjanjian Lama yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani)

Koinonia tidak pernah menggambarkan hubungan antara Allah dengan manusia. Di dalam Perjanjian Lama kata hamba (lbr :ebed) dipakai, bukan teman untuk menggambarkna hubungan Allah dengan manusia, manusia adalah hamba Allah. Allah sebagai khalik dan manusia sebagai makhluk. Namun dalam perjanjian baru ada perubahan: kaena melalui Yesus Kristus manusia bisa dipersatukan kembali dengan Allah. (15)

Harun Hadi Wojono berkata “Dalam 1 Korintus 1:9 rasul Paulus berkata bahwa Tuhan Allah telah memanggil orang-orang Kristen di Korintus kepada pesekutuan dengan anakNya Yesus Kristus. Dari kata-kata Paulus ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “panggilan” adalah ini, bahwa orang dipanggil untuk bersukutu dengan Kristus, sebab persekutuan itulah yang menyelamatkan”. (16)

Gereja tidak hanya dipanggil untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi tetapi juga besekutu dengan sesama anggota tubuh Kristus dalam ibadah ataupun dalam doa. Ditengah-tengah pergumulan bangsa kita yang sedang mengalami penderitaan berat karena virus corona yang menyebabkan Krisis ekonomi. Gereja bisa mengambil bagian dalam menyelesaikan masalah ini. Gereja dipanggil untuk bersekutu, bersatu hati berdoa untuk bangsa kita. Dalam tugas dan panggilan gereja untuk bersekutu dengan Tuhan melalui doa, setiap orang Kristen ikut serta untuk mendoakan bangsa dan negara, mendoakan keselamatan Indonesia.

Walaupun saat ini orang percaya tidak bisa berkumpul di gereja untuk ibadah  karena anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing, itu tidak menjadi penghalang gereja sebagai tubuh Kristus untuk tetap bersekutu dalam doa. Kita bersyukur dengan kecanggihan teknologi sehingga bisa melaksanakan ibadah online, bisa melakukan pertemua/persekutaun doa via aplikasi zoom. Hal itu tidak mengurangi esensi dan nilai persekutuan kita dalam Kristus untuk berdoa dengan sehati dan dengan tekun untuk bangsa kita

Dimulai dari pemimpin-pemimpin gereja yang mau bersatu hati berdoa, saatnya mengesampingkan perbedaan doktrin yang yang selama ini menjadi tembok pemisah antara denominasi yang satu dengan denominasi gerja lain. Gereja sebagai tubuh Kristus dibutuhkan andilnya untuk berdoa untuk keselamatan bangsa dan negara. Hal ini akan tercapai kalau gereja sebagai anggota tubuh Kristus bisa sepakat bersatu hati berdoa.

Saatnya menanggalkan semua keegoan dan arogansi organisasi gereja dan berlutut,merendahkan berdoa bersama dengan ratap tangis untuk negeri kita tercinta Indonesia. Ini bukan saatnya untuk saling memperdebatkan doktrin mana yang lebih benar, ini saatnya bukan untuk saling menyerang antara hamba Tuhan yang satu dengan hamba Tuhan yang lain, ini saatnya bukan untuk saling mengkritisi pengajaran gereja yang satu dengan gereja yang lain. Mari tanggalkan itu semua, sekarang ini dibutuhkan kesatuan hati khsusus para pemimpin-pemimpin gereja berserta seluruh jemaat untuk  bersekutu dengan Tuhan dalam doa memohon belaskasihannya atas bangsa kita.

Kesatuan gereja sangatlah penting supaya bisa berdampak ditengah-tengah dunia. Yesus pernah berdoa supaya gereja bersatu. Yohanes 17:11 Dan aku tidak ada lagi dalam dunia tetapi mereka masih ada dalam dunia  dan Aku datang kepada-Mu ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku supaya mereka menjadi satu sama seperti kita.

Kualitas kesatuan para murid yang didoakan Yesus adalah seperti diri-Nya dan Bapa. Standar kesatuan di sini adalah Allah sendiri. Dan itu bukan suatu yang mustahil dilakukan. Para murid setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga telah mewujudkannya ketika, menurut catatan Lukas, ”Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus” (Kis. 1:14). Gereja mula-mula terlah berdampak besar bagi dunia oleh karena mereka bersatu hati berdoa dengan tekun.

Firman Tuhan dalam Tawarikh 7:14 berkata “Dan umat-Ku yang atasnya namaku disebut merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka. Melalui ayat ini kita bisa lihat bahwa umat Tuhan punya peranan penting untuk dipulihkannya sebuah bangsa. Kalau kita percaya bahwa hanya tangan Tuhan yang penuh kuasa yang bisa menyembuhkan bangsa kita dari virus corona dan memulihkan perokonomian bangsa kita, maka kita sebagai bagian dari pada bangsa ini harus berdoa dalam kesatuan dan bersungguh hati, memohon pertolongan Tuhan

Di zamannya, Daniel pernah berdoa memohon pengampunan bagi bangsanya. Daniel9:16-19
Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami. Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri. Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!


Daniel menyadari dosa-dosanya dihadapan Tuhan dan menyadari dirinya sebagai bagian dari suatu bangsa yang sangat berdosa dan tercela. Sebagai imam dia berdoa untuk pendamaian bangsanya dihadapan Tuhan. Curahan hati Daniel terlihat dalam desakan doanya “Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah ! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah, dengan tidak bertangguh”. (17)

Nabi Yeremia Juga berdoa untuk bangsanya yang tengah mengalami penderitaan yang hebat. Yeremia menyadari bahwa penderitaan besar yang dialami bangsanya adalah akibat dosa mereka sendiri. Oleh sebab itu sebagai bagian dari bangsanya Yeremia dengan kesungguhan hati menaikan doa syafaat kepada Tuhan. Yeremia berdoa begini Ratapan 5:16&21)“Mahkota kami telah jatuh dari kepala kami, wahai kami, karena kami telah berbuat dosa”. Bawalah kami kembali kepada-Mu ya Tuhan, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala.

Ditengah wabah virus corona yang sedang melanda Indonesia dan dunia disertai dengan krisis ekonomi sebagai akibatnya, Apakah gereja hanya berdiam diri dan jadi penonton saja. Apakah kita sebagai gereja Tuhan merasa bagian daripada negara ini ?. Kalau kita merasa bahwa kita adalah bagian dari pada negeri ini maka kita harus berdoa syafaat untuk bangsa kita. Kita bawa bangsa kita dihadapan Tuhan, Memohon pengampunan Allah untuk negeri kita seperti yang dilakukan Daniel. Yesus berkata “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” (Matius 21:22).

Peran Gereja Dalam Bentuk Marturia (Bersaksi)

Istilah “Marturia” berasal dari bahas Yunani “Martureo”, dan kata yang berakar padanya, “martus, marturia dan marturion”. Artinya “saksi”. Saksi ialah orang yang memberi kesaksian tentang sesuatu yang ia sendiri telah melihatnya. Hanya dalam Yesaya 8:16, 20, kesaksian berbeda dipisahkan dari saksi.
Para rasul adalah saksi-saksi utama tentang hidup dan kebangkitan Kristus ( Yoh. 21; 24; Kis. 1:22; 2 dan Ptr. 16). Dalam gereja purba, kata Yunani “Martus” menjadi terbatas, terutama untuk menyebut mereka yang setia kepada imannya kendati sampai mati sekalipun. Penggunaan kata itu dalam arti demikian dikenal di Indonesia sebagai martir.
Dalam dunia Kristen modern, “kesaksian” berarti cerita tentang apa yang dikerjakan Kristus atas hidup seseorang menjadi pengalaman hidup orang itu. (18)

Martuaria (beraksi) bagian penting dari tugas dan panggilan gereja yang tiak bisa kita abaikan dalam keadaan dan situsai apapun. Misi penginjilan adalah suatu perintah yang harus dilaksanakan oleh gereja. Perintah Allah adalah "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus; dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman" (Matius 28:19-20). "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (Markus 16:15). "Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga dan dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem" (Lukas 24:46-47). "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kisah Para Rasul 1:8).

Jhon Piper dalam bukunya “Coronavirus And Christ” berkata mengaitkan virus corona dengan kegiatan misi tampaknya sebuah gagasan yang aneh, sebab dalam jangka pendek, virus corona menutup semua akses perjalanan, migrasi, dan kemajuan misionaris. Namun, saya tidak sedang berpikir dalam jangka pendek. Allah telah memakai penderitaan dan pergolakan sejarah untuk menggerakkan jemaat-Nya ketempat-tempat yang perlu dikunjungi. Saya menduga Ia akan melakukannya lagi sebagai bagian dari dampak jangka panjang dari wabah virus corona. (19)

Lebih lanjut Jhon Piper berkata “sebagai contoh, pikirkan bagaimana Allah menggerakkan umat-Nya dari Yerusalem, melalui misi, ke Yudea dan Samaria. Yesus memerintahkan kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia, termasuk “di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan samapi ujung bumi” (Kis 1:18). Namun, pada waktu Kisah para Rasul 8. Tampaknya misi itu terhenti di Yerusalem. Apa yang diperlukan untuk menggerakkan gereja ke dalam paradigma misi ? Kematian Stefanus dan penganiayaan yang mengikuti setelah itu. Segera setelah Stefanus mati martir (Kis.7:60), penganiayaan terhadap orang-orang Kristen merebak. Begitulah cara Allah menggerakkan umat-Nya—dengan kemartiran dan penganiayaan. Pada akhirnya, “Yudea dan Samaria” mendegar Injil. (20)

Sejarah perjalanan misi penginjilan telah membuktikan bahwa Tuhan seringkali memakai situasi sulit, seperti penderitaan, wabah penyakit untuk memperluas pemebritaan Injil. Bukan mustahil untuk melakukan pengijilan ditengah wabah virus corona dan krisis ekonomi. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat dunia ini serasa tidak ada halangan untuk komunikasi satu dengan yang lain. Dalam 15 tahun terakhir media sosial telah memegang peranan penting dalam misi penginjilan. Diperkirakan lebih dari 2 miliar orang menjadi pengakses internet, dan lima 5 miliar  orang menggunakan handphone. Apalagi sekarang karena virus corona orang lebih banyak tinggal di rumah/kerja dari rumah pasti orang lebih banya habiskan waktu di media sosial. Ini adalah kesempatan bagi gereja untuk terus melakukan pelayanan penginjilan memberitakan tentang Kristus yang menjadi jawaba bagi semua persoalan dalam dunia ini. Yesus adalah jawaban satu-satunya.

Ditengah-tengah kekhwatiran dan ketakutan dunia akan virus corona yang belum kunjung berhenti justru semakin bertambah parah tiap-tiap harinya saya melihat di media sosial ada banyak orang dari berbagai negara dibelahan dunia mulai mencari Tuhan, mulai membuka hatinya untuk Krsitus. Ada banyak orang yang berdoa dengan ratap tangis dijalan-jalan memohon belaskasihan Tuhan. Tidak terkecuali sejumlah anggota konggres Amerika yang berdoa.

Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, terlihat salah satu anggota congres memimpin doa dengan menangis memohon pengampunan Tuhan atas dosa-dosa Amerika, memohon belas kasihan Tuhan untuk menyembuhkan Amerika dari wabah Virus corona. Amerika telah lama “membuang” Tuhan dan Firman-Nya  dari gedung putih dan juga di sekolah-sekolah negeri. sekarang mereka datang bertekuk lutut berdoa memohon pengampunan Allah atas dosa-dosa mereka. Kini saatnya mereka menyadari bahwa hanya Tuhan yang sanggup menolong dunia dari serangan wabah virus corona yang semakin menyeramkan.

Jhon Piper berkata bahwa cakupan dan keseriusan wabah virus corona terlalu besar untuk disia-siakan. Itu akan melayani rencana global-Nya yang tak terkalahkan dalam penginjilan dunia. Kristus tidak mencurahkan darah-Nya dengan sia-sia. Wahyu 5:9 berkata bahwa oleh darah itu, Ia menebus mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa”. (21)

Peran Gereja Dalam Bentuk Diakonia (Pelayanan)

Istilah “diakonia” berasal dari bahasa Yunani,  διακονια artinya pelayanan, sedangkan orang yang melakukannya disebut sebagai pelayan (δίακονος).

Diakonia adalah bagian terpenting dari ketiga dari tiga tugasa dan panggilan gereja dalam dunia yang diwariskan oleh Yesus sendiri. Oleh sebab itu pelayanan diakonia bukanlah sebuah pilihan bagi gereja, melainkan tugas yang amat penting yang harus dikerjakan. Hidup mati sebuah gereja terletak dari pelayanan diakonia. Gereja yang hidup adalah gerja yang melakukan pelayanan diakonia tetapi gereja yang mati adalah gereja yang tidak melakukan pelayanan diakonia. J.C. Sikkel pernah berkata bahwa gereja bisa teap hidup tanpa bangunan atau gedung, tetapi gereja tanpa pelayanan diakonia pasti mati. Pelayanan diakonia adalah “roh” dari pada gereja itu sendiri. Pelayanan diakonia adalah nafas dan DNA dari gereja.

Marturia dan diakonia seumpama dua sisi mata koin yang tidak bisa dipisahkan dalam pelaksanaanya, yang harus berjalan berdampingan. Keduanya mempunyai tujuan yang sama mewartakan kasih Kristus bagi dunia ini. Diakonia bentuk dari marturia dalam aksi nyata dengan memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Membagikan Kasih Yesus secara nyata melalui perbuatan kepada setiap yang perlu. Dalam kenyataanya terkadang perbuatan lebih berbicara kencang dari pada hanya sekedar kata-kata, sebab orang bisa melihat dan merasakan langusung bentuk dari pada kasih Kristus.

Dasar Alkitab dalam melakukan pelayanan diakonia adalah teladan dari pada hidup Yesus sendiri selama di bumi. Yesus pernah berkata bahwa tujuan kedatangannya di bumi adalah untuk melayani (Markus 10:45). Hal  ini diteguhkan oleh Paulus yang berkata bahwa Yesus datang menjadi hamba dan menjadi sama seperti manusia (Filipi 2:7).

Jadi, sifat dan sikap gereja dalam ber-diakonia berdasar pada sifat dan sikap Yesus Kristus sebagaimana telah dinyatakan dan dilakukan di dalam pelayanan-Nya. Sebagaimana Kristus hidup demikianlah juga gereja hidup. Yesus Kristus bukan hidup untuk diri-Nya sendiri tetapi juga untuk orang lain. Demikian juga orang Kristen telah menjadi warga gereja atau tubuh Kristus. Baik secara pribadi maupun secara bersama-sama, gereja harus melakukan pelayanan terhadap sesame anggota pesekutuan dan terhadap orang lain di Luar Persekutuan.(22)

Pelayanan diakonia sering dipahami hanya sebatas konsep caritas, membantu para janda, yatim piatu, fakit miskin demi kesejahteraannya. Sebenarnya, gereja dalam pelayan diakonia harus mencakup : pelayanan diakonia mencakup upaya pemahaman akar penyebab keprihatinan social sekaligus mengembangkan prakarsa pemberdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
Hanya dengan pemahaman pelayanan diakonia sedemikian gereja dapat berfungsi sebagai agen transformasi ditengah masyarakat sebagai pewujudan karya keselamatan Yesus Kristus. Gereja menjadi garam dan terang dunia. (23)

Wabah virus corona talah manjadi masalah bagi dunia, bukan hanya di Indonesia. Kerusakan dan penderitaan yang ditimbulkan tidaklah sedikit. Sebab selain menghancurkan kesehatan masyarakat yang telah merenggut nyawa banyak orang, juga berimbas kepada berbagai aspek kehidupan, khsusunya dibidang ekonomi. Ada banyak pelaku usaha bisnis yang gulung tikar, ada banyak karyawan perusahaan yang di PHK, ada sebagian orang yang gajinya hanya dibayar setengah saja. Ini masalah besar yang sedang dihadapi oleh bangsa kita. Dengan banyaknya penggangguran rawan meningkatnya kriminalitas di masyarakat. Secara khsusus masyarkat kecil yang begitu kena dampaknya akan berupaya bertahan hidup dengan segala macam cara.

Pemerintah kita telah berusaha sekuat tenaga dengan segala daya upaya untuk memutuskan mata rantai virus coroan, yaitu mengajak masyarakat rajin mencuci tangan (dengan sabun), menjaga jarak (sekitar 2 meter) dalam interaksi sosial, menggunakan masker, dan menghindari kerumunan. Di samping itu berbagai kebijakan lain juga diambil seperti pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Untuk meminimalisir dampak ekonomi terhadap masyakat, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan diantaranya seperti bantuan langusung tunai (BLT), Kartu Prakerja, subdsi listrik dan yang lainnya.Tentu kita sebagai gereja tidak membiarkan pemerintah bekerja sendiri. Gereja harus ikut berperan dalam membantu mengatasi kondisi pelemahan ekonomi keluarga. Gereja harus hadir dalam kapasitasnya melakukan pelayanan diakonia. Sekecil apapun tindakan nyata dari gereja dalam melakukan pelayanan diakonia pasti sangat membantu pemerintah dan masyarkat bisa tertolong.

Langkah konkret program gereja yang dapat dilakukan adalah pertama-tama menetapkan tindakan kasih gereja di dalam dan di luar gereja. Khusus di luar gereja, hal penting yang perlu dilakukan adalah menetapkan siapa yang akan ditolong dengan memperhatikan beberapa indikator diatas. Prinsip pertama yang secara umum dipraktekkan dalam sejarah gereja adalah memperhatikan orang yang terdekat yang sangat membutuhkan. Martin Bucer, sebagaimana dikutip Oden, menegaskan prinsip kepada siapa tindakan ini dapat dilakukan yaitu yang pertama kepada keluarga entah itu karena relasi darah, pernikahan atau karena relasi yang lain. Bagi Bucer, jikalau keluarga sendiri sudah dapat melakukan tanggung jawabnya dengan baik ke dalam keluarganya dalam relasi ikatan dekat itu, maka gereja memiliki sumber-sumber yang lebih untuk menolong mereka yang tidak memiliki rumah dan keluarga. Karena itu dalam hal ini gereja harus mengajarkan perihal tanggung jawab mereka dalam kaitan dengan orang miskin dan tidak beruntung yang ada diantara keluarga mereka. (24)

Prinsip kedua yang Bucer paparkan adalah menolong mereka yang tidak memiliki bantuan keluarga, khususnya yang dekat dengan gereja lokal dan kemudian menyebar kepada masyarakat luas dan antar negara. Dalam hal ini kemurahan Allah harus dbagikan kepada semua tanpa diskriminasi atas dasar suku, gender, klan, dan nasionalitas. Kemurahan ini harus terpenetrasi secara universal kepada mereka yang membutuhkan. Sebagaimana Cyprianus sang Bapa Gereja mengatakan, seperti yang dikutip oleh Oden. (25)

 Kita tidak tau kapan Pandemi Covid-19 ini akan berakhir  mungkin membutuhkan waktu yang lama, kita berdoa secepatnya berkahir. Gereja harus berperan dalam melakukan pelayanan diakonia. Walaupun saat ini kita “terkurung” di rumah saja karena anjuran pemerintah, namun bukan berarti hati kita juga ikut terkurung. Barangkali ada keluarga, teman, tetangga kita yang mungkin membutuhkan pertolongan sebisa mungkin kita bantu. Lakukan apa yang dapat kita  lakukan untuk membantu orang lain, terutama orang lanjut usia, orang cacat, orang miskin dan terisolasi. Barangkali gereja juga harus belajar hidup dalam kesederhanaan, hidup hemat, menahan pembelanjaan dan konsumsi yang tidak terlalu perlu, dengan demikian kita masih bisa berbagi dengan orang yang kekurangan disekitar kita.

KESIMPULAN :

Tuhan Yesus telah memberikan warisan keteladan bagi gereja selama pelayanan di bumi, Yesus telah hadir ditengah-tengah penderitaan dan kesusahan masyarakat dunia dan telah menjadi jawaban bagi persoalan mereka. Yesus telah menjadi sahabat bagi orang susah dan orang lemah. Demikian juga gereja sebagai tubuh Kristus dalam dunia ini harus mengambil peran dalam setiap pergumulan hidup masyarakat dunia dan menjadi jawaban.

Dalam sejarahnya gereja telah berperan dalam masanya dalam setiap persoalan hidup di dunia. Saat  dunia secara khsusus Indonesia sedang dalam pergumulan berat karena wabah virus corona yang berkepanjangan ini dan yang telah melumpuhkan ekonomi bangsa, gereja juga harus hadir dan berperan aktif dalam bingkai tugas panggilanya dalam dunia yang Bersekutu (Koinonia), Bersaksi (Marturia) dan Melayani (Diakonia). Kiranya dengan kehadiran dan peran aktif gereja menjadi solusi bagi permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa ini. Dengan demikian gereja telah mewartakan kasih Kristus bagi dunia ini. Paulus berkata “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Gal. 6:2). 


Catatan-Catatan:
4.Piper Jhon, Coronavirus And Christ,Literatur perkantas Jatim, 2020, hlm. 43
5.Op Cit, hlm 63
6.Ibid, hlm. 64
7.Ibid, hlm.65
8.Ibid, hlm.
15.Wijono Hadi Harun, Iman Kristen, Jakarta BPK.GMMulia, hlm.395
17.Op Cit. hlm.89
18.Ibid, hlm.90
19.Ibid.hlm
20.Ibid, hlm.91
25.Ibid.hlm






Minggu, 26 April 2020

APAKAH BOLEH BERBAHASA ROH SECARA KORPORAT ?


Oleh: Hadiran Halawa

Pada umumnya gereja Pentakosta-Kharismatik menggunakan bahasa roh dalam kegiatan ibadah mereka baik ibadah secara pribadi, maupun ibadah secara korporat di gereja dan dipersekutuan doa. Khususnya pada saat berlangsungnya pujian penyembahan dan doa biasanya sering menggunakan bahasa roh secara spontan dan besama-sama. Tetapi kemudian kebingungan muncul baik dikalangan Pentakosta Kharismatik maupun non-kharismatik ketika timbul pertanyaan-pertanyaan terkait penggunaan bahasa roh dalam ibadah dikaitkan dengan pernyataan Paulus di dalam 1 Korintus 14:23-24, 26-28.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menyinggung perihal aturan penggunaan karunia bahasa roh dalam pertemuan jemaat. Terlebih lagi di ayat 27-28 Paulus berkata : Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada orang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.

Dari ayat ini sering sekali terjadi perdebatan sengit dan pemisahan pandangan antara yang pro dan kontra terhadap penggunaan bahasa roh dalam ibadah. Biasanya ayat ini menjadi jurus pamungkas bagi orang yang kontra terhadap penggunaan bahasa roh dalam ibadah. Sehingga hal ini tentu semakin menambah kebingungan tersendiri di kalangan gereja Pentakosta Kharismatik, alhasil ada gereja tertentu yang akhirnya tidak lagi menggunakan bahasa roh dalam ibadahnya dan hanya boleh menggunakannya secara pribadi dalam doa/ibadah pribadi di rumah. Sebagian besar lagi masih tetap menggunakannya dalam ibadah yang walaupun mungkin belum punya dasar yang kuat  melakukannya,namun karena mungkin sudah menjadi sebuah tradisi maka masih terus saja menggunakannya dalam ibadah.

Melihat masalah ini, penulis kemudian terdorong untuk mengakaji apa sebenarnya yang Paulus ingin mau sampaikan kepada jemaat di Korintus. Apakah memang benar Paulus melarang penggunaan bahasa Roh dalam ibadah secara bersama, atau sebenarnya Paulus punya maksud dan  penekanan lain lebih dari pada itu. Maka untuk mengerti hal ini kita perlu melihat masalah yang sebenarnya terjadi di jemaat Korintus dengan sudut pandang yang benar, sehingga dapat memahami secara keseluruhan apa sebenarnya yang Paulus ingin mau sampaikan

PENGERTIAN BAHASA ROH

Istilah “bahasa Roh” atau “bahasa lidah”  adalah terjemahan dari kata Yunani  “glôssolalia”. Kata “glôssolalia” ini yang merupakan gabungan dari dua kata Yunani yaitu “glôssa” yang berarti “lidah” dan kata kerja “laleô, yang berarti “berbicara, berkata, mengeluarkan suara dari mulut”. Dalam Perjanjian baru, baik dalam Kisah Para Rasul maupun surat Korintus, istilah “bahasa lidah”, “bahasa asing”, dan “bahasa roh”, digunakan kata dan ungkapan yang sama yang saat ini dikenal dengan “γλωσσολαλια – glôssolalia” yaitu gabungan dari “γλωσσα – glôssa (lidah)” dan kata kerja “λαλεω – laleô (berbicara)”

Bahasa roh pertama kali dalam Kisah Para Rasul pasal 2 merupakan “bahasa-bahasa” (glôssai, bentuk jamak), tidak berbeda dengan bahasa roh dalam jemaat Korintus. Kedua-duanya tidak dimengerti oleh pembicara, dalam Kisah Para Rasul hanya dimengerti oleh orang lain, sedangkan dalam Korintus tidak dimengerti orang lain, oleh karena itu memerlukan penafsiran.  Perhatikan kedua ayat berikut ini: Kisah Para Rasul 2:4, “Maka penuhlah (eplêsthêsan) mereka dengan Roh Kudus (pneumatos hagiou), lalu mereka mulai berkata-kata (lalein) dalam bahasa-bahasa (glôssais) lain (heterais), seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya (apophtheggesthai)”; dan 1 Korintus 14:2, “Siapa yang berkata-kata (lalôn) dengan bahasa roh (glôssê), tidak berkata-kata kepada manusia (ouk anthrôpois lalei), tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan (lalei) hal-hal yang rahasia (mustêria)”. Jadi, ada dua jenis bahasa roh, yaitu bahasa roh yang dimengerti oleh orang lain (Kisah Para Rasul 2:4) dan bahasa roh yang harus ditafsirkan karena tidak dimengerti oleh orang lain (1 Korintus 14:2).

Pada saat murid-murid yang telah berkumpul dipenuhi dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta, mulailah mereka “berkata kedalam bahasa-bahasa (glôssai,) lain” seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakannya (Baca, Kisah Para Rasul 2:4-11). Pada saat itu, banyak orang Yahudi dari luar Palestina tercengang mendengar puji-pujian bagi Allah yang dalam bahasa (glôssa, Kisah Para Rasul 2:11) dan dialek-dialek (dialektos, Kisah Para Rasul 2: 6-8) yang dipakai di negeri mereka sendiri. Yang dimaksud dengan bahasa roh disini adalah bahasa roh yang benar-benar  merupakan karunia Roh Kudus, bukan bahasa lidah yang dibuat-buat, dipelajari, atau ditiru. Ini karunia bahasa roh. Contoh lainnya disebut dalam ayat-ayat berikut ini: Kisah Para Rasul 10:46, “sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh (glôssais) dan memuliakan Allah (megalunontôn ton theon)”;  Kisah Para Rasul 19:6, “Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata (elaloun) dalam bahasa roh (glôssais) dan bernubuat (proephêteuon)” (1).

Bahasa roh, menurut Paulus :
1.berkata-kata kepada Allah; bukan kepada manusia; oleh Roh mengucapkan hal-hal yang rahasia, dan tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya (1 Kor 14:2)
2.orang yang berkata-kata dalam bahasa roh membangun (memperbaiki) dirinya sendiri (1 Kor 14:4)
3.merupakan doa yang dilakukan oleh roh (1 Kor 14:14)
4.merupakan bahasa pengucapan syukur yang sangat baik (1 Kor 14:16-17).


MASALAH DI JEMAAT KORINTUS

Masalah-masalah yang terdapat di Jemaat Korintus sangatlah kompleks
Surat Paulus yang pertama ditulis setelah Paulus menerima kabar buruk dari orang-orang Kloe yaitu jemaat Kristen yang ada di Kointus . Berita buruk tersebut adalah timbulnya perseoalan-persoalan, seperti keikutsertaan jemaat Korintus dalam upacara-upacara keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-orang kafir dan pelacuran, selain masalah-masalah etis dan moral, surat ini juga merupakan surat penggembalaan untuk menegur jemaat di Korintus  yang memiliki berbagai macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu dengan yang lainnya saling menyombongkan diri. Dan juga menyalahgunakan karunia roh yang telah mereka terima. Salah satunya adalah karunia bahasa roh yang mereka bangga-banggakan dan menggunakannya dengan salah. Dalam Pasal 12-14 Paulus berbicara panjang lebar tentang karunia-karunia, khusus karunia bahasa roh dan bagaimana seharusnya penggunaanya.

Tulisan Paulus kepada jemaat Korintus terkait bahasa Roh paling komprehensif, karena hal ini yang dibuka oleh jemaat dan melaporkannya kepada Paulus. Tidak berarti bahwa gereja lain dibawah penggembalaan Paulus pada saat itu tidak memilki karunia bahasa roh dan menggunakannya pada saat pertemua jemaat. Ini hanya berarti pembaca saat ini tidak memiliki surat yang lain tentang penyalahgunaan karunia bahasa roh (Keener, Gift, 138). Jemaat yang lainya mungkin saja mereka menggunakan karunia bahasa roh secara dewasa, tidak seperti Jemaat Korintus yang saling menyombongkan menunjukan ketidak dewasaan mereka (2).

Yang menjadi masalah utama dalam jemaat korintus terkait dengan karunia bahasa roh adalah:
1. Paulus berusaha mengoreksi pemahaman mereka tentang karunia-karunia roh, karena sepertinya ada sekelomok jemaat yang memandang bahasa roh sebagai ekspresi dari tingkat spiritualitas yang lebih tinggi, sehingga merasa paling hebat dari antara semua yang tidak memiliki karunia bahasa roh dan menjadi sebuah kebanggan pribadi (1 Kor.14:12
2. Paulus menanggapi kekecauan di dalam pertemuan jemaat melalui suratnya karena banyak orang berbahasa roh di depan Publik ketimbang menggunakan bahasa manusia (1 Kor. 14:23)
3. Berbicara dengan bahasa roh di depan public yang tidak diterjemahkan jelas menimbulkan kebingungan (1 Kor.14:27)

Di dalam 1 Korintus 13:1 Paulus berkata “ Sekalipun aku berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Ayat ini mengindikasikan bahwa beberapa jemaat Korintus menganggap bahasa roh yang juga sering disebut bahasa malaikat merupak puncak dari spiritualitas tertinggi. Yang Kemudian Paulus koreksi pandangan yang salah ini, bahwa kasihlah yang menjadi landasan, fondasi dan motifasi dalam menggunakan semua karunia termasuk karunia bahasa roh dan kasih adalah puncak spiritualitas tertinggi yang harus dikejar dan dilakukan.

Poin penting yang ingin Paulus kepada jemaat di Korintus adalah penggunaan bahasa roh didepan publik yang tidak diterjemahkan. Paulus menegaskan dengan memberi contoh dirinya sendiri “Jadi, saudara-saudara, Jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu pernyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran ?” Jadi jelas disini Paulus mengoreksi penggunaan bahasa roh didepan publik seperti berkhotbah atau bersaksi.

 Contoh lain misalnya datang seorang pengkhotbah disebuah gereja berdiri didepan jemaat seharus menyampaikan Firman Tuhan tetapi sang pengkhotbah hanya berbicara dalam bahasa roh dari awal sampai akhir selama 1 jam. Atau misalnya ada salah satu jemaat yang maju kedepan ingin menyaksikan kebaikan Tuhan dalam hidupnya dihadapan jemaat tetapi dengan menggunakan bashasa roh selama 15 menit, maka ini adalah sebuah kesia-siaan belaka,tak ada faedahnya sama sekali untuk jemaat, karena tidak ada satu orangpun yang mengerti apa yang dikatakan kecuali ada yang menerjemahkan (Orang yang memilki karunia menafsirkan bahasa roh.

DUA FUNGSI BAHASA ROH

Bahasa roh memiliki 2 fungsi. Yang pertama Bahasa roh yang digunakan untuk memembangun diri sendiri/privat berkata-kata kepada Allah, sepeti memuji, menyembah Tuhan dan juga berdoa seperti yang dijelaskan diayat 2. Dalam hal ini tidak perlu diterjemahkan karena bersifat pribadi. Yang kedua adalah bahasa roh yang digunakan untuk membangun jemaat atau dengan kata lain bahasa roh public/Ministerial yaitu bahasa roh yang berfungi untuk menyampaikan suatu pernyataan dari Allah yang bisa membangun jemaat ketika diterjemahkan dan nilainya sama dengan menyampaikan nubuatan.

C.Peter Wagner berkata “Karunia bahasa roh adalah kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah dalam suatu bahasa yang tidak pernah mereka pelajari dan atau untuk menerima dan menyampaikan suatu pesan langsung dari Allah kepada umatNya melalui suatu ucapan yang diurapi Allah dalam suatu bahasa yang tidak pernah mereka pelajari (3)

Barangkali ada kebingungan di jemaat pentakosta-Kharismatik terkait pandangan yang mengatakan bahwa ada dua jenis bahasa roh yaitu (1) Bahasa roh sebagai karunia Roh; dan Bahasa roh sebagai bahasa doa. Seperti pandangan Dennis J. Bannet menyatakan “Allah menggunakan bahasa roh dalam dua cara yang berbeda. Sangat penting bagi kita untuk mengerti perbedaaanya. Pertama, apa yang kita sebut sebagai bahasa doa, dan yang kedua adalah “karunia bahasa roh”(4)

Apakah Paulus memisahkan karunia roh untuk pribadi atau bahasa doa (1 Kor. 14:5), dan karunia berkata-kata dengan roh/karunia bahasa roh untuk kepentingan jemaat (1 Kor.12:30b). Secara terminologi, keduanya menggunakan bahasa Yunani yang sama: γλώσσαις λαλοῦσιν  (Berkata-kata dalam bahasa roh) di dalam 12:30 dan λαλεῖν γλώσσαις  (Berkata-kata dalam bahasa roh) di dalam 14:5. Jadi tidak ada dua jenis bahasa roh menurut Paulus (Turner, Tounge, 238)(5)

BAGAIMANAKAH SITUASI DAN LITURGI IBADAH JEMAAT KORINTUS ?

Kita tidak tau secara jelas bagaimana situasi liturgi jemaat di Korintus. Kendala pembaca hari ini tidak dapat secara tepat mengetahui secara tepat situasi dan tata cara ibadah jemaat Korintus saat itu. Kita hanya bisa menebak dan berharap untuk tidak membuat keselahan sedikitpun”(6). Ketika membaca 1 Korintus 14 memang orang lebih gampang  menyimpulkan bahwa Paulus melarang jemaat menggunakan bahasa roh dalam ibadah, atau ada juga yang lebih ekstrim lagi tidak boleh menggunakan bahasa roh sama sekali (cf.Fee 1994,148).

Tapi paling tidak dari pernyataan Paulus dalam 1 Kor.14:26. Memberikan kita sedikit gambaran situsi dan tata ibadah Jemaat korintus, Paulus berkata “Jadi bagaimana sekarang, Saudara-saudara ? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau pernyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafirkan bahasa roh, tetapi semuanya dipergunakan untuk membangun”

Dari ayat ini kita melihat Paulus memberikan arahan bagaimana seharusnya melakukan ibadah saat berkumpul bersama yaitu masing-masing jemaat mempersembahkan sesuatu ada yang bermazmur, ada ada yang menyampaikan Firman Tuhan, ada yang berbahasa roh, ada yang menafsirkan bahasa roh. Dapat kita prediksi bahwa sebelumnya kebiasaan Jemaat Korintus tidak melakukan tata ibadah seperti yang Paulus sarankan diayat ini.

Barangkali jemaat korintus disaat mereka berkumpul melakukan ibadah tanpa tata ibadah yang jelas sehingga memungkinkan terjadi kekacauan dalam ibadah. Apalagi jemaat Korintus lagi bangga-banggnya dengan karunia bahasa roh maka kemungkinan terjadi adalah setiap jemaat berlomba lomba untuk  berbahasa roh sepanjang ibadah tanpa panduan yang jelas. Hal ini diteguhkan dengan pernyataan Paulus sebelumnya di ayat 23 “Jadi, kalau seluruh jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang  berkata dengan bahasa roh”. Jadi kemungkinan besar begitulah situasi ibadah jemaat Korintus pada saat itu, sehingga Paulus mengarahkan mereka supaya tidak kacau dalam ibadah dan semua dapat berlangsung dengan tertip dan sopan.

Kemudian kita coba bandingkan dengan situasi dan tata ibadah gereja masa kini khsususnya gereja Pentakosta-Kharismatik yang memilki tata ibadah yang khas. Saya mencoba memberikan gambaran secara umum tata ibadah gereja Pentakosa-Kharismatik. Diawali Dengan doa pembukaan disusul dengan lagu-lagu pujian penyembahan disertai dengan penyembahan secara spontan yang dipandu oleh seorang Worship Leader. Pada saat penyembahan spontan berlangung biasanya ada sebagian yang menggunakan bahasa roh, tetapi tidak terus menerus pada saat lainya menyembah dengan bahasa manusia biasa.

Sebagian jemaat lainya menyembah dengan bahasa manusia. Disela-sela pujian penyembahan kadang ada gereja terentu yang memberikan ruang kesaksian bagi jemaat yang mau bersaksi, tentu dengan munggunakan bahasa manusia juga. Setelah sesi pujian penyembahan baru mendengar Firman Tuhan yang disampaikan oleh pengkhotbah/pendeta menggunakan bahasa manusia juga bukan bahasa roh. Semuanya berjalan dengan rapi, sopan dan teratur. Setelah Firman selesai baru diresponi dengan pujian penyembahan lagi. Kemudian disesi doa syafaat berdoa dengan bahasa manusai juga yang kadang diselingi dengan doa dalam bahasa roh. Apakah demikian situasi ibadah jemaat di Korintus, apakah mereka melakukan ritual pujian pujian penyembahan pemberitaan firman yang disertai dengan penyembahan spontan seperti yang dilakukan gerja pentakosta-kharismatik masa kini. Kemungkinan besar tidak melakukan tata ibadah yang sama.

Para pengkritik gereja Pentakosta-Kharismatik yang menggunakan bahasa roh dalam ibadahnya saya pikir salah alamat. Dengan melihat fakta liturgi jemaat Korintus dengan jemaat Gereja Pentakosta-Kharismatik masa kini, yang jelas berbeda. “Gereja-gerja pentakosta kharismatik telah melakukan liturgi ibadah mereka dengan sopan dan teratur menurut apa yang mereka yakini. Karena itu tidak baik jika kritikan yang diberikan menurut standart denominasi lain, sebab standard sopan setiap gereja berbeda-beda. Paulus memberikan sebuah goal yang jelas bahwa semua itu dilakukan demi kepentingan jemaat banyak dan membangun jemaat” 1Kor.12:7 (7).

APAKAH KASIH LEBIH PENTING DARI KARUNIA-KARUNIA ROH ?

Paulus berkata di dalam 1 Kor.14:1  “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat”. Banyak orang salah dengan ayat ini, apalaagi bagi mereka yang tidak pro dengan penggunaan bahasa roh mereka berdalil bahwa kasih itu jauh lebih penting dari bahasa Roh. Di dalam ayat ini menggunakan dua kata yaitu “kejarlah” dan “Usahakanlah” itu artinya bahwa bagi Paulus baik Kasih maupun karunia-karunia Roh adalah sama pentingnya dalam jemaat untuk dikejar dan diusahakan. Budiselic berpendapat bahwa Paulus mendorong orang percaya untuk menginginkan kasih dan karunia Roh pada saat yang bersamaan. Paulus tidak menekankan kasih lebih dari karunia Roh atau sebaliknya karena keduanya diperlukan khususnya bagi jemaat Korintus yang saat itu tidak seimbang dalam kerohanian”(8).

Lebih lanjut Budiselic berkata Paulus tidak mengatakan bahwa kasih adalah salah satu dari karunia Roh, tetapi kasih harusnya menjadi motif utama dan penuntun dibalik dari semua praktek dan pelayanan mereka”. Dalam mengoperasikan karunia-karunia Roh harus kasihlah yang menjadi dasar dan pendorong utama dalam melakukannya, sehingga semua bisa berfungsi dengan baik sehingga bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan nama Tuhan dipermuliakan (9)

APAKAH KARUNIA BERNUBUAT LEBIH TINGGI DARI KARUNIA BAHASA ROH ?

Hal lain yang tak kalah penting dijadikan sebagai “senjata” ayat bagi sebagian orang yang tidak begitu suka penggunaan bahasa Roh adalah perkataan Paulus dalam 1 Kor.14:5 “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga jemaat dapat dibangun”. Apa yang disalah pahami oleh banyak orang, hanya karena Paulus berkata bahwa dia lebih suka supaya semua jemaat  bernubuat dan orang yang bernubuat lebih berharga dari orang yang berbahasa roh, maka mengambil kesimpulan bahwa karunia nubuat jauh lebih penting dari karunia bahasa roh.

Paulus tidak sedang mengatakan bawah Karunia nubuat jauh lebih tinggi atau penting dari karunia bahasa roh. Adapun maksud Paulus berkata bahwa orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berbahasa roh adalah dalam fungisnya. Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun jemaat I Kor.14:4.

Ketika Paulus berkata di 1 Kor. 14:5 “Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya” Tidak berarti bahwa satu karunia lebih besar dan yang lain lebih kecil, tetapi bahwa seseorang yang bernubuat membangun seluruh gereja, sementara seseorang yang berbicara dalam bahasa roh tanpa terjemahan hanya membangun dirinya sendiri. Paulus mendefenisikan nubuat sebagai karunia yang lebih besar daripada bahasa roh bukan karena penggunaan nilai yang melekat, tetapi dari sudut pandang peneguhan, anehnya Paulus menempatkan bahasa roh yang ditafsirkan dalam ketegori kebesaran yang sama dengan nubuatan”. Jadi disini semakin jelas bahwa bukan tentang besar atau kecilnya karunia roh yang satu dibanding dengan karunia roh lainnya tetapi lebih kepada fungsi dan kepada kuantitas dampak yang ditimbulkan antara seluruh jemaat dan pribadi (Donald Gee, 1993, 154) (10).

TELADAN PAULUS DALAM MENGGUNAKAN BAHASA ROH

Jadi, apakah yang yang harus kubuat ? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.1 Korintus 14:15

Dari ayat ini jelas kita melihat teladan dari Paulus bagaimana dia mengguankan bahasa roh. Dengan sendirinya mematahkan pandangan orang yang berkata bahwa tidak boleh berbahasa roh dalam ibadah. Apakah perkataan Paulus tersebut diatas dimaksudkan untuk ibadahnya secara pribadi di rumah ? tentu bukan itu maksud Paulus, sebab di ayat selanjutnya Paulus menerangkan hal ini “ Sebab, Jika engaku mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan “amin” atas pengucapan syukurmu ? Bukankah ia tidak tau apa yang engkau katakan?” 1 Kor.14:16

 Dari ayat tersebut dapat kita mengerti bahwa konteks penggunaan bahasa roh yang Paulus maksudkan di ayat 15 bukanlah ibadah secara pribadi di rumah tetapi ibadah secara koorporat/bersama di gereja atau dipersekutuan doa, karena diayat 16 ada orang lain /Jemaat yang ikut mendengarkan, artinya hal itu bicara tentang ibadah secara koorporat bahkan sekalipun itu tidak diterjemahkan karena bersifat pribadi, berdoa dan bernyanyi kepada Allah.

Ulonska berkata  “Pertanyaanya adalah apakah Paulus, ketika ia berbicara tentang  berdoa dan bernyanyi  dalam Roh, berbicara tentang bahasa roh untuk ibadah pribadi atau bahasa roh untuk pelayanan. Jika dia mengacu pada bahasa roh untuk pribadi, maka dia sesaat menggeser pemikirannya dari bahsa roh untuk pelayanan ke bahasa roh untuk pribadi. Beberapa dukungan untuk klaim ini dapat ditemukan dalam kenyataan bahwa Paulus berbicara tentang praktik semacam itu dalam bentuk indikatif masa depan, yaitu ia berbicara tentang bahasa roh sebagai fakta tertentu yang akan terjadi padanya di masa depan. Ini juga sesuai dengan ajaran  Gereja Pentakosta bahwa setiap orang percaya dapat berbicara dalam bahasa roh kapan saja untuk pribadi, tetapi hanya sesekali seseorang dapat berbicara dalam bahasa roh untuk pelayanan ketika ditafsirkan oleh orang lain”  (12).

Teladan Paulus dalam menggunakan bahasa roh di dalam ibadah bersama sebenarnya tidak jauh bedanya dengan apa yang dipraktekkan oleh gereja Pentakosta-Kharismatik dalam setiap ibadah mereka. Ada saatnya memuji dan menyembah Tuhan dengan roh tetapi juga memuji dan menyembah Tuhan dengan akal budi. Kita tidak pernah jumpai di gereja Pentakosta-Kharimatik manapun yang menyanyi dan menyembah Tuhan hanya menggunakan bahasa roh dari awal sampai akhir. Demikian halnya ketika berdoa, kita tidak akan pernah jumpai orang pentakosta-kharimatik berdoa dari awal sampai akhir dengan bahasa roh. Kenyataanya adalah saat berdoa selalu menggunakan doa akal budi dan juga berdoa dengan bahasa roh .Bahkan ada sebagian yang hanya menggunakan doa akal budi saja.

BERNYANYI DAN BERDOA DALAM BAHASA ROH ATAU BERBICARA BAHASA ROH ?

Salah satu ayat penting lainya yang sering digunakan untuk menyerang penggunaan bahasa roh dalam ibadah adalah di 1 Kor.14:23 “Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila ?.

Apa yang sering disalahpahami oleh banyak orang dari ayat ini adalah bagian kalimat Paulus yang berkata “Kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh” Kalimat Paulus ini dianggap  seolah-olah sedang berkata bahwa semua jemaat bernyanyi  memuji dan menyembah Tuhan atau berdoa dalam bahasa roh dalam waktu yang bersamaan. Tentu anggapan ini adalah salah kaprah. Paulus sedang bahas soal orang yang berkata-kata, beribicara dalam bahasa roh yang mungkin sedang mau beri kesaksian atau menyampaikan firman Tuhan seorang demi seorang, tetapi tidak diterjemahkan sama sekali. Hal ini dikuat dengan pernyataan Paulus sebelumnya di ayat 6.

Budiselic menanggapi ayat ini dengan berkata “Alasan utama untuk kekacauan dan kesimpulan orang tidak percaya bahwa korintus “Tidak waras” adalah kurangnya penafsiran. Satu orang akan berdiri dan berbicara dalam bahasa roh sehingga semua orang akan mendengarkannya, lalu yang lain, dan yang lain….tidak diterjemahkan. Dan ini masalah  utama di Korintus mengenai bahasa roh. Tetapi jika kita melewatkan poin penting ini dalam teks, rekonstruksi kita kemungkinan akan terdengar seolah-olah Paulus sedang berurusan dengan jenis argument “seluruh gereja bernyanyi/berdoa dalam Roh- Tolong hentikan itu (13).

Model jemaat Korintus yang berkata-kata bahasa roh dalam pertemuan ibadah secara bergantian jelas kita tidak temukan itu di gereja pentakosta-kharismatik zaman sekarang. Kita tidak akan temukan orang memberi kesaksian atau menyampaikan firman Tuhan dari awal samapai akhir dia berbicara pakai bahasa roh. Jangankan orang dari luar yang tidak percaya, saya sebagai orang yang percaya juga yang ikut dalam ibadah pasti akan berkata juga “orang ini tidak waras”. Karena tidak seharusnya demkian tatalaksannya, seharusnya ada yang menerjemahkan hal ini penting karena disampaikan kepada seluruh jemaat yang hadir.

Lebih lanjut Budselic berkata Bisakah kita bayangkan kebingungan apa yang akan terjadi jika seluruh sidang bernubuat dengan suara yang sama ? namun dalam pasal 14 tidak ada yang menyarankan itu. Tetapi biasanya mereka yang menafsirkan ayat 23 berarti secara bersamaan berbicara dalam bahasa roh tidak menafsirkan ayat 23 dengan cara yang sama (14).

ATURAN PENGGUNAAN BAHASA ROH DALAM IBADAH

“Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada orang lain untuk menafsirkannya” 1 Kor.14:27
Kita harus pahami ayat ini bahwa Paulus tidak sedang merujuk kepada penggunaan bahasa roh secara pribadi/privat, tetapi penggunaan bahasa roh yang bersifat publik/Ministerial yakni menyampaikan sesuatu hal yang diterima dari Allah kepada jemaat sebanyak-banyaknya tiga orang dan harus ada orang yang menafsirkannya. Lalu bagaimana kalau tidak ada orang yang menafsirkannya Paulus mengatakan di ayat 28 “hendaklah meraka berdiam diri dalam jemaat” ini tidak boleh ditafsirkan bahwa tidak menggunakan bahasa roh sama sekali dalam ibadah, sebab kalimat selanjutnya berkata “dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya dan kepada Allah” Kalau dalam konteks penggunaan bahasa roh secara pribadi/privat, yang hanya berkata-kata kepada Allah dalam bentuk doa dan nyanyian dalam hal ini Paulus tidak melarang.

Bahkan bukan hanya orang yang menggunakan bahasa roh yang bersifat publik/ministerial yang Paulus tertibkan, tetapi juga orang yang bernubuatpun Paulus berkata “Tentang nabi-nabi-baiklah dua atau tiga orang di antaranya yang berkata-kata dan yang lainnya menanggapi  yang mereka katakan”. Paulus memberikan arahan yang jelas seperti ini tujuannya adalah supaya jemaat bisa dibangun melalui pelayanan bahasa roh secara publik dan juga pelayanan nubuatan yang harus dijalankan secara tertib, sopan dan teratur (1 Kor.14:40).

BAGAIMANA DENGAN LARANGAN TERHADAP PEREMPUAN BERBICARA DALAM PERTEMUAN JEMAAT ?

"Sama seperti dalam semua jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus harus menundukan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum taurat"1 Kor.14:34.

Apa yang luput dari pengamatan orang-orang yang mengkritik penggunaan bahasa roh dalam ibadah secara korporat adalah larangan Paulus bagi perempuan untuk berdiam diri dalam pertemuan jemaat. di ayat 34, Paulus mengawali kalimatnya dengan berkata “sama seperti” apa maksudnya ? tentu hal yang sama yang Paulus maksud adalah terkait dengan apa yang dibicarakan sebelum ayat itu yaitu penertiban terhadap penggunaan bahasa roh public/ministerial dan aturan bernubuat dalam jemaat. Maka Paulus berkata sama seperti kedua hal tersebut ia juga ingin menertibkan perempuan-perempuan yang suka berbicara dalam jemaat.

Harusnya kalau mau adil dalam mengkritik penggunaan bahasa roh secara korporat maka juga harus mengkritik gereja-gereja yang mengizinkan perempuan-perempuan yang berbicara dalam pertemuan jemaat. Sebab faktanya hampir semua denominasi gereja masa kini tidak melarang perempuan untuk berbicara dalam pertemuan jemaat bahkan ada banyak perempuan yang terlibat dalam pelayanan jadi pendeta/pengkhotbah.

Saya percaya tidak ada satupun penafsir yang akan mengartikan ayat ini secara letterlek dan mengaplikasikan dalam pelayanan gereja. Pasti sebagian besar Teolog atau penafsir akan berkata bahwa kita harus melihat konteks jemaat Korintus saat itu, saya setuju dengan itu.

Stephen G Walangare dalam tulisannya berkata Jika dihubungkan dengan relasi suami – istri di ayat 35, kita dapat menarik kesimpulan - bersama dengan para teolog yang lain - bahwa ada beberapa perempuan di jemaat Korintus yang tidak segan-segan mengkritisi suami mereka di depan umum. Mungkin seorang suami sedang bernubuat dan istrinya menanggapi. Mungkin pertanyaan dari para istri terlalu tajam dan terkesan memalukan suami mereka sendiri. Mungkin gaya bicara mereka dipandang tidak sopan dan meremehkan, bahkan memalukan suaminya. Intinya, beberapa perempuan Kristen di Korintus telah memberanikan diri berbicara di depan umum yang menunjukkan ketidaktundukan mereka terhadap suami. Itulah situasi khusus yang terjadi di jemaat Korintus(15).

Senada dengan Stephen G. Walangare, Yakub Tri Handoko menjelaskan “situasi khusus seperti apa yang sedang terjadi di Korintus dan dibahas oleh Paulus di bagian ini? Pertimbangan konteks mengarahkan kita untuk mengaitkan situasi ini dengan kebiasaan menyampaikan atau menanggapi nubuat (ayat 29-31). Pemunculan kata kerja manthanō (“belajar”) di ayat 31 dan 35 (LAI:TB “mengetahui”) memberi petunjuk ke arah sana. Jika dihubungkan dengan relasi suami – isteri di ayat 35, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ada beberapa perempuan di jemaat Korintus yang tidak segan-segan mengkritisi suami mereka di depan umum. Mungkin seorang suami sedang bernubuat dan isterinya menanggapi. Mungkin pertanyaan dari para isteri terlalu tajam dan terkesan memalukan suami mereka sendiri. Mungkin gaya bicara mereka dipandang tidak sopan. Intinya, beberapa perempuan Kristen di Korintus telah memberanikan diri berbicara di depan umum yang menunjukkan ketidaktundukan mereka terhadap suami” (16).

Lebih lanjut Yakub Tri Handoko menerangkan “Lagipula, Paulus sendiri memiliki banyak rekan pelayanan yang perempuan, misalnya Euodia dan Sintikhe (Flp 4:2-3), Priskila (Rm 16:3; 1 Kor 16:19), Maria (Rm 16:6), Yunias (Rm 16:7), Trifena dan Trifosa (Rm 16:12). Beberapa memegang peranan yang penting. Febe sebagai diaken (Rm 16:1-2). Nimfa menjadikan rumahnya sebagai tempat ibadah (Kol 4:15). Begitu pula dengan Priskila (1 Kor 16:19). Sulit membayangkan bahwa para perempuan ini tidak pernah berbicara di dalam ibadah” (17).

Saya percaya para penafsir lainnya juga sepaham dengan tafsiran Stephen G Walangare dan Yakub Tri Handoko tersebut diatas yang melihat kepada konteks situasi jemaat Korintus saat itu. Lalu kenapa dalam menafsir soal penggunaan bahasa roh di jemaat Korintus yang juga sama sama ditertipkan oleh Paulus tidak dilihat dari konteks Jemaat Korintus saat itu yang kacau dalam ibadahnya. Harusnya kita menerapkan prinsip yang sama dalam menilai dan menafsir, bukan justru tebang pilih sesuai selera. Presuposisi yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah.

KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan studi analisis tekstual dan konteks terhadap 1 Korintus 14, maka kita bisa simpulkan bawa apa yang Paulus maksudkan soal peneritiban penggunaan bahsa roh di jemaat Korintus bukanlah penggunaan bahasa roh yang bersifat pribadi/privat dalam doa dan pujian penyembahan kepada Tuhan, melainkan penggunaan bahasa roh yang bersifat public/ministerial yaitu menyampaikan pesan Tuhan kepada jemaat Tuhan yang tidak diterjemahkan. Apa yang terjadi di Korintus bahwa tiap-tiap jemaat datang kedepan menyampaikan pesan Tuhan kepada jemaat dalam bahasa roh dari awal sampai akhir tanpa adanya penerjemah dan juga karena  liturgi ibadahnya tidak tearah dan tersusun dengan baik sehingga menimbulkan kekacauan dalam ibadah.

Gereja Pentakosta Kharismatik dalam praketek ibadahnya tidaklah seperti jemaat di Korintus sehingga tidak releven kalau nasehat dan teguran Paulus kepada jemaat di Korintus dialamat juga ke Gereja Pentakosta Kharismatik yang menggunakan bahasa roh dalam ibadahnya. Dengan Jelas bahwa Gereja pentakosta kharismatik, tata ibadahnya sangat tersusun rapi, berlangung dengan sopan dan teratur seperti apa yang menjadi goal dari pesan Paulus kepada jemaat di Korintus.  Gereja Pentakosta-Kharismatik dalam menggunakan bahasa roh yang bersifat pribadi/privat secara khusus saat pujian dan penyembahan spontan berlangsung dan juga pada saat doa. Tidak secara terus menerus, tetapi meneladani Paulus dalam penggunaan bahasa roh yakni menyanyi dan berdoa dengan akal budi juga menyanyi dan berdoa dengan roh.

Oleh sebab itu menjawab pertanyaan tentang apakah boleh menggunakan bahasa roh secara korporat dalam ibadah ? jawabannya adalah kalau bahasa roh itu bersifat pribadi/privat  diperbolehkan. Tetapi kalau bersifat publik/Ministerial yaitu menyampaikan pesan Tuhan kepada Jemaat harus ada yang menerjemahkan dan maximal  2-3 orang yang berbicara secara bergantian.








Catatan:

1. Budiselic, Ervin. 2016. "Glossolalia: Why Christian Can Speak in Tongues in a Church Service Without Interpretation." Kairos Evangelical Journal of Theology Vol. X, no. 2, 177-201.
2. Bennet, Dennis., 2010. How to Pray for The Release of the Holy Spirit. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta, hal. 28-29.
3. C. Peter Wagner (bersama John Wimber) adalah  pelopor Kharismatik dari Gerakan Gelombang Ketiga (The Third Wave Movement). Beliau pakar pertumbuhan Gereja dan misi dunia, professor Sosiolog dan Antropologi dari Fuller Theological Seminary, Pasadena, California, AS.
4. Ulonska, Reinhold. 1996. Darovi Duha. Osijek: Izvori.
5. Fee, Gordon D. 1994. God’s Empowering Presence. Massachusetts: Hendrickson Publishers.
6. Gee, Donald 1993. Pentecostal Experience. Springfield: Gospel Publishing House.
7. Turner, Max. 1998. "Tongues: an Experience For All in The Pauline Churches?" Asian Journal of Pentecostal Studies Vol. 1, no. 2, 231-253
8. Keener, Craig S. 201
9. https://id-id.facebook.com/notes/samuel-t-gunawan/bahasa-roh-dalam-perspektif-kharismatik/733851926663991/.
10. https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Paulus_yang_Pertama_kepada_Jemaat_di_Korintus
11. https://www.kompasiana.com/stephenwalangare/5b5f068b5e13731a66769982/eksposisi-1-korintus-14-34-35?page=all
12. http://rec.or.id/article_644_Eksposisi-1-Korintus-14:34-35
13. http://dnaxcommunity.blogspot.com/2018/09/apakah-berbahasa-roh-secara-korporat.html