Selasa, 26 Februari 2013

MELIHAT TUHAN DI TENGAH BADAI


Oleh:Hadiran Halawa
 
“Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya TUHAN itu ! Berbahagialah orang yang berlindung padaNya” Mazmur 34:9

Kalimat dari pernyataan ini bukanlah sebuah slogan kosong atau hanya sekedar omongan isapan jempol Daud belaka untuk mengenakan telinga dan menyenangkan serta membersarkan perasaan pembaca, tanpa sebuah sebuah fakta empiris. Ketika Ketika Daud berkata “Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu, berbahagialah orang yang berlindung padaNya”, benar-benar Daud mengalaminya dalam kehidupan nyata setiap hari. Mungkin sejenak kita akan berkomentar dalam hati..”ah wajarlah kalau Daud berkata seperti itu, karena kehidupanya sebagai Raja Israel yang kaya Raya, berkelimpahan dalam segala hal, berada dalam zona nyaman, tidak seperti aku yang lagi dalam keadaan menderita, mengalami kesusahan, pergumulan berat yang seakan tak ada akhirnya”. Tapi tunggu dulu, pada saat Daud berkata seperti ini, bukanlah pada saat dia sudah memiliki segala kemewahan dan kenyamanan hidup sebagai raja, melainkan pada saat dia menjadi seorang buronan kerajaan Isrel pada masa pemerintahan Saul (1 Samuel 20 -22).

 Daud harus menjadi buronan kerajaan, melarikan diri keberbagai tempat, bersembunyi di gua-gua batu karena Saul sangat menginginkan nyawanya. Berawal dari sikap benci, iri hati Saul terhadapa Daud, karena ternyata dalam peperangan melawan bangsa filistin Daud tampil sebagai sesosok pahlawan yang konon masih terlalu muda, tidak pernah terpikirkan oleh banyak orang, tidak diperhitungkan sama sekali dalam kelayakan barisan prajurit. Daud berhasil mengalahakan bahkan membunuh pendekar saktinya bangsa filistin yang bernama Goliat. Perempuan Israel memperhitungkan Daud sebagai seorang pahlwan yang hebat, pendekar sakti, melebihi dari pada Saul sendiri, dengan mengatakan “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa”. Dari sinilah awal pemicu kebencian Saul terhadap Daud, iri melihat meliahat dan mendengar Daud lebih diperhitungkan dari pada dirinnya sendiri, yang adalah seorang raja dan juga pendekar hebat dari bangsa Israel. Sehingga pada akhirnya Saul mengaktualkan kebencian itu dalam aksi nyatanya dengan berusaha memburu Daud kemana-mana untuk dibunuh. 

Daud harus melarikan diri dari Saul sampai di kota Gat yang pada saat itu Akhis sebagai seorang raja. Daud harus berpura-pura jadi gila di depan Akhis karena takut dibunuh. Pada masa sukar dan sulit yang sedemikian hebat inilah Daud berkata “Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu, berbahagialah orang yang berlindung padanya”. Ditengah-tengah kesukaran, penderitaan, badai kehidupan yang sedang mengancam hidupnnya Daud masih bisa berkata kecap dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu. Kalau kita berpikir secara logis, sebenarnya Daud tak seharusnya dia berkata “kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu”, bagaimana mungkin ia bisa merasakan dan bahkan melihat Tuhan di tengah badai  hidup yang begitu rumit dan sukar..??, berada dalam situasi yang sangat sulit dan tidak mengenakan, posisinya antara hidup dan mati, sbab kapan saja Saul mendapatkannya pasti dibunuh. Sebagai seorang buronan, yang melarikan diri kesanan-sana, tentu saja hidupnya tidak tenang, selalu was-was, selalu berpindah-pindah tempat, bersembunyi di gua-gua batu untuk menghindar dari incaran Saul, mungkin sering tidak makan, tidak bisa tidur dan lain sebagainya. Bukan hanya jasmaninya yang capek tentunnya juga berpengaruh kepada psikisnya, mengalami stress, takut, khwatir. 

Daud bisa saja kecewa dengan Tuhan,  karena barusan saja dia melihat dan menyaksikan kuasa Tuhan dalam dirinya dengan membunuh pendekar raksasanya bangsa filistin. Daud  sedang berada “diatas gunung” dengan mengalami kemenangan yang gilang gemilang atas bangsa filistin setiap kali mereka pergi berperang, dikasihi oleh seluruh bangsa Israel, tinggal di Istana, menikah dengan anak seorang raja. Dan sekarang harus menerima kenyataan bahwa dirinya berada dalam “lembah kelam”, sebagai buronan kerajaan yang harus dikejar-kejar, diburu, dimata-matai setiap waktu oleh kaki tangannya raja Saul untuk dibunuh pada setiap setiap kesempatan. Tetapi faktanya berbicara bahwa Daud tidak kecewa sama sekali dengan Tuhan, justru sebaliknya melihat Tuhan ditengah badai kehidupan yang sedang dialaminya, dengan mengatakan “kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu”.

Ada dua hal penting disini yaitu “mengecap” dan “melihat” kebaikan Tuhan. Mengecap artinya mencicipi, merasakan sedalam-dalamnya, benar-benar meresapi, menikmati. Sama seperti ketika kita mencicipi sepotong kue tart atau mengecap madu asli, yang tentunya manisnya akan terasa dilidah kita dan akan segera meresap dalam pikiran dan perasaan kita. Melihat artinya benar-benar menyaksikan dengan jelas. tentunya yang dimaksudkan bukan melihat secara mata jasmani tetapi melihat dengan mata rohani atau mata iman. Sepertinya Sangat tidak masuk akal kita bahwa Daud bisa mengalami kedua hal ini disaat harus mengalami penderitaan hebat sebagai seorang buronan yang harus dikejar-kejar, tapi ironisnya Daud benar-benar mengalaminya, itulah sebabnya dia mendorong kita untuk mengalaminya juga dalam kehidupan kita yang sarat dengan pergumulan dan penderitaan hidup.

Dengan mengerti akan  hal ini, maka pasti kita akan dibuat penasaran dengan bertanya sebenarnya apa rahasianya Daud sehingga ditengah badai kehidupannyapun justru bisa merasakan dan melihat kebaikan Tuhan atau dengan kata lain melihat Tuhan..?? bagaimana Daud melakukan hal ini. Sebab pada kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dalam pergumulan dan kesulitan hidup justru membuat kita sebagai orang percaya bukannya melihat Tuhan justru, berpaling dari pada Tuhan kepada hal-hal lain. Bukanya mengecap dan melihat Tuhan ditengah badai tapi justru, kita sering mempersalahkan Tuhan, kecewa dengan Tuhan, mempersalahkan orang-orang yang disekitar kita, menjauh dari Tuhan. Apa sebanarnnya yang dilakukakan Daud sehingga dia mampu melewati masa padang gurun ini dengan berkemenangan.

Segera kita akan dibuat mengerti dalam Mazmur 34 ini bahwa ada tiga hal yang dilakukan oleh Daud yaitu:

-          Daud berketatapan untuk memuji Tuhan pada segala waktu 

“Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu, puji-pujian kepada-Nya tetap dalam mulutku” (Mazmur 34:1).

 Ada hal yang menarik dari pernyataan ini bahwa Daud mau memuji Tuhan bukan hanya pada saat hidup berjalan sesuai dengan apa yang kita pikirkan, berkelimpahan, berkat, cita-cita tercapai, tetapi juga pada saat hidup ini tidak berjalan sesuai dengan yang kita pikirkan, yang terkadang menimbulkan rasa stress, pada saat kita dalam penderitaan, pergumulan, kegagalan, untuk segala waktu. Berbeda dengan kebanyakan orang percaya zaman sekarang ini, hanya mau memuji Tuhan pada saat perasaan ini enak, tidak lagi galau, terganggu dengan tekanan, masalah. Lebih bergantung kepada perasaan, tunggu perasaan enak dulu baru memuji Tuhan. Daud pasti sangat mengerti bahwa memuji Tuhan bukan tergantung pada perasaan enak atau tidak enaknya. Tapi memuji Tuhan oleh karena siapanya Dia. Itulah Dia berkata untuk segala waktu, kondisi dan keadaan, baik dalam keadaan buruk maupun baik, lagi ada masalah atau tidak ada masalah harus tetap memuji Tuhan, karena Dia layak dipuji sebagai Tuhan yang berkuasa berdaulat penuh atas hidup kita.

Bukan hanya itu, Daud pasti sangat mengerti bahwa ada kuasa dalam puji-pujian. Dalam ayat lain dari kita mazmur Daud berkata “ Tetapi Engkau yang kudus, bertakhta dalam puji-pujian orang Israel”. Pujian mendatangkan hadirat Allah, pujian dan penyembahan adalah kunci dalam memasuki hadirat Allah. Dalam hadirat Allah ada kuasa, urapan, ada kemuliaan, kedamaian, sukacita. Ada beragam kisah dalam Alkitab bagaimana bangsa Israel mengalami kemenangan dalam perang hanya karena pujian, bagaimana Silasa dan paulus lepas dari penjara hanya karena mereka memuji Tuhan. Dalam keadaan tertekan oleh karena berbagai pergumulan hidup hendaklah kita mencontoh Daud, secepatnya mengambil keputusan untuk memuji Tuhan, walau mungkin tidak ada perasaan enak pada saat itu, tetapi trus saja memuji Tuhan, sebab nantinya rasa enaknya (tenang, damai, sukacita) akan menyusul setelah masuk dalam hadirat Tuhan. 

-          Mencari Tuhan Dengan Segenap Hati

Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku” Mazmur 34:5

Daud pasti sangat mengerti bahwa Tuhan adalah solusi atas segala persoalan hidup. Untuk itu dalam keadaan tertekan oleh berbagai macam persoalan hidup yang harus dicari dengan segenap hati adalah Tuhan. Dan Tuhan hanya bisa ditemukan kalau kita mencari dan bila kamu mencari aku, “kamu akan menemukan Aku, apa bila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati” (Yeremia 29:13), Ulangan 4:29 “Dan baru di sana engkau mencari TUHAN, Allahmu, dan menemukan-Nya, asal engkau menanyakan Dia dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. menanyakan Dia dengan segenap hati”. 

Apa artinya segenap hati disni…?? Segenap hati artinya ada kesungguh-sungguhan, ada tekad bulat, komitmen untuk menemukan Tuhan berapapun harga yang mungkin harus dibayar. Perlu konsentrasi penuh, bukan sambil lalu, coba-coba, spekulasi. Butuh waktu  dan kesabaran untuk menantikan Tuhan, sampai ketemu dan upahnya adalah memperoleh kekuatan baru, disegarkan, dipulihkan (Yesaya 40:31). Perlu berdiam diri dalam hadirat Allah sehingga kita dapat mengetahui, mengenal dan menemukanNya. Inilah harga yang harus dibayar untuk bisa menemukan Tuhan (Mazmur 46:11).
Banyak orang yang rindu dan mau ketemu Tuhan dalam hadirat-Nya tapi hanya sedikit orang yang mau mencariNya dengan segenap hati dan jiwa, mencari dengan penuh kesungguhan, komitmen, bertekad, memberikan waktu, bersabar, berdiam diri. Kita terlalu banyak disibukkan dengan perkara lain yang mencuri  perhatian kita untuk mencari Tuhan. Dan Iblis sangat tahu hal ini bahwa menemukan Tuhan dalam hadiratNya adalah kunci dari kekalahan besar baginya, sebab dalam hadirat Tuhan Iblis tak akan mampu beroperasi dengan bebas, segala tipu dayanya tidak akan mempan. 

Itulah sebab Iblis mencegah banyak orang Kristen untuk tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan dengan segenap hati. Dia membiarkan banyak orang Kristen rajin kegereja, baca Alkitab, berdoa, tapi masih tetap dalam belenggunnya. Ketakutan, kehwatiran, kebimbangan, cemas dan lain sebagainya. dia akan mencegah jangan sampai mencari Tuhan dengan sungguh dengan segenap hati dan jiwa dan akhirnya menemukannya dalam hadirtNya. itu berbahaya baginya. Sebab dalam hadirta-Nya tidak ada kegentaran, ketakutan, kecemasan, kekhwatiran, yang ada hanyalah ketenangan dan kedamaian kendati ditengah badai.

-          Mata rohani tetap fokus kepada Tuhan

“Tunjukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri dan tidak akan malu tersipu-sipu” Mazmur 34:6

Daud sangat mengerti bahwa tidak hanya cukup mencari memuji Tuhan, mencari Tuhan  dan menemukanya dalam hadirt-Nya pada masa kesusahan hebat, pada masa padang gurun, tetapi juga tetapi tinggal dalam hadirta-Nya. Mata rohani dalam harus tetap focus kepada Tuhan, berusaha tinggal  tetap dalam hadirat Tuhan, hati harus melekat dengan hati Tuhan setiap saat. Begitu mudah dan cepatnya kita bisa beralih dari hadirta-Nya saat kita sudah menemukannya. Begitu cepat dan mudahnya kita meninggalkan tahta kasih karuni Tuhan. Dunia dan dengan segala kemilauan, kemewahan, kegemilangan, tawaran yang menarik, daging kita dengan segala keinginannya menarik kita dengan cepat untuk keluar dari hadirat Tuhan, hati kita tidak melekat lagi dengan Tuhan. Itulah sebabnya untuk teteap tinggal dalam hadirat Tuhan bukanlah hal yang mudah, mungkin kita bisa menemukanNya dalam hadirat-Nya saat kita mencari Dia dengan segenap hati kita, tapi bisakah kita tetap tinggal dalam hadirat-Nya, melekat dengan hati-Nya setiap saat..?? perlu banyak latihan, dan usaha ekstra sehingga menjadi suatu kebiasaan kita. Banyak orang Kristen yang gagal dalam area ini, cepat menemukan hadirat-Nya tapi tidak sanggup untuk terus mempertahankan untuk tetap tinggal dalam hadirat-Nya.

Hati yang tetap fokus kepada Tuhan, tinggal tetap dalam hadirat-Nya akan membuat muka berseri-seri, karena damai dan sukacita Ilahi, berkemenangan dan tidak akan dipermalukan. “Sungguh hatinya melekat kepada-Ku, maka aku akan meluputkanya, aku akan membentenginya, sebab ia mengenal namaKu” Mazmur 91:14. Saat hati kita melekat dengan Tuhan dan tinggal dalam hadirat-Nya, pada saat yang sama kita dibentengi oleh Tuhan dari segala kuasa Iblis yang berusaha menghancurkan hidup kita. Tapi pada saat kita keluar dari hadirat-Nya, hati kita tidak melekat denngan Tuhan, pada saat yang sama benteng perlindung kemuliaan Tuhan terangkat, dan kita berada dalam zona tidak aman, kita dengan mudah kembali diserang dan dibelenggu oleh kuasa Iblis. Itulah yang terjadi dengan Adam dan Hawa di taman Eden, saat mereka keluar dari hadirtan-Nya maka pada saat yang sama kemuliaan Tuhan terangkat dari mereka, dan memudahkan Iblis menguasai dan membelenggu kehidupan mereka.

Kiranya dalam keadaan apapun dan dalam kondisi seburuk apapun kita belajar dari seorang Daud yang telah mengalami kuasa Tuhan di tengah persolan hidup, melihat Tuhan ditengah badai yang sedang bergelora, menjadi dorongan bagi kita untuk juga mau melihat Tuhan di tengah-tengah badai kehidupan. Dengan menaikan pujian bagi Tuhan,sebab ada kuasa dalam kuasa dalam pujian, mencari Tuhan dengan segenap hati sampai menemukannya dalam hadirat-Nya, dan mata rohani kita tetap fokus kepada Tuhan, yang artinya tetap tinggal dalam hadirat-Nya.
Amen !