Sabtu, 25 April 2020

MENANGGAPI POTONGAN VIDEO PDT. NIKO YANG VIRAL

Oleh:Hadiran Halawa

Saya coba untuk menanggapi  potongan video pak Niko yang viral itu dan dikaitkan dengan Covid-19 yang membuat banyak orang kemudian mencibir, bahkan menyerang ajaran denominasi gereja tertentu. yang menurut saya terlalu berlebihan. Kita mestinya dengar dulu kesuluruhan videonya, sebelum dan sesudah pasti ada penjelasan lain. sehingga kita menagkap pesan secara utuh. saya secara pribadi tidak kenal (tidak pernah bertemu) pak Niko karena tidak satu sinode, dan juga tidak melihat keseluruhan isi videonnya.

Namun saya mencoba menerjemahkan atau sedikit menjelaskan  apa yang mungkin beliau mau sampaikan menurut kacamata saya sebagai orang Kharismatik yang percaya akan bahasa roh sama seperti beliau. Ini tidak bermaksud untuk membelanya, tapi supaya kita bisa punya pemahaman yang lebih luas.

Dalam pengertian kami sebagai orang Kharismatik, berbahasa roh itu merupakan sebuah doa/bubungan komunikasi kita dengan Tuhan layaknya seperti doa yang biasa kita lakukan. Paulus mengistilahkan aku berdoa dengan rohku (berbahasa roh) dan juga berdoa dengan akal budiku berdoa seperti biasannya yang lazim kita lakukan dengan kata2 yang bisa dimengerti. 1 Korintus 14:15 (TB)  Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.

Nah, apakah kita sepakat bahwa dalam persekutuan kita dengan Tuhan melalui doa, bisa membuat hati kita tenang, damai, sukacita, gembira ? seperti firman Tuhan berkata
Mazmur 16:11 (TB)  Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.
Thou wilt shew me the path of life: in thy presence is fulness of joy; at thy right hand there are pleasures for evermore (KJV)

Kalau misalnya kita setuju dengan firman Tuhan tersebut,...mak pasti kita akan setuju juga bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur Amsal 17:22. Nehemia 8:11 Lalu berkatalah ia kepada mereka: “Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” (= NKJV …, sebab sukacita karena TUHAN itulah kekuatanmu.

Kalau kita setuju dengan Amsal 17:22 dan Nehemia 8:17,.maka mestinya kita setuju bahwa dalam membangun hubungan dengan Tuhan melalui doa, termasuk doa dengan roh (versi paulus) atau doa dalam bahasa roh menyebabkan kita tenang, sukacita, damai, yang kemudian bisa meningkatkan imun sistem tubuh kita itu sudah dibuktikan secara medis. yang dalam bahasa amsal hati yang gembira adalah obat yang manjur.

Apakah cukup dengan bersekutu dengan Tuhan untuk meningkatkan daya imun tubuh kita ? Tidak juga. itu hanyalah salah satu faktor. Kita sebagai manusia tentu butuh yang namanya makanan yang bergizi, makanan yang sehat, tidur yang teratur, olahraga, minum vitamin tertentu untuk menaikan daya tubuh kita.

Lalu apa hubungannya dengan Covid-19. Kita sama2 tau bahwa covid-19 virus yang sangat berbahaya yang telah merenggut nyawa banyak orang termasuk hamba2 Tuhan dan orang Kristen dari berbagai denominasi gereja.

Apakah dengan kita bersukutu dengan Tuhan yang bisa meningkatkan imun sistem tubuh kita, lalu  kita gagah-gagahan pergi menantang maut yang bernama Covid-19? Tidak juga itu namanya tindakan bodoh. Amsal 22:3  berkata Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.

Apa yang disalah pahami oleh banyak orang, mengaitkan pernyatan Pdt. Niko dalam video dengan kejadian pertemuan jemaat GBI di lembang awal maret lalu, yang mana pada saat itu covid-19 blm terlalu booming di Indonesia, awal maret rata2 gereja diberbagai denominasi masih melakuakan ibadah termasuk gereja saya di Jakarta. himbaun dari pemerintah untuk ibadah di rumah itu pertengahan maret. Itu artinya jemaat GBI beserta hamba Tuhan yang meeting di lembang itu belum begitu tau soal covid-19. Apalagi mengindahkan anjuran pemerintah seperti yang banyak orang katakan.

Baiknya dalam kondisi krisis sperti ini kita sebagai anggota tubuh Kristus tidak saling menyalahkan, kita harusnya saling mendukung, saling memeguatkan satu sama lain.

Shalom untuk kita semua, tetap jaga kesehatan, dan di rumah saja

UJI SETIAP NUBUATAN

Oleh: Hadiran Halawa

Akhir-akhir ini kita telah banyak mendengar nubuatan hamba-hamba Tuhan khususnya dari kalangan Kristen aliran Kharismatik  yang  dibagikan melalui media sosial  terkait  dengan Covid-19 (Virus Corona) yang sedang mewabah diseluruh dunia. Ada beberapa hamba Tuhan yang dengan beraninya bernubuat bahwa Covid-19 akan berakhir pada pertengahan april, ada juga yang bernubuat covid-19 akan segera berakhir setelah perayaan paskah selesai.

Saya secara pribadi sebagai orang Kharismatik percaya bahwa karunia nubuatan masih tetap berlaku sampai hari ini, Alkitab perjanjian baru menyinggung lebih dari tiga puluh kali mengenai nubuat sebagai bagian yang terus menerus dalam gereja, seperti ayat-ayat berikut ini: Kis.2:17-18, Roma 12:6,; 1 Kor. 11:4, 1 Tes.5:20 dll. Tetapi yang menjadi persoalanya adalah ada banyak hamba-hamba Tuhan yang mengclaim dirinya seorang  nabi Tuhan yang dengan terlalu gampangnya menyampaikan nubuatan-nubuatan yang belum tentu benar dari Tuhan.

Lebih cilakanya ada banyak orang Kristen Kharismatik yang kemudian mudah percaya akan nubuatan-nubuatan tersebut kemudian dengan tanpa ragu membagikannya  diberbagai media sosial, seperti facebook, group whatsapp, youtube dll, tanpa terlebih dahulu menyaring  apakah betul nubuatan itu datangnya dari Tuhan atau tidak. Tanpa disadari bahwa dengan dibagikan keberbagai media  sosial maka pastinya akan akan dibaca, didengar oleh semua orang. Apalagi kalau yang menyampaikan pesan nubuatan itu adalah hamba-hamab Tuhan dari luar negeri yang cukup terkenal maka dianggap lebih valid, lebih bisa dipercaya.

Kita tidak bisa menahan atau melarang  pendapat dan pemikiran  banyak orang yang  kemudian mempertanyakan kebenaran dari nubuatan tersebut. Apalagi kalau ternyata nubuatan yang disampaikan oleh para hamba Tuhan tersebut ternyata tidak benar, atau tidak tergenapi. Pasti akan ada konsekuensi logis dibalik dari setiap nubuatan yang tidak tergenapi  yang  telah dibaca dan didengar oleh banyak orang.  Maka tidak heran ada banyak orang yang kemudian menyerang pengajaran kharismatik, mencemooh para hamba-hamba  Tuhan yang bernubuat dengan mengatakan hamba Tuhan sesat , penipu dan lain sebagainya. Itu semua sudah menjadi sebuah konsekuensi logis yang harus diterima.

Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu ada beberapa hamba Tuhan yang menubuatkan tentang akhir zaman akan segera tiba, hamba Tuhan tersebut dengan berani menetapkan hari  tanggal dan tahun tibanya akhir jaman, salah satu tanggal yang ditetapkan adalah 23 September 2017. Saya ingat betul tanggal ini, karena waktu itu bertepatan hari pernikahan saya. Bahkan ada seorang hamba Tuhan yang sampai berkata bahwa kalau nubuatan yang dia sampaiakan tidak tergenapi maka dia akan berhenti melayani Tuhan (berkhotbah) dan akan jadi jemaat biasa saja. Saya tidak tau apakah hamba Tuhan tersebut melakukan seperti apa yang dikatakannya atau tidak. Apakah nubuatan-nubuatan soal akhir zaman yang mereka sampaikan ada yang tergenapi, jelas tidak. Buktinya kita masih hidup di bumi sampai hari ini.

Kenapa kita tidak belajar dari sejarah  kegagalan deretan nubuatan yang pernah disampaikan oleh banyak hamba-hamba Tuhan. Kenapa banyak hamba-hamba Tuhan yang menyampaikan sesuatu hal yang melampaui dari apa yang Alkitab katakan.Dengan Jelas Yesus berkata dalam Matius 24: 36, tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat malaikat di sorga dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri. Bahkan Yesus sendiri dalam kapasitasnya sebagai manusia mengaku bahwa Ia sendiri tidak tau kapan hari dan saatnya. Tetapi kenapa kemudian banyak hamba Tuhan dengan berani  melampaui Firman yang tertulis ini, apakah merasa diri lebih dari Yesus ? semoga tidak.

Setiap nubuatan harus diuji kebenarannya apakah dari Tuhan atau tidak. 1 Tesalonika 5:19-21 berkata; Ujialah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Nubuatan harus benar-benar diuji sesuai tidak dengan kebenaran Firman Tuhan. Sebuah contoh misalnya ada sebuah gereja yang nekat mengadakan kebaktian hari minggu di gedung gereja dengan seluruh jemaat yang berkumpul, kemudian dibubarkan paksa oleh pihak kepolisian ketika gemabalanya ditanya kenapa masih nekat beribaah dan kumpulkan orang banyak dalam gedung gereja padahal sudah dilarang oleh pemerintah untuk ibadah di rumah saja karena bahaya Covid-19, lalu  sang gembala berkata karana saya disuruh Tuhan. Jelas kita bisa tau bahwa itu nubuatan paslu, karena tidak sesuai dengan ajaran dari Alkitab, yang menyuruh kita untuk taat kepada pemerintah.

Sering sekali banyak nubutan yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan gagal tergenapi karena hal ini Mungkin saja hamba Tuhan tersebut tidak dapat membedakan dengan sempurna apa yang berasal dari Allah dan apa yang berasal dari pikiran (keinginan) kita sendiri, sehingga bercampur aduk antara yang dari Allah dan pemikiran diri sendiri. Bahkan seringkali Pikiran (keinginan) diri kita sendiri lebih kuat berbicara sehingga dianggap sebagai suara Tuhan. Oleh sebab itu dibutuhkan memang kepekaan rohani yang lebih tajam untuk membedakanya dan tentu harus diuji dengan kebenaran firman Tuhan, bila perlu minta konfirmasi dari berberapa hamba Tuhan yang bergerak dalam pelayanan karunia yang sama.

Sudah menjadi sebuah kebiasaan hamba-hamba Tuhan yang bergerek dalam karunia nubuatan, kalau menyampaikan pesan dari Tuhan selalu mengawali dengan berkata “Demikian Tuhan berfirman…..” atau “Tuhan berkata kepada saya….” Seolah-olah nubuat mereka sama seperti nubuatan para nabi dalam perjanjian lama yang jelas otoritasnya jauh lebih tinggi ototritasnya dan yang memang Tuhan pakai 100 % untuk menyampaikan pesan bahakan secara tertulis seperti firman yang kita abaca hari ini. Harus disadari bahwa pesan nubuatan hamba-hamba Tuhan sekarang ini, tidaklah sama bobotnya seperti Firman Allah yang diwahyukan seperti dalam Alkitab.

Hamba Tuhan yang bergerak dalam pelayanan nubuatan harus menyadari bahwa bisa saja pesan nubuat yang dia sampaikan salah atau tidak murni dari Tuhan oleh karean itu saat menyampaikan nubuat, lebih baik, lebih bijak dan lebih aman jika diawali dengan berkata, “Saya pikir Tuhan sedang memberi tahu kepada saya bahwa……” atau, “Saya pikir Allah sedang menaruh firman ini dalam hati saya bahwa….”. Cara ini tidak akan mengurangi keefektifan perkataan yang sungguh-sungguh berasal dari Tuhan. Sebab Jika sesuatu pernyataan berasal dari Allah, Ia akan menerangkannya dengan sejelas-jelasnya di dalam hati orang yang akan dipakai menyampaikannya.

TANGGAPAN TERHADAP POTONGAN VIDEO KRITIKAN PDT.STEPHEN TONG

Oleh: Hadiran Halawa

Tanggapan saya didasarkan dari potongan video kritikan Pdt.Stpehen tong terkait seorang hamba Tuhan yang dalam potongan video tersebut mengatakan bahwa dia dapat pesan dari Tuhan menyuruhnya untuk menghardik virus corona seperti yang Yesus lakukan menghardik  angin taufan di Danau Galilea.

Terlepas dari benar tidaknya Pendeta tersebut dapat pesan dari Tuhan yang menyuruhnya berdoa seperti yang dilakukan Yesus menghardik angin taufan di danau Galilea. Menurut saya biarkan saja, nanti waktu yang akan membuktikan apakah benar atau tidak yang disampaikan. Tapi minimal inti dari yang disampaikan yang perlu digaris bawahi adalah mengajak jemaatnya untuk doa  peperangan rohani dengan cara seperti yang dia yakini. Peperangan rohani tentu alkitabiah, salah satunya dalam Efesus 6:10-12.

Terkait Efesu 6:10-12 ini saya mengutip pernyataan Pdt.Mangapul Sagala dalam sebuah komentarnya di Diskusi Facabook menanggapi poastingan Tolop Marbun: 
"HARUS MEMAHAMI MAKNA EFESUS 6:10 dst. Itulah peperangan rohani. Gagal memahami itu, maka sulit masuk ke dalam peperangan rohani yg benar. Dengan jelas  di sana rasul Paulus mengatakan bahwa kita bukan melawan darah & daging. Artinya materi yg kelihatan. Tetapi melawan roh-roh jahat di udara, penghulu dunia yg gelap. Di sinilah PENTINGNYA PENGALAMAN ROHANI. Jika TDK, maka kita hanya dapat berjuang di level materi. Pasti gagal! Mengapa Tuhan Yesus menghardik iblis pada Mat.16:23? Padahal, dalam alam nyata (sebutlah materi), bukankah Petrus yg bicara? Fw.    Matius 16:23 (TB) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Lebih lanjut Pdt. Mangapul sagal menjelaskan, "Di situlah peperangan rohani terjadi. Tuhan Yesus sanggup melihat melampaui alam nyata (materi), masuk ke alam roh (ingat peperangan rohani, bukan materi).  Nah, jika iblis (kuasa gelap) bahkan bisa memakai seorang rasul, yaitu Petrus, apakah si jahat tidak bisa memakai Covid19? Catatan: Petrus, bukan iblis, tapi Iblis memakai Petrus. Tuhan berhasil menghardik iblis yg tidak kelihatan itu. Demikian juga, kita akan gagal dalam peperangan rohani bila kita hanya mampu melihat  di level materi, hanya virus"

Apa yang kemudian disalah pahami oleh Pdt. Stephen Tong dan pengikutnya terkait pernyatan hamba Tuhan tersebut yang berkata "Tuhan Menyuruh saya". Mengira bahwa kata Tuhan menyuruh ini..Tuhan bicara langsung kepada Pdt. NN.  Dalam video itu tidak dijelaskan apakah Pdt. NN mendegarkan pesan Tuhan langsung secara audible, melalui hati nuranikah atau melalui alam semesta. Tapi menurut hemat saya karena pesan Tuhan tersebut berkorelasi dengan Cerita alkitab yang dikutip, maka bisa saja sebenarnya Pdt. NN dapat pesan Tuhan melalui pembacaan Alkitab, apakah itu salah ? apakah pesan Tuhan lewat Firman yang menjadi Rhema, bukan pesan khusus buat kita ?. 

Hal lain yang gagal disalah pahami oleh Pdt. Stephen Tong dan orang banyak yang mendukungnya adalah, bahwa karena Pdt. NN mengatakan disuruh Tuhan untuk Mengahardik Virus Corona dan Krisis Ekonomi seperti Yesus menghardik angin taufan di danau Galilea, maka mereka menuntut hasil yang sama, yaitu jawaban doa secepat kilat, corona dan krisis ekonomi secepat kilat berhenti. Ini lucu menurut saya dan tidak bisa masuk dalam logika berpikir.
yang lebih lucunya lagi mengambil sebuah kesimpulan prematur Pdt.NN tidak dapat pesan dari Tuhan, hanya karena mereka tidak melihat hasil yang sama.  

Menuntut hasil yang sama jelas tidak bisa karena hal ini : 
  1. Peristiwa di danau galilea dengan virus corona/krisis ekonomi yang mendunia jelas Tidak appel to appel :
Pelaku : Yesus (Tuhan ) vs Pdt. NN (Manusia)
 Cakupan wilayah : Danau galilea vs Seluruh Dunia 
Jenis : Angin Taufan vs Virus corona dan Ekonomi
Hasil: Secepat kilat vs belum kelihatan hasilnya. 
Jelas hasilnya tidak mungkin sama.

Inti pesan Pdt. NN dalam video adalah mengajak Jemaatnya doa peperangan Rohani. Harus dimengerti bahwa dalam doa peperangan rohani hasil tidak selalu mendapatkan hasil secepat kilat, kadang ada hambatan seperti yang dialami oleh Daniel 10:13, jawaban doa tertunda sampai 21 hari. Kalau benar sperti penjelasan Pdt. Mangapul Sagal perihal Iblis yang bisa memakai Virus Corona, maka jelas tidak bisa menuntut hasil yang sama (secepat kilat)

Murid2 Yesus pernah gagal mengusir roh jahat pada seseorang karena kurang iman, kendati Yesus yang menyuruh mereka secara langsung. Apakah Pdt. ST dan pendukungnya berani mengambil kesimpulan bahwa murid2 Yesus tidak disuruh oleh Tuhan Yesus karena mereka gagal ?. Bisakah hal ini diterima oleh logika berpikir ?

Beberapa tanggapan saya terkait kritikan Pdt.Stephen Tong dalam potoangan video tersebut

1.Pdt. Stephen Tong dalam Kritiknya berkata bahwa tidak boleh “mengcopy” Yesus, yang artinya kita tidak boleh mencontoh pelayanan/pekerjaan seperti yang Yesus lakukan termasuk di dalamnya menyembuhkan orang sakit. Lha..Kalau bukan Yesus yang kita contoh lalu siapa yang mau kita contoh masa si pak Pdt.Stephen Tong. Bukankah kita mengikuti teladan Yesus. peristiwa di danau galilea itu, saya yakin mungkin saja sebenarnya Yesus mengharapkan Murid-muridnya yang selama ini telah diajar, hidup bersama sama dengan Dia tiap-tiap harinya menyaksikan setiap mujizat , merekalah yang seharusnya  mulai belajar praktek iman menghardik badai saat itu, terlihat dari respon perkataan Yesus kepada mereka dengan berkata “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya ?” 

Bukankah Yesus menyuruh kita untuk melakukan pelayanan seperti yang Dia lakukan :"Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma". Matius 10:8
Bukankah Yesus berkata bahwa kalau kita punya iman sebesar biji sesawi kita bisa berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini kesana pindah maka gunung itu akan pindah Matius 17:20. Apakah ayat ini hanya bisa ditafsirkan secara rohani saja yang artinya gunung persoalan. Bukankah gunung Mokattam yang pindah di mesir menjadi bukti real dari pada pembuktian dari ayat tersebut dan bukti tindakan iman hamba2 Tuhan pada masa saat itu. 

2. Pdt. Stephen Tong dalam kritiknya melakukan ad hominem dengan menyerang pribadi hamba Tuhan, dengan mengatakan penipu dan perampok uang jemaat. Sangat disayangkan hamba Tuhan sekaliber Pak Tong melakukan serangan pribadi seperti itu, apakah tidak ada cara lain melakukan kiritik yang lebih baik dengan tidak menyerang pribadinya. Apakah benar-benar Pak Tong tau kalau pendeta yang dia maksud memang menipu dan rampok uang jemaat, apakah ada buktinya..kenapa tidak lapor polisi aja kalau begitu biar diproses secara hukum. Lebih bagus begitu kalau ada buktinya, tapi kalau hanya sekedar berasumsi,bisa dikategorikan fitnah, sangat disayangkan.

3. Pdt. Stephen Tong menantang hamba Tuhan untuk melakukan KKR di Istora Senayan yang menurut saya mustahil dilakukan, karena himbaun pemerintah untuk tidak ibadah di gereja, apalagi mengumpulkan orang yang sakit covid diistora Senayan. Sesuatu yang  tak masuk diakal, mengingat sifat penyebaran virus itu sangat cepat menular. Itulah makanya kita disuruh di rumah saja dan orang yang terkena covid-19 dikarantina. kita sebagai warga negara yang baik tentu kita harus taat juga kepada pemerintah sebagai otoritas kita. Firman Tuhan menyuruh kita untuk taat kepada pemerintah seperti di Roma 13:1. Tuhan berbicara kepada kita melalui pemerintah untuk tinggal di rumah saja.
Apakah itu satu-satuya nya cara untuk mengetahui seorang hamba Tuhan punya kuasa atau tidak dapat dilihat melalui keberaniannya bikin KKR di Istora senanyan di tengah wabah Covid-19 yang mendunia ?. Ini sangat lucu menurut saya. Apakah memang perlu sebuah pembuktian untuk seorang hamba Tuhan punya kuasa atau tidak ?. Tidak cukupkah firman Tuhan yang meyakinkan kita bahwa setiap kita yang percaya Yesus bukan hanya hamba Tuhan tapi semua orang percaya diberi kuasa. Matius 10: 8 1 Yoh 1:12, Lukas 10:19, Efesus 1:22-23, Matius 16:19, 2 Kor 10:4-6 dll.

4. Pdt. Stephen Tong menantang hamba Tuhan kalau tidak terjadi seperti yang didoakan  maka meminta hamba Tuhan tersebut untuk di rajam dengan batu, yang menurut saya ini terlalu berlebihan dan ekstrim. Apakah sebaliknya Pdt. Stphen Tong bersedia diperlakukan hal yang sama yaitu dirajam dengan batu juga  kalau ternyata apa yang didoakan oleh pendeta itu ternyata benar terjadi. Haruskah memakai konsekuensi seperti ini untuk menguji benar tidaknya seorang hamba Tuhan dalam menyampaikan pesan yang dari Tuhan kepada jemaat di Gerejanya?. Haruskah bermain taruh-taruhan untuk pembuktian seorang hamba Tuhan punya kuasa atau tidak. Apakah cara-cara demikian alkitabiah, adakah kita temukan cara-cara seperti ini baik dalam PL maupun dalam PB.

5. Pdt. Stpehen Tong berkata bahwa penginjilan melalui kesembuhan bukanlah penginjilan karena tidak memberitakan tentang Yesus yang mati dan bangkit menanggung segala dosa kita dikayu salib. Dari mana Pdt. Stphen Tong tau pelayanan kesembuhan tidak memberitakan tentang kematian , penyaliban dan kebangkitan Kirstus ?. Apakah pernah melakukan penelitian dibeberap KKR Kesembuhan Ilahi Pengkhotbah tidak memberitakan  tentang Yesus yang mati, disalib dan di dibangkitkan . Sepengetahuan saya yang juga pernha ikut dalam KKR Kesembuhan Ilahi, setiap KKR Kesembuhan Ilahi selalu Yesus yang jadi berita central yang memungkinkan orang-orang disembuhkan karena iman kepada Yesus yang diberitakan terlebih dahulu melalui Khotbah. Yesus dan para Rasul memakai metode pelayanan penginjilan melalui pelayanan kesembuhan Ilahi. Sehingga kita bisa melihat dalam kitab injil pelayanan Yesus diwarnai dengan menyembuhkan orang sakit , mengadakan mujizat dan tanda-tanda heran demikian juga pelayanan para Rasul. Bukankah harusnya kita mengikuti teladan pelayanan Yesus dan para Rasul.

6. Pdt. Stephen Tong meneriaki pendeta-pendeta diseluruh Indonesia untuk mendengarkan perkataanya. Siapakah Pdt. Stephen Tong, apakah dia” Tuhan” atas pendeta-pendeta yang harus didengarkan. Apakah semua perkataan dan pengajaran Stephen Tong  auto benar, maha benar dan tidak pernah salah ? 

Semoga Pdt.Stephen Tong  tidak merasa lebih Pendeta dari semua pendeta, dan lebih benar dari semua hamba Tuhan.

Harusnya dalam kondisi seperti ini, tokoh2 gereja, hamba2 Tuhan senior memberi teladan untuk bersatu berdoa untuk bangsa kita, bersatu,.merendahkan diri untuk  memohon belas kasihan Tuhan supaya Virus corona di bangsa kita cepat berlalu.

Shalom untuk kita semua, mari bersatu dalam doa,  tetap jaga kesehatan, di Rumah saja.

Jumat, 24 April 2020

KETIKA TUHAN SEAKAN DIAM

Oleh: Hadiran Halawa

Ditengah penderitaan dan kesulitan hidup, disaat hidup terasa gelap, disaat semua jawaban doa tidak seperti yang kita harapkan, bahkan justru mungkin keaadaan semakin bertambah parah diluar dari apa yang kita harapan. Kita sebagai manusia cenderung bertanya dalam hati, “kenapa Tuhan izinkan semua ini terjadi”, Kenapa Tuhan berpangku tangan saja, tanpa melakukan sesuatu”, “Kenapa Tuhan seakan diam saja”, “Bukankah Tuhan maha kuasa”, “bukankah Tuhan sanggup menolong”,  Dimanakah Tuhan yang berkuasa itu”.

Barangkali kita sudah habiskan waktu berdoa berjam-jam,berhari-hari , berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, berdoa dengan ratap tangis disertai dengan doa puasa mengharapkan doa-doa kita dijawab secepat kilat seperti yang kita mau, mengakui dosa-dosa dihadapan Tuhan. Mungkin sudah baca firman Tuhan bolak-balik juga dari kejadian sampai Wahyu. Tapi seiring waktu berlalu kita melihat kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita harapankan. Maka tidak heran banyak orang percaya mulai bertanya-tanya dalam hati  “ kenapa dan kenapa”?

Terkadang ketika Tuhan seakan diam itu adalah saat-saat yang sangat menyakitkan dan membingungkan. Bukankah janji-janji Firmannya berkata seperti ini, tetapi kenapa kenyataanya seperti ini. Apakah anda merasa Tuhan seakan diam dalam hidupmu, menantikan jawaban doa yang tidak kunjung tiba ?.

Bukan hanya kita orang yang percaya di zaman modern ini yang mengalami masa-masa dimana Tuhan seakan diam. Beberapa Tokoh dalam Alkitab juga mengalami hal yang sama. Raja Daud ditengah-tengah penderitaan dan kesulitan hidup juga pernah berdoa seperti ini, “KepadaMu ya Tuhan, gunung batuku aku berseru, janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur”Mazmur 28:1

Asaf seorang imam musik dari keturunan Lewi juga mengalami hal yang sama ditengah-tengah penderitaan dan kesulitan hidup pernah berdoa seperti ini “Ya Allah, Janganlah Engkau bungkam, janganlah berdiam diri dan jangan berpangku tangan ya Allah”Mazmur 83:1

Ayub ditengah-tengah penderitaan hebat yang dia alami berkata : Aku berseru minta tolong kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menjawab; aku berdiri menanti, tetapi engkau tidak menghiraukan aku Ayub 30:20. Lebih lanjut Ayub berkata “Hendaklah Yang Mahakuasa menjawab aku!” Ayub 31:35. Ayub ingin mengerti semua alasan dan arti dari penderitaan hebat yang menimpa dirinya dan seisi rumah tangganya.

Ditengah-tengah pergumulan dan pertanyaannya, Tuhan menjawab Ayub dari dalam badai (Ayub 38-42). Tuhan bertanya dimanakah Ayub saat menciptakan dasar bumi, Apa yang telah Ayub lakukan dalam memanggil alam semesta menjadi ada, dalam meciptakan hidupnya, yang memungkinkan memiliki seluruh harta kekayaanya, atau anak-anaknya bahkan kesehatannya ?

Barangkali Ayub dan juga kita di zaman sekarang  ini mengharapkan jawaban doa seperti yang kita pikirkan. Ketika kita bertanya saol A maka kita harapkan Tuhan jawab kita dengan sebuah penjelasan soal A juga. Tapi  apa yang Dia lakukan dalam menjawab Ayub tidaklah seperti itu. Tuhan tidak menjelaskan, Tuhan tidak menjelaskan rencana besarnya dibalik dari semua penderitaan Ayub. Tetapi justru Tuhan menyatakan dirinya.

 Ditengah-tengah pernyataan Diri-Nya yang dahsyat, semua pertanyaan ayaub yang tidak terjawab tiba-tiba menghilang. Tuhan bertanya kepada Ayub “Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa ?. Ayub menjawab “ Sesungguhnya aku ini terlalu hina, jawab pakah yang dapat kuberikan kepadaMu ? mulutku kututup dengan tangan, satu kali aku berbicara, tetapi tidak akan kuulangi , bahkan dua kali, tidak akan kulanjutkan” (ayub 40:2-5)

Penderitaan yang kita alami tidak selamanya butuh sebuah penjelasan kenapa hal itu kita alami. Terkadang penderitaan adalah sebuah misteri yang sulit untuk kita pahami dan  kita tidak perlu tau alasannya, karena itu bagiannya Tuhan. Tuhan tidak menjelaskan secara detail kepada Ayub arti dari penderitaan yang dia alami, dan bagaimana cara keluar dari penderitaan itu. Tuhan sedang mengajar Ayub dan kita semua orang percaya untuk belajar menerima sebuah misteri, menerima semua kehendak Allah dalam hidup kita, dan belajar untuk mempercayakan segenap hidup kita kepada Tuhan walaupun terkadang banyak hal yang tidak kita mengerti. Yang pasti bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28).

Ketika Tuhan seakan diam,bukan berarti Tuhan tidak sedang bekerja melakukan sesuatu untuk kebaikan kita. Tuhan sedang bekerja dengan caraNya yang ajaib, yang sering tidak terlihat oleh kita manusia. Bukankah Tuhan berkata “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku” Yesaya 55:8-9. Ketika kita belum melihat jawaban doa, bukan berarti Tuhan tidak menjawab doa. Di akhir dari kitab Ayub kita melihat bagaimana Tuhan pulihkan keadaan Ayub, bahkan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaanya dahulu, Ayub 42:10. Tuhan menjawab doa dengan caraNya bukan dengan caranya kita. Tuhan menjawab doa dengan waktuNya bukan dengan waktunya kita.

Ditengah pandemic virus corona yang sedang melanda dunia, pasti semua orang Kristen, hamba-hamba Tuhan berdoa supaya covid-19 cepat berlalu. Ketika jawaban doa tidak sesuai dengan yang kita harapkan kiranya kita tidak putus asa dan menjadi kecewa hanya karean kita belum melihat hasil dari doa-doa kita. Yang pasti Tuhan sedang bekerja dengan cara-Nya. Kita tidak pernah tau ditengah-tengah wabah virus yang membawa penderitaan ini, banyak jiwa-jiwa yang dimenangkan bagi Tuhan, banyak bangsa-bangsa yang tadinya tidak peduli dengan urusan kepercayaan kepada Tuhan, sekarang berbalik mencari wajah Tuhan. Oleh sebab itu mari terus berdoa dan berdoa, sebab Tuhan menjawab doa dengan caraNya.

Tuhan Memberkati !