Rabu, 20 Mei 2020

Hidup Di Kesementaraan

Oleh: Hadiran Halawa


“.....Apakah arti hidupmu ? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap”.Yakobus 4:14


Pada saat ngobrol dengan teman-teman alumni SMA dan juga juga teman-teman Alumni zaman masih kuliah, terkadang kita diingatkan kembali ke masa-masa indah  dan pahitnya hidup yang pernah kita alami dan lalui bersama. Sepertinya belum lama kita pernah sekolah sama-sama, tinggal di asrama sama, semua memory kebersamaan masih terasa fresh dingatan. Kita terkadang dibawa dalam sebuah kesadaran bahwa waktu begitu cepat berlalu tanpa kita menyadarinya. Sepertinya barusan saja kita pernah sama-sama. Namun ternyata kita sudah berpisah sekian tahun atau mungkin sekian puluh tahun lamanya.


Waktu begitu cepat berlalu itu adalah sebuah fakta yang kita alami sebagai manusia yang hidup dalam kesementaraan. Bagi sebagian orang yang punya anak sepertinya baru melihat anaknya digendong saat masih bayi, diajak main saat masih kecil, diantar kesekolah, dan sekarang sudah pada dewasa bahkan sudah memiliki kehidupan baru dalam pernikahan mereka. Perubahan rambut yang kian memutih, perubahan kulit raut wajah yang kian mengkerut/keriput, itulah manusia. Manusia memilki tiga fase dalam kehidupan yaitu: Lahir, bertumbuh dewasa dan mati. Dan semua tidak terasa cepat berlalu dalam waktu yang begitu singkat.


Rasul Yakobus bertanya apakah arti hidupmu ? dan langusung sekalian memberi jawaban bahwa hidupmu seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Saat kita lagi memasak air didapur kita bisa melihat air yang sedang mendidih mengeluarkan uap yang kelihatan cuma sebentar saja dan setelah itu lenyap seketika. Seperti itulah gamabaran hidup manusia di dunia ini. Rasul Yakobus adalah pemimpin jemaat, maka oleh sebab itu ia merasa bertanggung jawab memberikan nasehat-nasehat dan teguran kepada orang Kristen khusus yang berlatar belakang Yudaisme yang hidup diperantauan. Termasuk didalamnya bagaiman memahami dan memaknai hidup yang begitu singkat dalam dunia ini.


Mengevaluasi hidup kita


Pertanyaan Yakobus “apa arti hidup” kelihatannya sederhana sehingga banyak orang yang sering mengabaikannya. Sebenarnya kalau mau coba ambil waktu sejenak merenung dan mempertanyakan pada diri sendiri apa arti hdup, maka kita akan mendapati bahwa pertanyaan ini begitu dalam maknanya. Kita akan dibawa dalam sebuah evaluasi kehidupan, setelah kita menjalani hidup di dunia sekaian tahun lamanya. Namun harus diakui bahwa jarang orang yang mau mengevaluaasi kehidupannya. Barangkali hanya ada dua peristiwa manusia diingatkan tentang hidupnya yang singkat yaitu pada saat pergantian tahun atau ulang tahun, dan pada saat berada di rumah duka. Kebanyakan orang baru kembali diingatkan arti hidup pada saat melayat ke rumah duka.


Salomo, raja yang terkenal dengan hikmatnya yang luar biasa berkata dalam Pengkhotbah 7:2 “Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.” Di rumah duka kita melihat masa depan dan tujuan hidup, sedang ke rumah pesta kita hanya melihat dan menikmati kebahagian yang bersifat sementara. Di rumah duka kita bisa mengevaluasi hidup kita, dan sekaligus membawa kita kepada suatu kesadaran  bahwa suatu saat juga kita akan mengalami kematian seperti itu entah kapan waktunya, namun yang pasti kita semua ada dalam antrian itu entah cepat atau lambat.


Kenyataan yang harus disadari bahwa kita tidak selamanya muda, tidak selamanya kuat, tidak selamanya jaya, dan tidak hidup selama-lamanya di dunia yang fana ini. Oleh sebab itu selama masih ada kesempatan yang Tuhan beri harus betul betul dipergunakan dengan baik. Sebab ada saatnya ketika kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Apa yang kita lakukan sekarang dikesementaraan akan berdampak pada kekekalan.


Bijaksana mengelola waktu


Karena hidup ini begitu singkat seperti uap, kita harus memperhatikan betul bagaiman kita hidup, harus bijaksana menghabiskan waktu-waktu sisa hidup kita di dunia. Kita tidak boleh membuang-buang waktu hidup untuk hal-hal yang tidak berarti yaitu hal-hal yang hanya bersifat sementara. Seperti ambisi mengejar jabatan, kekayaan, popularitas dan segala macam hal yang dunia anggap berharaga dan penting.  kita harus menginvestasikan hidup kita kepada hal-hal yang bernilai kekal. Setiap investasi kita yang bernilai kekal akan kita tuai dalam kekekalan.


Ada begitu banyak orang selama masih kuat, ketika masih jaya-jayanya tidak memikirkan arti hidupnya, terlena dengan segala pencapaian dan keberhasilannya. Baru kemudian pada saa-saat kritis antara hidup dan mati, ketika terserang penyakit yang mematikan baru mulai mencari Tuhan, baru mulai mengevaluasi arti hidupnya. Beruntung kalau masih ada kesempatan untuk bertobat diamasa kritis tetapi bila tidak ada waktu sama sekali maka semunya sudah terlambat, yang ada hanya penyesalan dalam kekakalan. Perlu kita menganggap bahwa inilah hari terakhir kita di dunia sehingga kita tidak membuang-bung waktu dengan percuma untk hal-hal yang bersifat sementara.


Pengkhotbah 7:13,14 segala rencana masa depan hanyalah sia-sia sebab kita tidak mengerti tentang masa depan dan mengetahui tentang masa depan. Oleh karena itu percaya kepada Tuhan sepenuhnya, mengandalkan Tuhan secara total adalah sikap yang bijakasana. Harus dipahami bahwa tidak ada satu manusiapun yang tahu akan hari esoknya seperti apa. Maka oleh sebab itu tidak alasan bagi manusia untuk tidak bergantung penuh kepada Tuhan, sang pemilik waktu dan kehidupan. Tidak ada alasan bagi manusia unutuk menyombongkan diri dengan segala hikmat dan pengetahuan duniawai yang dimilikinya, dengan segala jabatan, harta kekayaan yang dimilikinya. Sebab semua itu tidak akan kita bawa saat kita menghadap sang pencipta kita.


Melibatkan Tuhan dalam segala hal


Rasul Yakobus mensehati jemaat untuk tidak melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan mereka. Tidak ada hal sepele yang kita rencanakan dan lakukan untuk kita tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Melibatkan Tuhan dalam segala hal dalam hidup kita, sebagai sebuah tindakan pengakuan bahwa kita ini hanyalah manusia fana  yang penuh keterbasan, dan sekaligus mengakui bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang berdaulat penuh atas hidup kita, yang mengendalikan dan bertanggung jawab penuh atas hidup kita sebagai makhluk ciptaanNya yang paling mulia.


Melibatkan Tuhan dalam setiap apa yang kita rencanakan dan kerjakan memungkinkan kita untuk hidup sejalan dengan kehendakaNya dan melakukan setiap hal seturut dengan rencana dan panggilannya atas hidup kita sehingga pada akhirnya kita bisa mencapai destiny kita dengan baik. barangkali bagi orang lain atau bahakan mungkin bagi penilain diri kita sendiri kita bukan siapa2, bukan orang yang dikenal banyak orang, bukan orang yang berpengaruh. barangkali kita hanya hamba Tuhan biasa menurut ukuran kaca mata manusi . Hal itu bukanlah masalah sebab yang terpenting adalah  kita sudah berjalan dan menggenapi rencana dan panggilan Tuhan atas hidup kita. 


Hidup dalam keintiman dengan Tuhan adalah hal yang mutlak dibutuhkan jika kita ingin hidup sejalan dengan kehendak Tuhan, hidup menggenapi rencana Tuhan atas hidup kita. sebab bagaimana mungkin kita bisa tau apa kehendak Tuhan atas hidup kita kalau kita tidak punya relasi keintiman dengan Dia. Bagaimana mungkin kita bisa mendengar suaraNya kalau kita tidak bergaul karib denganNya. Bagaimana mungkin kita mau berjalan dalam kehendakNya kalau kita tidak mendengar suaraNya. 


Menyadari bahwa hidup kita di bumi hanyalah sementara akan menentukan cara kita memandang dan memaknai kehidupan. akan merevolusi cara bagaimana kita hidup, bertindak, berpikir, berkata, bekerja, melayani dll. Bagaimana kita mengisi hidup kita yang sementara dibumi ini akan menentukan bagaimana hidup kita dalam kekekalan.


Tuhan Yesus Memberkati



 

 

 


JANGAN TAWAR HATI

Oleh: Hadiran Halawa

Sebab itu kami tidak tawar hati, meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami diperbaharui dari hari ke serhari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. (2 Korintus 4:17-18)

Tawar hati artinya suatu kondisi dimana tidak ada gairah dan semangat hidup lagi, kondisi hidup yang sudah putus asa, kecewa, frustrasi, putus pengharapan, disebab oleh karena tekanan dan pergumulan hidup  yang begitu berat dan berlangsung dalam waktu yang begitu lama. Sangat mudah bagi seseorang menjadi tawar hati dalam mengalami penderitaan dan kesusahan hidup misalnya sedang mengalami suatu sakit yang begitu lama dan tidak kunjung sembuh. Apalagi kalau sudah berdoa sekian lama minta pertolongan dari Tuhan, berdoa minta muzijat Tuhan dinyatakan, tetapi pada kenyataan masalah tetap ada bahkan semakin besar, maka bisa saja hati menjadi tawar. Amsal mengingatkan kita “Jika engkau tawar hati pada masa kesesekan kecillah kekuatanmu”. Amsal 24:10

Paulus dengan Jelas berkata bahwa dia tidak tawar hati menghadapi berbagai penderitaan dan kesulitan hidup. Penderitaan adalah sebuah realitas hidup yang harus dihadapi dengan sudut pandang yang benar. Paulus berkata meskipun tubuh lahiriahnya semakin merosot, manusia batiniahnya diperbaharui dari hari kesehari.Tubuh lahiriah kita semakin merosot seiring dengan bertambahnya usia, semakin tua tentu fisikpun semakin melemah kekuatannya. Mudah terserang oleh sakit penyakit. Tidak ada obat apapun untuk mencegah seseirang menjadi tua, walaupun sekarang ini ada banyak orang mengkonsumi obat-obatan untuk awet muda, atau melakukan operasi plastik supaya tampak lebih mudah, namun pada kenyataanya terima atau tidak tubuh akan semakin tua dan pada saatnya akan kembali kepada debu “...sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kejadian 3:19)

Tubuh lahiriah kita boleh saja merosot seiring dengan berjalannya waktu Tetapi manusia batiniah kita tidak ikut merosot, justru semakin diperbaharui seiring dengan berjalannya waktu manusia batiniah kita semakin kuat seiring dengan bertambahanya iman dan pengenalan kita akan Tuhan. Kunci dari pada kekuatan kita dalam mengahadapi penderitaan adalah manusia rohani/batiniah kita harus semakin kuat. Sehingga walaupun secara fisik menderita namun kita bisa melewatinya dengan baik, tidak patah semangat, ada sukacita Tuhan yang yang menjadi kekuatan kita Nehemia 8:10. Manusia batiniah kita bisa mempengaruhi manusia jasmaniah kita untuk terus semangat menjadi  hidup ini.

Manusia batiniah kita  bersifat kekal dan akan membawa kita bertemu Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa pada saat kedatangan Kristus kelak, orang percaya akan hidup dengan tubuh yang sudah dibangkitkan dan dimuliakan. "Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah." (1 Korintus 15:42-44).

Kalau Paulus menasehati kita untuk tidak tawar hati ditengah pergumulan hidup, Paulus layak dan pantas mengatakannya. Sebab Paulus sendiri telah mengalami seperti apa beratnya tantangan, kesulitan hidup, Paulus telah menyelesaikan pertandingan imannya dengan sangat baik. Perjalanan iman Paulus tidaklah gampang menurut apa yang kita pikirkan. Paulus harus mengalami penderitaan yang begitu hebat sebagai konsekuensi imannya terhadap Kristus, terlebih konsekuensi terhadap berita injil yang harus diberitakan demi keselamatan banyak orang.Tidak jarang Paulus harus mengalami penderitaan hebat terancam untuk dibunuh, kedinginan,  haus dan lapar, sakit yang harus diderita, berulangkali dipenjarakan, dicambuk, dipukuli. Paulus tidak menjadi mundur dari pertandingan yang harus dia jalani. Dia menjadi seorang prajurit yang disiplin, petani yang tekun, olahragawan yang ulet, yang terus menjalani pertandingan itu, terus berlari secara marathon sampai kepada garis akhir dari pertandingan yang Tuhan tetapkan baginya (1 Korintus 9:26, 2Timotius 2:4-6).

Penderitaan Ringan

Bagi rasul Paulus penderitaan yang kita alami adalah penderitaan ringan. Mungkin sebagian kita akan protes pernyataan Paulus, dan berkata ah...Paulus gampang ngomong begitu,  coba merasakan apa yang saya rasakan, coba mengalami kesulitan hidup, beban berat yang mendidihku saat ini pasti tidak akan  berkata bahwa penderitaan kita di dunia ini ringan. Betapa tidak, penderitaan manusia dalam dunia ini seringkali membawanya dalam puncak keputusasaan, kehilangan pengharapan. Ketika penderitaan masih dalam skala kecil mungkin masih bisa menanggungnya, tetapi coba bayangkan masalah dan penderitaan hidup tidak datang bertubi-tubi tiada hentinya dengan skala yang semakin besar.

Tidak gampang memang berkata bahwa penderitaan di dunia ini ringan. Ada banyak orang yang kemudian lari dari imannya kepada Kristus, karena tidak kuat dengan penderitaan yang sedemikia berat, ada banyak orang yang bunuh diri karena persoalan hidup yang tidak bisa ditanggung lagi. Tak terkecuali orang orang Kristen yang kita anggap beriman, bahkan hamba-hamba Tuhan yang telah dipakai dalam pelayanan, menggembalakan gereja besar bisa berakhir dengan bunuh diri karena beban persoalan hidup yang menghimpit.

Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan adalah sebuah realitas yang manusia hadapi dan lalui di dunia ini. Tentu intensitas penderitaan bertingkat-tingkat ada  yang berat, ada yang sedang, ada pula yang ringan. Namun seringkali bahwa berat tidaknya bobot atau intesitas dari sebuah penderitaan tergantung dari orang yang menanggungnya. Tergantung dari pada perspektif orang yang sedang menanggung penderitaan itu sendiri. Kadang penderitaan yang sangat berat menurut si A belum tentu berat menurut si B. Demikian juga sebaliknya, penderitaan ringgan menurut si A bisa jadi berat menurut si B. Kadang ada orang tertentu menggunakan penderitaan justru menjadi kekuatan untuk bisa bangkit dan semakin melejit kehidupannya.

Penderitaan secara umum bisa disebabkan karena berbagai hal, diantaranya karena akibat dari pada perilaku yang buruk dari manusia itu sendiri. Hal ini  bisa seringkali terjadi dalam hubungan dengan sesama manusia, juga bisa hubungan manusia dengan alam yang tidak harmonis sehingga menimbulkan bencana alam. Selain itu penderita bisa diakibat karena konsekuensi dosa yang dilakukan. Dan penderitaan bisa timbul karena konsekuensi terhadap iman kita kepada Kristus dan berita injil. Setiap manusia mempunyai penderitaan dalam konteksnya  masing. Bagi seorang karyawan yang bekerja dikantor punya konteks penderitaan tersendiri. Bagi Seorang ibu yang melahirkan dan membersarkan anak memilki penderitaan tersendiri. Bagi seorang anak yang sedang menempuh pendidikan dibangku sekolah memiliki penderitaan tersendiri.

Kemuliaan Kekal

Bagi Rasul Paulus penderitaan di dunia ini bukanlah sesuatu hal yang dapat membuat kita hidup terpuruk, hidup dalam penyesalan, tidak membuat kita menyerah dan putus asa. Penderitaan harus disikapi dengan positif dan optimis. Hidup tidak selamanya menderita terus, adakalanya mengalami puncak sukacita dan kebahagiaan juga. Itu sudah bagian dari kehidupan manusia. Penderitaan bisa kita ubah menjadi berkat kalau kita memiliki perspektif yang benar terhadap penderitaan itu sendiri. Namun bisa juga menjadi kutuk kalau memiliki perspektif yang salah.

Paulus berkata “sebab penderitaan ringan yang sekarang, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”. Dalam poin ini, Paulus mengajarkan kita untuk melihat penderitaan yang sekarang ini kita alami dari sudut pandang kekalan. Kalau kita melihat persoalan hidup dalam perspekif kekinian jelas akan membuat kita stres, putus asa dan berujung kepada kondisi hati yang menjadi tawar. Penderitaan, kesusahan hidup kita di dunia ini sedang mengerjakan bagi kita  kemuliaan yang sifatnya tidak sementara tetapi kekal, yang jauh lebih mulia dari apapun yang dibanggakan di dunia ini, jauh lebih berarti dari apa yang dunia anggap berarti. Jika dibandigkan dengan kemuliaan kekal yang kelak akan kita terima, rasanya penderitaan yang sementara di dunia tidak ada artinya.

Kita harus memiliki sudut pandang yang seperti ini. Sehingga kendatipun kehidupan kita dalam dunia tidak seperti yang kita harapkan, penuh dengan persoalan dan penderitaaan, tapi tidak mengapa sebab akan ada hadiah kekal yang sedang menanti kita. Ibarat seorang ibu yang mau melahirkan anak, pasti mengalami kesakitan dan menderita luar biasa menjelang sang bayi akan lahir, tetapi ketika sang buah hati itu lahir seakan penderitaan yang sebelumnya dialami sirna begitu saja digantikan dengan sukacita kebahagiaan yang meluap. Apalagi hadiah kekekalan yang akan kita peroleh kelak.

Kemudian Paulus berkata “Kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara,sedangkan yang tak kelihatan kekal”. Paulus tidak meyangkali fakta dari penderitaan yang dialami. Penderitaan, kesusahan hidup, kesakitan, penganiayaan, kelaparan, disakiti, dipukuli, semua itu nyata dia alami. Seperti yang kita alami juga dalam kehidupan setiap hari. Paulus mengatakan bahwa semua itu nyata adanya kita lalui hari lepas hari selama di dunia ini, tetapi sifatnya hanyalah sementara saja, yang segera akan berakhir ketika kita meninggalkan dunia ini. Tetapi disisi lain ada kenyataan yang pasti juga yang harus kita sadari bahwa ada hadiah kekalan yang tidak kelihatan yang sedang menanti kita di depan.

Oleh sebab itu Paulus mengajak kita semua orang percaya walaupun penderitaan itu nyata kita alami hari lepas hari, namun biarlah hati serta pemikiran kita tidak fokus terhadap penderitaan yang sementara itu, biar mata kita tidak berfokus kepada gunung persoalan yang akan membuat kekuatan kita semakin lemah, tetapi berfokuslah kepada apa yang tidak kelihatan yaitu kemuliaan kekal disurga menantikan setiap kita yang telah mengakhiri setiap pertandingan imannya dengan baik. Seorang atlet tidak akan memusingkan dirinya dan mefokuskan perhatiannya kepada kesakitan fisik yang diaalami, seoarang atlet sejati akan terus berlari kendati tubuh lelah,letih, kesakitan tetapi akan terus berjuang berlari begitu rupa mencapai garis akhir untuk meraih hadih yang telah disediakan.....”Aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada yang dihadapanku, berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”. Filipi 3:13-14

 


Senin, 18 Mei 2020

REFLEKSI KENAIKAN KRISTUS : YOU WILL NEVER WALK ALONE

Oleh: Hadiran Halawa

“Aku tidak akan meninggalkan  kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” Yohanes 14:18.

Perpisahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh setiap manusia. Istilah “tidak ada pertemuan tanpa perpisahan” sudah merupakan bagian yang tak terpsaihakan dan akan selalu mewarnai kehidupan manusia. Perpisahan bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Apalagi berpisah dengan orang yang sangat kita cintai atau orang sudah lama hidup besama-sama dengan kita, tidaklah mudah. Harus diakui bahwa tidak ada kata yang lebih menyedihkan dari sebuah kata perpisahan. Tidak ada kata yang lebih menyakitkan selain kata perpisahan.

Para murid Yesus yang baru saja mengalami sukacita yang luar biasa kerena mereka melihat sang guru telah bangkit dari antara orang mati, telah mengalahkan maut. Mereka bisa merasakan kehadiran-Nya lagi setelah terpisah oleh Kematian yang harus dilalui Yesus selama 3 hari.Peristiwa kematian Yesus tentu telah menjadi pukulan berat bagi para murid saat itu, mereka sangat berduka tentunya. Tetapi dukacita itu berubah jadi sukacita yang luar biasa ketika Yesus menampakan diri kepada murid-muridnya. Selama empat puluh hari setelah kebangkitannya merupakan moment yang begitu indah dan membahagiakan bagi para murid.

Namun sekali lagi mereka harus menerima kenyataan bahwa Yesus tidak akan selalu bersama mereka secara fisik. Yesus sudah mengingatkan mereka akan hal ini bahwa Ia tidak akan selamanya di dunia bersama dengan mereka secara fisik. Akan ada saatnya harus pulang ke surga ketempat dimana Yesus berasal. Sebelum penyaliban dan kematianNya Yesus sudah sedemikian rupa menjelaskan peristiwa yang akan dialamiNya  termasuk peristiwa kenaikanNya ke surga.

Seakan tidak mau melihat para murid-murid-Nya bersedih soal kepergianNya Yesus berkata kepada mereka “Aku tidak akan meninggalkan  kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” Yohanes 14:18. Yatim piatu artinya seseorang yang hidup sebatang kara  tanpa ada orang tua yang mendampingi, membimbing, menemani,mengayomi, melindungi dari segala mara bahaya, mencukupi segala kebutuhan yang diperlukan, tempat untuk bernaung, tempat pelarian untuk mengadu, tempat yang bisa merasa aman dan nyaman. Tidak ada satupun manusia di dunia yang ingin lahir dan hidup sebagai yatim piatu. Setiap manusia ingin supaya ada orang tua yang selalu ada menemani dan membimbing.

Sekalipun pada kenyataan-Nya Yesus harus segera berpisah dengan mereka secara fisik, namun bukan berarti bahwa Yesus akan membiarkan mereka sendirian. Yesus berkata kepada mereka “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya ia menyertai kamu selama-lama-nya” Yohanes 14:16. Penolong dalam bahasa Yunani memakai kata “parakletos” artinya, Penolong, penghibur atau advokat yang mendampingi. Kata “yang lain” Dalam bahasa Yunani memakai kata Allos. Artinya yang lain dari jenis yang sama. Ada satu kata lagi dalam bahasa Yunani yang artinya yang memilki arti “yang lain” juga yaitu Heteros yang artinya yang lain dari jenis yang berbeda.

Analoginya, misalnya saya lagi makan pisang ambon, terus saya minta pisang ambon satu lagi maka disitu menggunakan kata allos, yang lain dari jenis yang sama. Tapi kalau saya makan pisang ambon kemudian saya minta yang lain  misalnya jeruk manis maka “yang lain” disini memakai kata heteros. Yesus tidak menggunakan kata heteros dalam penjelasannya kepada para murid, tetapi menggunakan  kata Allos. Artinya bahwa sekalipun penolong (parakletos) yang diberikan Bapa itu yang lain dari pada Yesus namun tetap memiliki jenis yang sama,memiliki sifat yang sama seperti Yesus.

Sebagai manusia yang pernah hidup dalam dunia yang sarat dengan penderitaan dan ketidak adilan tentu Yesus sangat mengerti dan memahami betul bahwa kehidupan yang akan dijalani oleh para murid-murid-Nya termasuk kita orang percaya yang masih ada di dunia tidaklah gampang. Berbagai penderitaan, pencobaan, kesulitan hidup seakan selalu mewarnai kehidupan manusia datang silih berganti. Apalagi penganiayaan dan penderita yang akan dialami oleh orang-orang percaya disegala abad yang pasti akan slalu ada  sebagai konsukuensi imannya terhadap Kristus Yesus. Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa kita tidak akan ditinggalkan sebagai yatim piatu. Kita tidak akan ditinggalkan sendirian. Kita tidak akan dibiarkan mengalami segala kesusahan dan penderitaan selama hidup di dunia.

Ditengah wabah pandemic virus corona yang sedang melanda dunia sekarang ini, yang telah membuat umat manusia dalam penderitaaan, dalam kesedihan, kemalangan, dalam ketakutan. Dan yang juga telah memukul sendi perokonmian semua negera di seluruh dunia, yang menyebabkan banyak orang yang telah kehilangan perkerjaanya, banyak orang yang jadi penggangguran dimana-mana, banyak orang yang mungkin susah cari makan sekarang ini tak terkecuali orang-orang percaya. Ini bukanlah sebuah situasi dan kondisi yang gampang untuk kita lalui, namun kita tidak perlu berputus asa, tidak hilang pengharapan, perlu diingat bahwa kita tidak sendirian melalu semua ini. Ada Tuhan yang selalu bersma kita, yang akan memberi kita kekuatan dan kesanggupan menjalaninya.

Perkataan Yesus sebelum Ia naik ke sorga meninggalkan para Murid, mengingatkan kita hari ini yang sedang berjuang dengan penderitaan hidup yang disebabkan oleh virus corona bahwa kita tidak sendirian. Ada parakletos yang akan selalu memberi kita penghiburan dikala duka, ada Parakletos yang akan membimbing kita dikala kita kehilangan arah, ada parakletos yang akan yang akan mengajar, melindungi, menaungi, dicukupi, layaknya orang tua yang bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anaknya. Kita bukan anak yatim piatu yang ditinggal sendirian, hidup sebatang kara dalam penderitaan dan pergumulan hidup. Parakletos selalu hadir dan slalu ada untuk kita kapan dan diamanapun. Sebab tidak hanya menyertai kita tetapi sang Parakletos itu sudah tinggal dalam hidup kita.

Lagu “You will never walk alone” yang dalam bahasa Indonesia artinya “Kamu tidak akan pernah berjalan sendirian”. Lagu ciptaan Gerry dan the peacemakers ini telah di-cover oleh banyak artis  terkenal deseluruh dunia. Bahkan lagu ini telah menjadi lagu wajib  klub sepak bola bergensi di dunia yaitu Liverpool. Di bait pertama dari lagu tersebut penulis menggambarkan seseorang yang sedang berjalan melalui sebuah badai, pejalan tersebut harus tetap menegakkan kepalanya dan tidak perlu takut akan kegelapan sebab diakhir badai ada langgit keemasan. Bait kedua mengatakan teruslah berjalan melewati angin, teruslah berjalan melewati hujan, meski mimpi-mimpimu terombang-ambing dan tertiup, teruslah berjalan dengan harapan dihatimu, dan kamu tidak akan berjalan sendirian.

Lagu karya Gerry ini, menyemangati kita untuk berjalan terus melewati badai kehidupan dan tidak berputus asa. Badai sehebat apapun, angin hujan sekencang apapun, kita tidak perlu takut sbab kita tidak berjalan sendirian ada Roh Kudus yang telah diberikan oleh Allah Bapa kepada kita yang akan selalu bersama-sam kita, memberi kekuatan  dan pertolongan disaat kita membutuhkan. Dengan kasih karunia-Nya kita bisa melalui dan melewati penderitaan akibat virus corono. Tangan kasih-Nya akan selalu ada menopang, menolong dan melindungi kita.

Peringatan akan kenaikan Yesus ke Sorga sekali lagi mengingatkan kita bahwa kita tidak ditinggal sebagai anak yatim piatu melainkan telah memberikan kita Parakletos yang memampukan kita untuk melewati berbagai tantangan dan pencobaan selama hidup di dunia ini. Sehingga kita bisa finish well dan finish strong menyelesaikan semua pertandingan iman kita dengan baik. Yesus telah menjadi contoh bagi kita dalam menghadapi segala macam penderitaan selama di dunia, Yesus telah melewatinya dengan baik, misi Yesus di dunia telah terselesaikan dengan sangat baik, kini giliran kita sebagai gereja yang juga harus bisa menyelesaikan tugas dan panggilan kita ditengah dunia yang penuh dengan tantangan dan cobaan. Kita pasti bisa menyelesaiakan dengan baik sebab kita tidak berjalan sendirian. Amin