Oleh: Hadiran Halawa
“.....Apakah arti hidupmu ? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap”.Yakobus 4:14
Pada saat ngobrol dengan teman-teman alumni SMA dan juga juga teman-teman Alumni zaman masih kuliah, terkadang kita diingatkan kembali ke masa-masa indah dan pahitnya hidup yang pernah kita alami dan lalui bersama. Sepertinya belum lama kita pernah sekolah sama-sama, tinggal di asrama sama, semua memory kebersamaan masih terasa fresh dingatan. Kita terkadang dibawa dalam sebuah kesadaran bahwa waktu begitu cepat berlalu tanpa kita menyadarinya. Sepertinya barusan saja kita pernah sama-sama. Namun ternyata kita sudah berpisah sekian tahun atau mungkin sekian puluh tahun lamanya.
Waktu begitu cepat berlalu itu adalah sebuah fakta yang kita alami sebagai manusia yang hidup dalam kesementaraan. Bagi sebagian orang yang punya anak sepertinya baru melihat anaknya digendong saat masih bayi, diajak main saat masih kecil, diantar kesekolah, dan sekarang sudah pada dewasa bahkan sudah memiliki kehidupan baru dalam pernikahan mereka. Perubahan rambut yang kian memutih, perubahan kulit raut wajah yang kian mengkerut/keriput, itulah manusia. Manusia memilki tiga fase dalam kehidupan yaitu: Lahir, bertumbuh dewasa dan mati. Dan semua tidak terasa cepat berlalu dalam waktu yang begitu singkat.
Rasul Yakobus bertanya apakah arti hidupmu ? dan langusung sekalian memberi jawaban bahwa hidupmu seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Saat kita lagi memasak air didapur kita bisa melihat air yang sedang mendidih mengeluarkan uap yang kelihatan cuma sebentar saja dan setelah itu lenyap seketika. Seperti itulah gamabaran hidup manusia di dunia ini. Rasul Yakobus adalah pemimpin jemaat, maka oleh sebab itu ia merasa bertanggung jawab memberikan nasehat-nasehat dan teguran kepada orang Kristen khusus yang berlatar belakang Yudaisme yang hidup diperantauan. Termasuk didalamnya bagaiman memahami dan memaknai hidup yang begitu singkat dalam dunia ini.
Mengevaluasi hidup kita
Pertanyaan Yakobus “apa arti hidup” kelihatannya sederhana sehingga banyak orang yang sering mengabaikannya. Sebenarnya kalau mau coba ambil waktu sejenak merenung dan mempertanyakan pada diri sendiri apa arti hdup, maka kita akan mendapati bahwa pertanyaan ini begitu dalam maknanya. Kita akan dibawa dalam sebuah evaluasi kehidupan, setelah kita menjalani hidup di dunia sekaian tahun lamanya. Namun harus diakui bahwa jarang orang yang mau mengevaluaasi kehidupannya. Barangkali hanya ada dua peristiwa manusia diingatkan tentang hidupnya yang singkat yaitu pada saat pergantian tahun atau ulang tahun, dan pada saat berada di rumah duka. Kebanyakan orang baru kembali diingatkan arti hidup pada saat melayat ke rumah duka.
Salomo, raja yang terkenal dengan hikmatnya yang luar biasa berkata dalam Pengkhotbah 7:2 “Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.” Di rumah duka kita melihat masa depan dan tujuan hidup, sedang ke rumah pesta kita hanya melihat dan menikmati kebahagian yang bersifat sementara. Di rumah duka kita bisa mengevaluasi hidup kita, dan sekaligus membawa kita kepada suatu kesadaran bahwa suatu saat juga kita akan mengalami kematian seperti itu entah kapan waktunya, namun yang pasti kita semua ada dalam antrian itu entah cepat atau lambat.
Kenyataan yang harus disadari bahwa kita tidak selamanya muda, tidak selamanya kuat, tidak selamanya jaya, dan tidak hidup selama-lamanya di dunia yang fana ini. Oleh sebab itu selama masih ada kesempatan yang Tuhan beri harus betul betul dipergunakan dengan baik. Sebab ada saatnya ketika kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Apa yang kita lakukan sekarang dikesementaraan akan berdampak pada kekekalan.
Bijaksana mengelola waktu
Karena hidup ini begitu singkat seperti uap, kita harus memperhatikan betul bagaiman kita hidup, harus bijaksana menghabiskan waktu-waktu sisa hidup kita di dunia. Kita tidak boleh membuang-buang waktu hidup untuk hal-hal yang tidak berarti yaitu hal-hal yang hanya bersifat sementara. Seperti ambisi mengejar jabatan, kekayaan, popularitas dan segala macam hal yang dunia anggap berharaga dan penting. kita harus menginvestasikan hidup kita kepada hal-hal yang bernilai kekal. Setiap investasi kita yang bernilai kekal akan kita tuai dalam kekekalan.
Ada begitu banyak orang selama masih kuat, ketika masih jaya-jayanya tidak memikirkan arti hidupnya, terlena dengan segala pencapaian dan keberhasilannya. Baru kemudian pada saa-saat kritis antara hidup dan mati, ketika terserang penyakit yang mematikan baru mulai mencari Tuhan, baru mulai mengevaluasi arti hidupnya. Beruntung kalau masih ada kesempatan untuk bertobat diamasa kritis tetapi bila tidak ada waktu sama sekali maka semunya sudah terlambat, yang ada hanya penyesalan dalam kekakalan. Perlu kita menganggap bahwa inilah hari terakhir kita di dunia sehingga kita tidak membuang-bung waktu dengan percuma untk hal-hal yang bersifat sementara.
Pengkhotbah 7:13,14 segala rencana masa depan hanyalah sia-sia sebab kita tidak mengerti tentang masa depan dan mengetahui tentang masa depan. Oleh karena itu percaya kepada Tuhan sepenuhnya, mengandalkan Tuhan secara total adalah sikap yang bijakasana. Harus dipahami bahwa tidak ada satu manusiapun yang tahu akan hari esoknya seperti apa. Maka oleh sebab itu tidak alasan bagi manusia untuk tidak bergantung penuh kepada Tuhan, sang pemilik waktu dan kehidupan. Tidak ada alasan bagi manusia unutuk menyombongkan diri dengan segala hikmat dan pengetahuan duniawai yang dimilikinya, dengan segala jabatan, harta kekayaan yang dimilikinya. Sebab semua itu tidak akan kita bawa saat kita menghadap sang pencipta kita.
Melibatkan Tuhan dalam segala hal
Rasul Yakobus mensehati jemaat untuk tidak melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan mereka. Tidak ada hal sepele yang kita rencanakan dan lakukan untuk kita tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Melibatkan Tuhan dalam segala hal dalam hidup kita, sebagai sebuah tindakan pengakuan bahwa kita ini hanyalah manusia fana yang penuh keterbasan, dan sekaligus mengakui bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang berdaulat penuh atas hidup kita, yang mengendalikan dan bertanggung jawab penuh atas hidup kita sebagai makhluk ciptaanNya yang paling mulia.
Melibatkan Tuhan dalam setiap apa yang kita rencanakan dan kerjakan memungkinkan kita untuk hidup sejalan dengan kehendakaNya dan melakukan setiap hal seturut dengan rencana dan panggilannya atas hidup kita sehingga pada akhirnya kita bisa mencapai destiny kita dengan baik. barangkali bagi orang lain atau bahakan mungkin bagi penilain diri kita sendiri kita bukan siapa2, bukan orang yang dikenal banyak orang, bukan orang yang berpengaruh. barangkali kita hanya hamba Tuhan biasa menurut ukuran kaca mata manusi . Hal itu bukanlah masalah sebab yang terpenting adalah kita sudah berjalan dan menggenapi rencana dan panggilan Tuhan atas hidup kita.
Hidup dalam keintiman dengan Tuhan adalah hal yang mutlak dibutuhkan jika kita ingin hidup sejalan dengan kehendak Tuhan, hidup menggenapi rencana Tuhan atas hidup kita. sebab bagaimana mungkin kita bisa tau apa kehendak Tuhan atas hidup kita kalau kita tidak punya relasi keintiman dengan Dia. Bagaimana mungkin kita bisa mendengar suaraNya kalau kita tidak bergaul karib denganNya. Bagaimana mungkin kita mau berjalan dalam kehendakNya kalau kita tidak mendengar suaraNya.
Menyadari bahwa hidup kita di bumi hanyalah sementara akan menentukan cara kita memandang dan memaknai kehidupan. akan merevolusi cara bagaimana kita hidup, bertindak, berpikir, berkata, bekerja, melayani dll. Bagaimana kita mengisi hidup kita yang sementara dibumi ini akan menentukan bagaimana hidup kita dalam kekekalan.
Tuhan Yesus Memberkati