Kamis, 17 Januari 2013

KETIKA KEHIDUPAN SULIT DIMENGERTI



Oleh:Hadiran Halawa, S.Th

Mazmur 73:1-28


Kehidupan adalah sebuah misteri, banyak hal yang masih jadi misteri dalam pemikiran kita sebagai manusia, sehingga sering kali membuat seseorang binggung, terkadang kita tidak harus mengerti dan memahaminya, adanya perang, kelaparan, penderitaan, anak kecil tergilas mobil truk di jalanan, sakit penyakit, kematian mendadak saat masih muda, kekayaan, kemiskinan, bencana Alam, kecelakan darat, laut, udara dan lain sebagainya yang membuat kita sering bertanya dalam kebingungan, kenapa hal ini bisa terjadi..?. terkadang kita tidak dapat, dan tidak pernah memukan jawabannya, karena itu bagiannya Allah.

Adanya kesenjangan yang tinggi antara pengakuan iman  dengan realita hidup yang kita jalani setiap hari. Sehingga membuat kebanyakan orang  tak terkecuali orang kristen, sering mempertanyakan hal seperti ini,” benarkah Allah mengahisiku..??”, “Benarkah Allah itu baik..??” , "Kalau memang benar Allah itu, adalah Allah yang maha kasaih dan maha baik, Mengapa Allah membiarkan aku dalam kondisi buruk seperti ini..??”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, sudah menjadi pertanyaan yang sangat serius dan sangat krusial bagi kebanyakan orang, yang mungkin sedang mengalami tekanan penderitaan yang sedemikian berat, sementara orang lain disekelilingnya “sepertinya”, dikasihi Tuhan, merasakan kebaikan Tuhan, karena  sekali lagi sepertinya hidup orang lain begitu “bahagia”, tanpa masalah, tanpa hidup dalam penderitaan.

 Tidak sidikit orang yang akhirnya meninggalkan Tuhan, menjauh dari takhta kasih karunia  Tuhan dan hidup dalam akar pahit, yang berakhir tragis.  karena berpikir bahwa Allah pada kenyataannya “bukan Allah yang  maha kasih dan maha baik”. Bahkan banyak orang kemudian menjadi Ateis, tidak lagi mau percaya bahwa ada Tuhan, dengan memberikan argumen yang kelihatan “logis” dengan mengatakan," kalau seandainya ada Tuhan, kenapa harus terjadi kekacauan yang begitu luar biasa dalam dunia ini, kenapa harus ada penderitaan, penindasan, pembunuhan, perang dan lain sebagainnya, tidak sanggupkah Tuhan mengurus dunia ini ?", "Bukankah katanya Dia adalah TuhanTuhan yang maha Kuasa, maha besar..?".

Ada banyak orang percaya yang mempertanyakan apakah Tuhan itu Adil..? kalau Tuhan itu adil kenapa Tuhan tidak memberkatiku, membuat perjalanan hidupku berjalan dengan mulus, tanpa harus mengalami penderitaan dan kesusahan hidup. Padahal mungkin sudah Rajin ke gereja, rajin baca firman Tuhan siang dan malam, rajin berdoa, rajin melayani, menjaga hidup bersih. Pertanyaan ini semacam ini tidak hanya dipertanyakan oleh anak-anak Tuhan pada masa kini, tapi juga di dalam Alkitab pernah seorang pemazmur, seorang pelayan dibait Allah yang bertugas  sebagai worship leader di dalam bait Allah  yang bernama Asaf  pernah mempertanyakan hal yang sama dengan mangatakan “ Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi” (Mazmur 73:13-14).


Kalau saya boleh sederhanakan kalimat pernyataan “protes” Asaf ini, sebenarnya mau berkata, “Tuhan bukankah saya sudah hidup dalam kekudusan, sudah melayani Tuhan begitu rupa, seharusnya hidup saya diberkati,bebas dari setiap penderitaan yang begitu menekan. tapi kenapa justru saya harus selalu menanggung banyak penderitaan, kenapa justru harus datang masalah tiada hentinya dalam hidupku". Tentunya ada suatu harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan disini. Seharusnya dalam pemikiran asaf dan dalam pemikiran banyak anak-anak Tuhan lainnya, dengan hidup menyenangkan Tuhan, hidup dalam kekudusan setiap hari, maka dengan otomatis imbalannya adalah berkat, terjauhkan dari segala macam kesusahan dan penderitaan hidup.

Sementara  dalam pengamatan Asaf  bahwa ternyata justru orang-orang fasik, yang adalah orang berdosa, jauh dari persekutuan dengan Tuhan dan bahkan tidak mengenal Tuhan Justru hidup mereka serasa seperti “berjalan di atas angin”, terluput dari setiap penderitaan. Perjalanan hidupnya seperti berjalan di “jalan tol” bebas dari masalah, hidupnya keliahatan “makmur”, diberkati dengan luar biasa.Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Dalam rasa cemburunya karena mengamati hidup orang fasik, Asaf berkata Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.” (Mazmur 73:3-10). 

Sungguh disayangkan penilaian manusia terhadap Tuhan yang telah menciptakannya, bukanlah penilaian yang objektif, melainkan lebih kepada panilaian yang subjektif, penilaian yang terlalu egois, dan tidak logis. Kasih dan kebaikan Tuhan diukur dengan seberapa baik dan  buruknya keadaan mereka untuk saat ini. Kalau perjalanan kehidupan ini diwarnai dengan onak duri, maka cenderung menyalahkan Tuhan, bahkan cenderung mengambill kesimpulan yang spekulatif dan lagi prematur bahwa “Tuhan tidak mengasihiku”, “Tuhan tidak baik bagi keluargaku”, bahkan yang lebih ekstrimnya, “Tuhan itu tidak ada”.

Beda halnya kalau sepanjang perjalanan hidupnya bertaburan “bunga-bunga yang indah”, hidup berjalan tanpa penderitaan, maka cenderung mengatakan "Tuhan begitu mengashiku", "Tuhan itu baik bagiku", "Tuhan itu benar-benar ada". Manusia tidak mampu memandang dan menilai sebuah kehidupan secara menyeluruh, hanya terbatas kepada hal-hal, apa  yang dialami, apa yang sedang di rasa, apa yang sedang dilihat. Manusia yang memandang kehidupan ini secara menyeluruh, mampu melihat karya Tuhan walau  ditengah badai sehebat apapun, mampu melihat kasih, kebesaran, kebaikan, keadilan Tuhan walau berada dilembah yang kelam dan dalam sekali. 

Beragam kisah dapat kita baca dan dengar, tentang orang –orang yang pernah hidup dalam keadaan yang tidak normal hidupnya, salah satu contohnya adalah Nick Vujicic yang adalah salah satu  motivator hebat di dunia, yang lahir tanpa tangan dan kaki, tetapi tidak melihat hidupnya hanya dalam “kotak” fisiknya yang terbatas, tetapi di melihat jauh menembus ke dalam keterbatasan fisiknya untuk berkarya. Dia melihat dan menilai hidup bukan hanya kepada kondisi  tubuh yang sangat tidak normal, tapi dia melihat kehidupan ini secara menyeluruh.

Ada banyak Alasan bagi seorang Vick Vujicic untuk tidak mengucap syukur dengan keadaannya, tidak mau berjuang, lebih memilih untuk menyerah terhadap hidup kehidupan ini. Tapi bagi seorang Nick,masih  terlalu banyak alasan lagi untuk bisa mengucap syukur dalam segala hal, untuk berjuang dan berkarya dalam kehidupan ini. Siapa sangka seorang nick yang dulu dipandang oleh banyak orang, bahkan mungkin keluarganya bahwa tidak ada sama sekali harapan sebuah kehidupan yang indah buat Nick, justru sebaliknya dia telah menjadi seorang motivator yang hebat,  yang telah menolong banyak orang untuk keluar dari penilain buruk akan hidup ini, mencelikkan mata dunia bahwa Allah tidak hanya bisa melukiskan  karyaNya yang hebat ketika hidup terasa normal dan sempurna, tapi juga pada saat kehidupan berada jauh dari kenormalan dan ketidak sempurnaan. Allah mampu melukiskan karya-Nya yang hebat ditengah badai dan ditengah lembah kekelaman yang amat dalam sekalipun.

Dalam keterbatasan  pikiran kita manusia sebagai makhluk ciptaan dalam memahami sang pencipta dan karya-Nya, akhrinya muncul berbagai macam pertanyaan “kritis”, yang tidak jarang menggerogoti iman percaya begitu banyak orang. Tapi sungguh Ironis, banyak pertanyaan-pertanyaan “penting”  ini  dipertanyakan oleh diri sendiri kemudian dijawab oleh dirinya sendiri, yang pada hakekatnya sebagai manusia yang  memilki keterbatasan  dalam memahami segala hal. Terlebih lagi setiap jawaban spekulasi yang didapatkan dijadikan sebagai  suatu “kebenaran”. Mampukah pikiran kita sebagai manusia  ciptaan yang sangat terbatas memahami pencipta kita yang tak terbatas..?,pasti jawabannya adalah  sangat mustahil untuk memahaminya, Rasul Paulus seorang yang jenius pernah berkata dalam pengakuannya yang sangat jujur “ O, alangkah dalamnya kekakayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!”( Roma 11:33).

Ada beragam kisah dalam kehidupan saya secara pribadi yang penuh dengan tanda Tanya yang sampai sekarang belum aku bisa memahaminya. Dimulai ketika saya duduk di bangku  kelas 2 SD, teman akrab saya disekolah. Teman saya ini, anaknya baik, sopan, menyenangkan, tapi dipanggil Tuhan dalam usia yang sangat terlalu muda, meninggal karena tenggelam di sungai. Kisah selanjutnya teman Akrab saya juga waktu sejak duduk bangku  SMP, samapi melanjutkan study ke jenjang SMA kami tetap sama-sama, di sekolah yang sama. Namun di tahun pertama duduk dibangku SMA, pertemanan kami harus segera berakhir, karena dia dipanggil Tuhan, dia sakit mendadak mengidap kanker otak.

 Kisah lainya, Suatu saat ketika saya sedang menjalankan masa praktek pelayanan disebuh gereja di jawa tengah, saya dikejutkan oleh  sebuah berita dari salah seorang teman saya, dia memeberitahukan saya bahwa kakak tingakat kami  yang  sedang pelayanan di Kalimantan meninggal karena tabrakan di jalan dan langsung meninggal di tempat, dia dipanggil Tuhan dalam umur yang masih muda. Mendengar kejadian itu, saya merenung sepanjang hari, dengan beragam pertanyaan timbul dalam  pemikiranku , Tuhan kenapa secepat itu, bukankah dia masih muda, bukankah dia sedang melayaniMu, bukankah kalau Dia hidup bisa mengerjakan banyak hal bagi kemuliaan-Mu..?.

Tidak semua hal  tentang hidup ini haruslah kita mengerti dan memahaminya, termasuk penderitaan, kekusahan yang sering dialami oleh setiap manusia yang hidup dibawah matahari ini. Ada hal-hal tertentu yang memang Tuhan izinkan kita bisa memahminya, tapi ada juga hal-hal tertentu yang memang Tuhan tidak izinkan kita untuk memahaminya sampai kesana, itu adalah bagiannya Tuhan. mengapa..? nanti kalau kita sudah bersama Tuhan disurga kita tanyakan hal ini. Yang pastinya Tuhan sangat tahu apa yang terbaik buat hidup setiap kita. Satu-satunya pribadi yang  mengetahui dari awal sampai akhir perjalanan kehidupan kita adalah Tuhan. Sebab Dia adalah Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir. Apapun mungkin yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita, seharusnya kita tetap percaya sepenuhnya kepada kehendak-Nya, sebab Allah tak akan pernah salah bertindak dalam setiap langkah hidup kita.

Jangan terlalu mencoba memkasakan diri untuk memahami hal-hal yang merupakan bagiannya Tuhan, yang tidak perlu di pahami  secaera detail, itu bukan porsinya kita. Kalau kita mencoba memahaminya maka hal itu  secara tidak langsung membawa diri kita kepada suatu kesulitan ibarat berjalan di hutan belantara yang tak ketemu jalan keluarnya. Asaf mengatakan dalam usaha terbaiknya untuk mencoba mengetahui semua kejadian yang menimpa hidupnya yang diwarnai dengan penderitaan dan diperbandingkan  dengan kehidupan orang –orang fasik yang hidup dalam dosa, yang dalam perjalanan hidupnya sepertnya selalu hidup dalam “kemakmuran”.Asaf berkata “Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan dimataku” (Mazmur 73:16).

Lalu apa yang seharusnya kita lakukan kekita kehidupan  tidak berjalan seperti  apa yang kita harapkan dan kita inginkan, Asaf menemukan solusinya dengan berkata “Sampai aku masuk ke dalam  tempat kudus Allah dan memperhatikan kesudahan mereka” (Mazmur 73:17). Apa yang dimaksud dengan “tempat kudus Allah”, bagi seorang asaf yang adalah seorang worship leader tentunya itu adalah bait Allah dimana dia bisa memuji dan menyembah Tuhan dan masuk dalam hadirat Tuhan, Dalam hadirat Tuhanlah paradigma seorang  Asaf diubahkan tentang persoalan kehidupan yang begitu rumit untuk dia pahami. Bahkan lebih lanjut asaf berkata “Ketika hatiku terasa pahit dan buah pingganggku,menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti,seperti hewan aku didekat-Mu, tetapi aku tetap didekat-Mu, Engkau memegang tanganku,dengan nasehat-nasehat-Mu engkau menuntun aku, dan kemudian engkau mengangkat aku dalam kemuliaan” (Mazmur 73:21-24).

Menarik sekali bahwa Asaf mengambil keputusan yang tepat dan benar yaitu dia mau masuk dalam tempat kudus Allah, memuji dan menyembah Tuhan, masuk dalam hadirat Tuhan, dalam level keintiman yang dalam. Asaf memilih untuk dekat dengan Tuhan ketimbang menjauh dari hadapa-Nya. Walaupun tidak mengerti, tidak memahami semua kesusahan dan penderitaan yang sedang dialami, dalam bahasanya asaf mengatakan “Aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku didekat-Mu”. Menggambar dirinya seperti orang dunggu, bodoh, bahkan seperti hewan, yang tidak tau apa-apa, kemudian dia melanjutkan dengan sebuah keputusan yang ekstrim “tetapi aku tetap didekat-Mu”.

 Asaf tidak mengambil kesimpulan yang spekulatif dan terlalu prematur untuk menilai keadaannya, menilai Allah, kasih dan kebaikannya, dia tidak tergoda untuk mengatakan “Tuhan tidak mengashiku”, “Tuhan tidak baik bagiku”, bahkan “Tuhan itu tidak ada”, sangat jauh berbeda dengan kebanyakan orang percaya dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup yang lebih memilih menyalahkan Tuhan,ketimbang mendekati-Nya dan mau berkata seperti Asaf “Tetapi aku tetap di dekat-Mu”. Banyak orang percaya menjauh dari hadapan Tuhan, ada yang murtad, dan tidak sidikit yang menjadi ateis.

Dalam keputusan  yang tepat dan benar yang dibuat oleh Asaf dalam menanggapi berbagai macam persoalan hidup yang sulit untuk terpecahkan,  maka hasilnya melahirkan iman yang besar. Hal itu dinyatakan dalam kalimat pernyataan  iman yang luar biasa dan sangat terkenal untuk dari generasi ke generasi yang juga sering dilantunkan dalam sebuah lagu, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engaku ?,Selain Engkau tidak ada yang ku ingini di bumi, sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku, tetaplah Allah selama-lama-Nya” (Mazmur 73:25-26). Sungguh Ini merupakan pernyataan iman yang sangat  luar biasa. Berbeda dengan orang Kristen yang telah salah mengambil keputusan dan kesimpulan tentang Allah, dalam usaha untuk mengertai dan memahami berbagai  persolan hidup yang begitu rumit tak terpecahkan oleh pikiran manusia yang terbatas, pada umumnya hasilnya adalah kehilangan iman akan Tuhan dalam kehidupannya, tentunya itu adalah sesuatu hal yang sangat bodoh dan memprihatinkan.

Pilihan terletak ditangan kita, apakah mau memilih seperti Asaf yang dalam pergemulan yang sama, tetapi berani untuk mengambil, memilih keputusan  yang tepat dan benar, hasilnya menghasilkan iman yang besar,dan diangkat dalam kemuliaan. Atau mau meilih jalan kehidupan orang Kristen yang telah salah mengambil kesimpulan dan keputusan, sebagai hasilnmya kehilangan iman, dan akan menemui kebinasaan untuk selamanya kalau tidak bertobat.

Amin..!

God Bless :)


By: Hadiran Halawa, S.Th

2 komentar: