Senin, 21 Januari 2013

KEJATUHAN MANUSIA DALAM DOSA




Oleh: Hadiran Halawa, S.Th


Kejadian 3:1-7

Kehidupan manusia pertama di taman Eden yang begitu indah, bahagia, nyaman, damai, sukacita, tidaklah dinikmati untuk  selamanya, seperti yang Tuhan harapkan dan rencanakan untuk kehidupan manusia. Pada akhrinya manusia harus terusir dari taman yang begitu menyenangkan itu yang telah dirancang Allah bagi mereka dengan begitu indah, setelah manusia menentukan pilihan untuk lebih tunduk dan taat kepada bujuk rayu Iblis dari pada tunduk dan taat kepada perintah Allah untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan itu. “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati "Kejadian 2:16-17.

Saya pikir Allah sudah terlalu baik kepada manusia dengan memberikan kebebasan untuk memakan semua buah jenis pohon yang ada dalam taman dengan bebas, hanya satu saja “permintaan” Tuhan kepada manusia yaitu supaya tidak memakan buah pohon pengetahuan yang akan membawa kematian. Semestinya manusia pertama bisa memahami hal ini kalau saya boleh perbandingkan kebebasan yang diberikan kepada manusia dengan larangan Tuhan 1000:1, Sebenarnya tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mau tunduk kepada perintah Tuhan, apalagi intrsuksi dari Tuhan sangat jelas bahwa kalau buah pohon pengetahauan itu dimakan jelas konsekuensi harus “mati”. Manusia pertama tidak taat dengan satu larangan saja dari Tuhan, Manusia pertama gagal dengan satu ujian saja dari Tuhan.

Ada banyak orang yang bertanya kenapa Tuhan menempatkan pohon pengetahuan di taman sehingga membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Tidak sedikit orang yang mempersalahkan Tuhan karena pertanyaan ini, dengan mengatakan “Tuhan tidak adil”, “Tuhan bukanlah Allah yang baik bagi ciptaan-Nya” karena bagi pemikiran sebenarnya secara tidak langsung Allah membunuh manusia ciptaan-Nya sendiri, sudah tahu manusia pasti jatuh dengan memakan buah pohon pengetahuan itu, tetapi kenapa justru ditempatkan pohon itu di taman. Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama dulu kita harus memahami bahwa, Manusia yang diciptakan Tuhan bukanlah manusia robot yang sudah diprogram begitu rupa, sehingga tidak perlu kehendek bebas untuk memilih. Manusia diciptakan dengan memilki kehendak bebas untuk memilih. Dalam hal ini Ingrid listiati mengatakan bahwa “manusia selain diciptakan dengan akal budi, juga diberi kehendak bebas. Akal budi dan kehendak bebas inilah yang juga terdapat pada para malaikat, dan kita ketahui bahwa ada sejumlah malaikat yang juga yang memilih untuk tidak taat kepada Allah”[1].

Apa itu kehendak bebas..?? “Kehendak bebas (free will ) adalah suatu karunia yang diberikan Tuhan kepada manusia, karunia ini adalah suatu karunia yang besar pengaruhnya dalam diri manusia, suatu karunia yang membuat manusia dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya, manusia sendiri bisa untuk memutuskan apa yang hendak dia lakukan, apakah dia mau untuk mengikuti kehendak Tuhan ataukah kehendaknya sendiri”[2]. Manusia berhak untuk menentukan pilihan atas hidupnya antara tundak terhadap kuasa dosa atau memilih untuk tunduk dan taat kepada Tuhan pencipta-Nya.

Tentunya akan timbul satu pertanyaan baru kenapa Tuhan memberi kehendak bebas kepada manusia..?, “Tuhan inginkan dari kita manusia suatu tanggapan, suatu kesadaran untuk mengikutiNya, suatu perbuatan yang kita lakukan adalah untukNya, dia tidak mengatur kita seperti boneka/robot dalam kehidupan ini, memang Dia selalu membimbing kita, Dia selalu mengawasi kita, Dia selalu memberikan kita pandangan yang muncul dalam suara hati kita jika kita ingin melakukan suatu perbuatan/pilihan. Disinilah Tuhan berperan, Dia mau manusia mengikuti kata kecilNya itu, suara hati itu yang mana itu adalah suaraNya, tapi kadang kita terlalu sibuk dan tidak mendengarkannya sehingga kita sering mengambil suatu keputusan dengan tidak penuh pertimbangan, lama-lama suara hati ini akan menjadi lebih kecil suaranya sehingga hampir tidak ada, berbeda dengan orang yang mendengarkannya, semakin didengarkan suara hati itu semakin lama menjadi besar dan setiap melakukan suatu perbuatan yang tidak baik timbulah pelarangan sebelumnya dari hatinya yang mana Tuhan sebenarnya yang berkata”[3].  Jadi sangat jelas Tuhan mau manusia percaya kepadanya bukan karena keterpaksaan, Allah mau suatu ketaan yang murni, dengan sebuah pertimbagan dan kesadaran yang tinggi untuk memilih.

Demikian halnya dengan soal kenapa Tuhan menaruh pohon pengetahauan tentang yang baik dan yang jahat..? pastinya Tuhan menempatkan pohon itu sebagai ujian bagi ketaatan manusia, jhon Wesley Brill mengatakan hal ini bahwa “Allah menempatkan pohon itu karena Ia hendak menguji manusia apakah manusia mentaati apa yang dipesankan Allah kepadanya. Kalau manusia mentaati peraturan itu maka tentu ia akan mendapat pahala, dan  kalau tidak taat tentu ia akan mendapat hukuman”[4] . Bagaimana kita tahu bahwa seorang anak sekolah kelas 1 SD, sudah layak naik di kelas 2 SD, tentunya harus melewati ujian dulu. Demikianlah kira-kira gambaran alasan mengapa Tuhan menempatkan Pohon pengetahuan ditaman. Kelihatannya ujian ini begitu sederhana tetapi konsekuensi amatlah besar yang akan mempengaruhi seluruh kehidupan  manusia itu sendiri. Sekali lagi Allah mau manusia yang dia ciptakan taat kepada-Nya bukan karena terpaksa,atau karena telah “diprogram dengan komputer sorgawi” tapi Allah mau manusia tunduk dan taat kepadanya karena sebuah plihan sadar manusia, untuk itu Allah harus meletakan sebuah “pohon ujian” bagi manusia ditaman eden.

Iblis memakai Ular ciptaan Tuhan sendiri yang konon paling cerdik dari segala binatang yang dijadikan oleh TUHAN Allah, untuk membujuk, merayu, dan akhirnya jatuh dalam dosa (Kejadian 3:1). Berbagai pandangan tentang  ular yang dikisahkan dalam kejadian sebagai ikon dalam kejatuhan manusia, apakah diartikan secara harafiah, atau hanya bentuk dari Antropomorfisme..? menurut hemat saya, ular yang diceritakan dalam kejadian pasal 3 ini adalah benar-benar ular, hal ini didukung dari pandangan Anthony A. Hoekema yang mengatakan “ Jadi, kita harus memahami ular di Kejadian 3 sebagai seekor ular actual yang benar-benar berbicara (melalui kekuataun jahat Iblis), tetapi yang merupakan alat Setan. Dengan kata lain, setan memakai ular sebagai alatnya untuk membawa orang tua pertama kita berdosa kepada Allah”[5]. Semakin jelas lagi dengan kita memperhatikan bahwa ular juga mendapat hukuman dari Tuhan Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu” Kejadian 3:14.

Sejenak kita merenung dan bertanya, kenapa Iblis tidak memakai burung yang bisa berkicau, atau anjing yang bisa menggonggong, kenapa harus memakai ular..?. Menarik untuk kita perhatikan, Alkitab dengan jelas menerangkan kepada kita bahwa Ular adalah binatang yang paling cerdik dari segala binatang (Kejadian 3:1). Satu pelajaran penting yang bisa kita petik dari sini bahwa salah satu strategi jitunya Iblis untuk menjatuhkan manusia dalam dosa adalah dengan memanfaatkan orang-orang cerdas, orang-orang pintar, pemimpin-pemimpin yang punya pengaruh, sekilas kita melihat kebelakang dalam sejarah bagaimana Iblis memakia orang- oarng cerdas, pintar dan pemimpin yang berkuasa. Iblis memakai firaun untuk membantai semua anak  laki-laki yang baru lahir bagi bani Israel, Iblis memakai horedes dengan membantai anak-anak dibawah umur 2 tahun di bangsa Israel dalam usahanya membunuh bayi Yesus.

Iblis memakai para Ahli taurat, dan orang farisi untuk menyalibkan Yesus. Iblis memakai Yudas seorang bendarahara yang pintar untuk menjual Yesus. Iblis memakai Kaisar Nero untuk membantai orang Kristen di Roma. Iblis memakai Hitler Untuk membantai 6.000.000 orang Yahudi. Iblis memakain Osama Bin laden sebagai dalang  dalam pembunuhan massal dengan membom gedung pentagon AS. Masih banyak lagi orang-orang pintar yang berpengaruh diperalat oleh Iblis dalam rencananya menggagalkan setiap rencan Tuhan dalam kehidupan manusia. Ada banyak orang-orang pintar, bahkan doktor-doktor teologi sekalipun dipakai Iblis untuk memutar balikan kebenaran Allah, bahkan tidak sedikit menjadi ateis, dan murtad.

Strategi Jitu Iblis berikutnya adalah dengan menggunakan ayat Firman Tuhan, tapi yang sudah diputar balikan. Iblis memulai dengan pertanyaan pancingan yang begitu ahli, rapi dan penuh dengan jebakan “Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Kejadian 3:1b. Firman Tuhan juga dikutib Iblis untuk mencobai Yesus , saat berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam. Tetapi Yesus mematahkan setiap strateginya. Sungguh disayangkan Hawa tidak berhasil mematahkan siasat Iblis dengan benar, sehingga terbuka kesempatan bagi Iblis untuk melanjutkan tipu muslihatnya, berikut jawaban hawa untuk menanggapi pertanyaan siasat Iblis, “Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati” Kejadian 3:2-3.

Sekilas kita memperhatikan jawaban Hawa, kelihatannya benar, tapi kalau kita teliti dengan baik kalimat jawabanya, kita akan segera mendapati bahwa Hawa menambah Firman dari yang seharusnya, “jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati”. Seharusnya Firman Tuhan berkata “Janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. Hawa menambahkan kata “raba”. Kelihatannya begitu sepele, tetapi  itu sangat memudahkan serangan mematikan dari Iblis untuk langkah berikutnya. Iblis telah menangkap satu point penting, mengetahui sisi kelemahannya si Hawa yang tidak begitu tau Firman. Tentunya Iblis sangat jago dalam Firman, itu sebabnya dengan mudah dia mengetahui kelemahan si Hawa. Hal ini menjadi perhatian penting bagi kita bahwa, Iblis memakai para nabi-nabi palsu, hamba-hamba Tuhan yang sering menyampaikan, tapi diselewengkan dengan maksud dan tujuan tertentu. Memang kelihatannya sepele, seakan tidak ada dampak negative secara langsung,  tapi sekali lagi itu adalah perangkap yang mematikan dari Iblis, untuk memudahkan serangan gila berikutnya.

Tidak lama setelah Hawa memberikan jawaban yang tidak tepat, dengan menambahkan firman dari yang seharusnya, Kemudian Iblis melayangkan serangan jitunya, berikut argumen mematikan dari Iblis “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang  jahat"Kejadian 3:4-5. Iblis memutar balikan Firman dari “pastilah engkau mati” menjadi “sekali-kali kamu tidak akan mati”, Suatu pernyataan argument yang begitu meyakinkan si Hawa tentunya, yang sudah mulai masuk dalam perangkapnya. Setelah itu Iblis menyerang dengan senjata pamungkasnya yaitu, popularitas, keinginan untuk berkuasa dan menyamai Allah, dan itulah yang pernah dilakukanya  dahulu yaitu ingin menyamai Allah, tapi dia gagal total. Keinginan ini disuntikan dalam pemikiran si Hawa.

Jelas saja Hawa tidak berdaya dengan tawaran ini, pastinya hatinya mulai terpikat olah tawaran yang kedenganrannya menggiurkan ini dalam pemikirannya, dengan berpikir dan berpikir, mempertimbangkannya dalam-dalam. Pastinya terjadi peperangan yang hebat dalam area pemikiran Hawa pada saat itu, antara taat kepada Firman Allah untuk tidak memakan buah itu dengan konsekuensi yang mematikan, atau memakan buah itu dengan segudang keberuntungan yang akan diperoleh. Memang harus diakui bahwa pikiran kita manusia adalah arena peperangan antara melakukan yang baik atau melakukan yang jahat, antara taat kepada Allah atau taat kepada bujuk rayunya Iblis. Marthin Luther pernah berkata bahwa “Kita tidak bisa melarang burung pipit untuk terbang dengan  bebas diatas kepala kita, tetapi kita bisa melarangnya untuk bertengger di atas kepala kita”. Apa arti dari ungkapan ini..? Marthin Luther pasti tau juga bahwa pikiran arena pertempuran yang sangat hebat, sudah pasti godaan dari Iblis akan datang menyerang kita setiap saat dengan berbagai tawaran yang menggiurkan.

Iblis tidak pernah menawarkan hal-hal yang biasa kepada manusia sebagi perangkap, tetapi selalu yang kelihatannya waow, fantastic, memukau, memikat hati.Marthin Luther mau berkata bahwa, jangan godaan itu “bertengger” lama di atas kepala kita, sebab kita tidak akan bisa melawan Iblis untuk berargumen masalah Firman. Seharusnya ketika godaan lewat melintasi pemikiran kita, segera saja di tolak pemikiran itu dengan memaki kuasa nama Yesus dan kuasa Firman Tuhan. Hawa membiarkan godaan itu “bertengger” lama dalam pemikirannya, mempertimbangkanya, sehingga akhirnya mulai terjerat, terpikat. “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya” Kejadian 3:6.

Ketika pencobaan datang menggoda dalam pemikiran kita jangalah kita berusaha untuk melawan atau berdebat denganya,  sebab kita tidak akan pernah bisa menang, lebih jelasnya Rick Warren mengatakan "Karena pencobaan selalu dimulai dengan sebuah pikiran, cara tercepat untuk menetralkan daya tariknya ialah mengalihkan perhatian anda kepada sesuatu yang lain. Jangan melawan pemikiran tersebut, ganti saja saluran pikiran anda dan pusatkanlah pada suatu ide yang lain. Inilah langkah pertama untuk mengalahkan pencobaan."[6] Hawa dan banyak orang Kristen yang telah jatuh dalam dosa telah salah menggunakan strategi melawan pencobaan, dengan mencoba melawan dan  beragumen dengan pikiran harusnya tinggal mengalihkan perhatian kita ke suatu hal lain, sehingga kita tidak lagi memikirkan godaan itu.

Lebih lanjut Rick Warren mengatakan "Mengabaikan  sebuah pencobaan jauh lebih efektif ketimbang melawannya. Begitu pikiran anda ada pada sesuatu yang lain, pencobaan kehilangan kuasanya. Jadi ketika pencobaan menelpon anda, janganlah berdebat dengannya, tutup saja teleponnya ! Kadang ini berarti secara fisik meninggalkan situasi yang menggoda, Inilah waktu di mana melarikan diri itu baik. Bangkit dan matikan televisi. menyingkirlah dari sebuah kelimpok yang sedang bergosip. Tinggalkan bioskop di tengah-tengah pemutaran film. Untuk menghindari sengatan, menjauhlah dari lebahnya. Lakukan  apapun yang diperlukan untuk mengalihkan perhatian anda pada sesuatu yang lain."[7]

Menarik sekali sebuah solusi yang ditawarakan oleh  Rick Warren dalam mengalahkan setiap pencobaan atau godaan. Bahwa kita harus lari dari godaan, hal ini didukung oleh kisah nyata dalam  cerita Alkitab bagaimana Yusuf melarikan diri dari istri potifar yang sedang birahi pada Yusuf. "Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya,  sedang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada di rumah. Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku. " Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari " Kejadian 39:11-12.Tidak ada cara yang terbaik untuk mengalahkan godaan selain dari pada lari dan lari. Kita tidak terlalu cukup kuat untuk tahan berdiri melawan godaan. Itulah sebanya firman mengingatkan kita dalam Matius 26:44 ""Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Iblis berhasil memikat hati si Hawa dengan tawaran yang menggiurkan, menjadi seperti Allah, Hawa terpikat dengan mendengar, melihat, berpikir, menghayal. Godaan Iblis berhasil menguasai area pemikiran Hawa, dan bahkan menang, tinggal tunggu eksekusi dari tindakan nyata dari si Hawa.Dan benar saja dalam waktu yang tidak begitu lama, Akhirny Hawa mengaktualkan apa yang ada dalam pemikirannya yang telah kuasai oleh godaan iblis dengan mengambil buah itu dan memakanya. Hawa sudah terperangkap dan jatuh ketangan Iblis, tentunya tidak cukup hanya jatuh, tetapi segera dimanfaatkan dijadikan Alat untuk menjatuhkan si Adam. Sebab Iblis tidak puas hanya Hawa saja yang Jatuh dalam dosa, Dia menghendaki Adam harus jatuh dalam dosa juga. Jelas saja Hawa tentunya membujuk si Adam untuk memakan buah pengetahuan itu, akhirnya keduanya jatuh dalam dosa yang sangat mengerikan dan mematikan.

Satu pertanyaan penting yang mungkin mengajak kita berpikir sejenak adalah, kenapa Hawa yang di goda, kenapa bukan si Adam saja. Paling tidak Iblis pasti sudah menyelidiki sisi kelamahan Hawa dan Adam , serta mengadakan perhitungan dengan matang. Kalau Adam yang digoda terlebih dahulu dia akan kesulitan, karena Adamlah yang menerima Firman Tuhan secara langsung dari Allah, dan pastinya banyak tau tentang Firman. Sementara dia mendengar Firman tentang larangan terhadap buah pengetahuan itu dari Adam suaminya yang mungkin tidak begitu jelas, sehingga ditambah-tambah.

 Iblis akan bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah, untuk mencari tahu sisi kelemahan kita, entah itu di makanan, firman, popularitas, kesuksesan, uang, harta, wanita, sex dan lain sebagainya. Oleh sebab itu biarlah kita tetap waspada setiap saat, seperti kata Rasul Petrus “Sadarlah   dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis  , berjalan keliling  sama seperti singa  yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” I Petrus 5:8. Tentunya tidak cukup hanya sekedar sadar dan berjaga-jaga saja, tetapi juga harus mengandakan  perlawanan, jangan mau terbuai dengan rayuan mautnya, lebih lanjut Rasul Petrus berkata “Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” I Petrus 5:8.

Amin !

God Bless :)


By: Hadiran Halawa, S.Th


Catatan:
1.Listiati Inggrid, Mengapa manusia Jatuh Dalam Dosa (www.katolisitas.org )
2. Kehendak Bebas, (pondokrenungan@gmail.com)
3. Ibid.
4. Wesley Brill. J, Dasar Yang Teguh (Cetakan kelima, Bandung, Kalam Hidup), halaman 183.
5. A. Hoekema Anthony, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, (2010, Cetakan ketiga Momentum),halaman 166.
6. Warren Rick, The Purpose Driven Life, (2005, Cetakan Pertama, Gandum Mas), halaman 218.
7. Ibid. halaman 219







Tidak ada komentar:

Posting Komentar