Oleh: Hadiran Halawa
Sebab itu kami tidak tawar hati, meskipun manusia lahiriah kami semakin
merosot, namun manusia batiniah kami diperbaharui dari hari ke serhari. Sebab
penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal
yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,
karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah
kekal. (2 Korintus 4:17-18)
Tawar hati artinya suatu kondisi
dimana tidak ada gairah dan semangat hidup lagi, kondisi hidup yang sudah putus
asa, kecewa, frustrasi, putus pengharapan, disebab oleh karena tekanan dan
pergumulan hidup yang begitu berat dan
berlangsung dalam waktu yang begitu lama. Sangat mudah bagi seseorang menjadi
tawar hati dalam mengalami penderitaan dan kesusahan hidup misalnya sedang
mengalami suatu sakit yang begitu lama dan tidak kunjung sembuh. Apalagi kalau
sudah berdoa sekian lama minta pertolongan dari Tuhan, berdoa minta muzijat
Tuhan dinyatakan, tetapi pada kenyataan masalah tetap ada bahkan semakin besar,
maka bisa saja hati menjadi tawar. Amsal mengingatkan kita “Jika engkau tawar
hati pada masa kesesekan kecillah kekuatanmu”. Amsal 24:10
Paulus dengan Jelas berkata bahwa
dia tidak tawar hati menghadapi berbagai penderitaan dan kesulitan hidup.
Penderitaan adalah sebuah realitas hidup yang harus dihadapi dengan sudut
pandang yang benar. Paulus berkata meskipun tubuh lahiriahnya semakin merosot,
manusia batiniahnya diperbaharui dari hari kesehari.Tubuh lahiriah kita semakin
merosot seiring dengan bertambahnya usia, semakin tua tentu fisikpun semakin
melemah kekuatannya. Mudah terserang oleh sakit penyakit. Tidak ada obat apapun
untuk mencegah seseirang menjadi tua, walaupun sekarang ini ada banyak orang
mengkonsumi obat-obatan untuk awet muda, atau melakukan operasi plastik supaya
tampak lebih mudah, namun pada kenyataanya terima atau tidak tubuh akan semakin
tua dan pada saatnya akan kembali kepada debu “...sebab engkau debu dan engkau
akan kembali menjadi debu.” (Kejadian 3:19)
Tubuh lahiriah kita boleh saja
merosot seiring dengan berjalannya waktu Tetapi manusia batiniah kita tidak
ikut merosot, justru semakin diperbaharui seiring dengan berjalannya waktu manusia
batiniah kita semakin kuat seiring dengan bertambahanya iman dan pengenalan
kita akan Tuhan. Kunci dari pada kekuatan kita dalam mengahadapi penderitaan
adalah manusia rohani/batiniah kita harus semakin kuat. Sehingga walaupun
secara fisik menderita namun kita bisa melewatinya dengan baik, tidak patah
semangat, ada sukacita Tuhan yang yang menjadi kekuatan kita Nehemia 8:10.
Manusia batiniah kita bisa mempengaruhi manusia jasmaniah kita untuk terus
semangat menjadi hidup ini.
Manusia batiniah kita bersifat kekal dan akan membawa kita bertemu
Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa pada saat kedatangan Kristus kelak, orang
percaya akan hidup dengan tubuh yang sudah dibangkitkan dan dimuliakan.
"Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam
kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan,
dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam
kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh
rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah." (1
Korintus 15:42-44).
Kalau Paulus menasehati kita
untuk tidak tawar hati ditengah pergumulan hidup, Paulus layak dan pantas
mengatakannya. Sebab Paulus sendiri telah mengalami seperti apa beratnya
tantangan, kesulitan hidup, Paulus telah menyelesaikan pertandingan imannya dengan sangat baik. Perjalanan iman Paulus tidaklah gampang menurut apa
yang kita pikirkan. Paulus harus mengalami penderitaan yang begitu hebat
sebagai konsekuensi imannya terhadap Kristus, terlebih konsekuensi terhadap
berita injil yang harus diberitakan demi keselamatan banyak orang.Tidak jarang
Paulus harus mengalami penderitaan hebat terancam untuk dibunuh, kedinginan, haus dan lapar, sakit yang harus diderita, berulangkali
dipenjarakan, dicambuk, dipukuli. Paulus tidak menjadi mundur dari pertandingan
yang harus dia jalani. Dia menjadi seorang prajurit yang disiplin, petani yang
tekun, olahragawan yang ulet, yang terus menjalani pertandingan itu, terus
berlari secara marathon sampai kepada garis akhir dari pertandingan yang Tuhan
tetapkan baginya (1 Korintus 9:26, 2Timotius 2:4-6).
Penderitaan Ringan
Bagi rasul Paulus penderitaan
yang kita alami adalah penderitaan ringan. Mungkin sebagian kita akan protes
pernyataan Paulus, dan berkata ah...Paulus gampang ngomong begitu, coba merasakan apa yang saya rasakan, coba
mengalami kesulitan hidup, beban berat yang mendidihku saat ini pasti tidak
akan berkata bahwa penderitaan kita di
dunia ini ringan. Betapa tidak, penderitaan manusia dalam dunia ini seringkali
membawanya dalam puncak keputusasaan, kehilangan pengharapan. Ketika
penderitaan masih dalam skala kecil mungkin masih bisa menanggungnya, tetapi
coba bayangkan masalah dan penderitaan hidup tidak datang bertubi-tubi tiada
hentinya dengan skala yang semakin besar.
Tidak gampang memang berkata
bahwa penderitaan di dunia ini ringan. Ada banyak orang yang kemudian lari dari
imannya kepada Kristus, karena tidak kuat dengan penderitaan yang sedemikia
berat, ada banyak orang yang bunuh diri karena persoalan hidup yang tidak bisa
ditanggung lagi. Tak terkecuali orang orang Kristen yang kita anggap beriman,
bahkan hamba-hamba Tuhan yang telah dipakai dalam pelayanan, menggembalakan
gereja besar bisa berakhir dengan bunuh diri karena beban persoalan hidup yang
menghimpit.
Penderitaan dapat berupa
penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan adalah sebuah
realitas yang manusia hadapi dan lalui di dunia ini. Tentu intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat ada yang
berat, ada yang sedang, ada pula yang ringan. Namun seringkali bahwa berat
tidaknya bobot atau intesitas dari sebuah penderitaan tergantung dari orang
yang menanggungnya. Tergantung dari pada perspektif orang yang sedang
menanggung penderitaan itu sendiri. Kadang penderitaan yang sangat berat
menurut si A belum tentu berat menurut si B. Demikian juga sebaliknya,
penderitaan ringgan menurut si A bisa jadi berat menurut si B. Kadang ada orang
tertentu menggunakan penderitaan justru menjadi kekuatan untuk bisa bangkit dan
semakin melejit kehidupannya.
Penderitaan secara umum bisa
disebabkan karena berbagai hal, diantaranya karena akibat dari pada perilaku
yang buruk dari manusia itu sendiri. Hal ini bisa seringkali terjadi dalam hubungan dengan
sesama manusia, juga bisa hubungan manusia dengan alam yang tidak harmonis
sehingga menimbulkan bencana alam. Selain itu penderita bisa diakibat karena
konsekuensi dosa yang dilakukan. Dan penderitaan bisa timbul karena konsekuensi
terhadap iman kita kepada Kristus dan berita injil. Setiap manusia mempunyai
penderitaan dalam konteksnya masing.
Bagi seorang karyawan yang bekerja dikantor punya konteks penderitaan
tersendiri. Bagi Seorang ibu yang melahirkan dan membersarkan anak memilki penderitaan
tersendiri. Bagi seorang anak yang sedang menempuh pendidikan dibangku sekolah
memiliki penderitaan tersendiri.
Kemuliaan Kekal
Bagi Rasul Paulus penderitaan di
dunia ini bukanlah sesuatu hal yang dapat membuat kita hidup terpuruk, hidup
dalam penyesalan, tidak membuat kita menyerah dan putus asa. Penderitaan harus
disikapi dengan positif dan optimis. Hidup tidak selamanya menderita terus, adakalanya
mengalami puncak sukacita dan kebahagiaan juga. Itu sudah bagian dari kehidupan
manusia. Penderitaan bisa kita ubah menjadi berkat kalau kita memiliki
perspektif yang benar terhadap penderitaan itu sendiri. Namun bisa juga menjadi
kutuk kalau memiliki perspektif yang salah.
Paulus berkata “sebab penderitaan
ringan yang sekarang, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya,
jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”. Dalam poin ini, Paulus
mengajarkan kita untuk melihat penderitaan yang sekarang ini kita alami dari
sudut pandang kekalan. Kalau kita melihat persoalan hidup dalam perspekif
kekinian jelas akan membuat kita stres, putus asa dan berujung kepada kondisi
hati yang menjadi tawar. Penderitaan, kesusahan hidup kita di dunia ini sedang
mengerjakan bagi kita kemuliaan yang
sifatnya tidak sementara tetapi kekal, yang jauh lebih mulia dari apapun yang
dibanggakan di dunia ini, jauh lebih berarti dari apa yang dunia anggap berarti.
Jika dibandigkan dengan kemuliaan kekal yang kelak akan kita terima, rasanya
penderitaan yang sementara di dunia tidak ada artinya.
Kita harus memiliki sudut pandang
yang seperti ini. Sehingga kendatipun kehidupan kita dalam dunia tidak seperti
yang kita harapkan, penuh dengan persoalan dan penderitaaan, tapi tidak mengapa
sebab akan ada hadiah kekal yang sedang menanti kita. Ibarat seorang ibu yang
mau melahirkan anak, pasti mengalami kesakitan dan menderita luar biasa
menjelang sang bayi akan lahir, tetapi ketika sang buah hati itu lahir seakan
penderitaan yang sebelumnya dialami sirna begitu saja digantikan dengan
sukacita kebahagiaan yang meluap. Apalagi hadiah kekekalan yang akan kita
peroleh kelak.
Kemudian Paulus berkata “Kami
tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang
kelihatan adalah sementara,sedangkan yang tak kelihatan kekal”. Paulus tidak
meyangkali fakta dari penderitaan yang dialami. Penderitaan, kesusahan hidup,
kesakitan, penganiayaan, kelaparan, disakiti, dipukuli, semua itu nyata dia
alami. Seperti yang kita alami juga dalam kehidupan setiap hari. Paulus
mengatakan bahwa semua itu nyata adanya kita lalui hari lepas hari selama di
dunia ini, tetapi sifatnya hanyalah sementara saja, yang segera akan berakhir
ketika kita meninggalkan dunia ini. Tetapi disisi lain ada kenyataan yang pasti
juga yang harus kita sadari bahwa ada hadiah kekalan yang tidak kelihatan yang
sedang menanti kita di depan.
Oleh sebab itu Paulus mengajak
kita semua orang percaya walaupun penderitaan itu nyata kita alami hari lepas
hari, namun biarlah hati serta pemikiran kita tidak fokus terhadap penderitaan
yang sementara itu, biar mata kita tidak berfokus kepada gunung persoalan yang akan membuat kekuatan kita semakin lemah, tetapi berfokuslah kepada apa yang tidak
kelihatan yaitu kemuliaan kekal disurga menantikan setiap kita yang telah
mengakhiri setiap pertandingan imannya dengan baik. Seorang atlet tidak akan
memusingkan dirinya dan mefokuskan perhatiannya kepada kesakitan fisik yang
diaalami, seoarang atlet sejati akan terus berlari kendati tubuh lelah,letih,
kesakitan tetapi akan terus berjuang berlari begitu rupa mencapai garis akhir
untuk meraih hadih yang telah disediakan.....”Aku melupakan apa yang telah
dibelakangku dan mengarahkan diri kepada yang dihadapanku, berlari-lari kepada
tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam
Kristus Yesus”. Filipi 3:13-14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar