Rabu, 20 Mei 2020

JANGAN TAWAR HATI

Oleh: Hadiran Halawa

Sebab itu kami tidak tawar hati, meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami diperbaharui dari hari ke serhari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. (2 Korintus 4:17-18)

Tawar hati artinya suatu kondisi dimana tidak ada gairah dan semangat hidup lagi, kondisi hidup yang sudah putus asa, kecewa, frustrasi, putus pengharapan, disebab oleh karena tekanan dan pergumulan hidup  yang begitu berat dan berlangsung dalam waktu yang begitu lama. Sangat mudah bagi seseorang menjadi tawar hati dalam mengalami penderitaan dan kesusahan hidup misalnya sedang mengalami suatu sakit yang begitu lama dan tidak kunjung sembuh. Apalagi kalau sudah berdoa sekian lama minta pertolongan dari Tuhan, berdoa minta muzijat Tuhan dinyatakan, tetapi pada kenyataan masalah tetap ada bahkan semakin besar, maka bisa saja hati menjadi tawar. Amsal mengingatkan kita “Jika engkau tawar hati pada masa kesesekan kecillah kekuatanmu”. Amsal 24:10

Paulus dengan Jelas berkata bahwa dia tidak tawar hati menghadapi berbagai penderitaan dan kesulitan hidup. Penderitaan adalah sebuah realitas hidup yang harus dihadapi dengan sudut pandang yang benar. Paulus berkata meskipun tubuh lahiriahnya semakin merosot, manusia batiniahnya diperbaharui dari hari kesehari.Tubuh lahiriah kita semakin merosot seiring dengan bertambahnya usia, semakin tua tentu fisikpun semakin melemah kekuatannya. Mudah terserang oleh sakit penyakit. Tidak ada obat apapun untuk mencegah seseirang menjadi tua, walaupun sekarang ini ada banyak orang mengkonsumi obat-obatan untuk awet muda, atau melakukan operasi plastik supaya tampak lebih mudah, namun pada kenyataanya terima atau tidak tubuh akan semakin tua dan pada saatnya akan kembali kepada debu “...sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kejadian 3:19)

Tubuh lahiriah kita boleh saja merosot seiring dengan berjalannya waktu Tetapi manusia batiniah kita tidak ikut merosot, justru semakin diperbaharui seiring dengan berjalannya waktu manusia batiniah kita semakin kuat seiring dengan bertambahanya iman dan pengenalan kita akan Tuhan. Kunci dari pada kekuatan kita dalam mengahadapi penderitaan adalah manusia rohani/batiniah kita harus semakin kuat. Sehingga walaupun secara fisik menderita namun kita bisa melewatinya dengan baik, tidak patah semangat, ada sukacita Tuhan yang yang menjadi kekuatan kita Nehemia 8:10. Manusia batiniah kita bisa mempengaruhi manusia jasmaniah kita untuk terus semangat menjadi  hidup ini.

Manusia batiniah kita  bersifat kekal dan akan membawa kita bertemu Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa pada saat kedatangan Kristus kelak, orang percaya akan hidup dengan tubuh yang sudah dibangkitkan dan dimuliakan. "Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah." (1 Korintus 15:42-44).

Kalau Paulus menasehati kita untuk tidak tawar hati ditengah pergumulan hidup, Paulus layak dan pantas mengatakannya. Sebab Paulus sendiri telah mengalami seperti apa beratnya tantangan, kesulitan hidup, Paulus telah menyelesaikan pertandingan imannya dengan sangat baik. Perjalanan iman Paulus tidaklah gampang menurut apa yang kita pikirkan. Paulus harus mengalami penderitaan yang begitu hebat sebagai konsekuensi imannya terhadap Kristus, terlebih konsekuensi terhadap berita injil yang harus diberitakan demi keselamatan banyak orang.Tidak jarang Paulus harus mengalami penderitaan hebat terancam untuk dibunuh, kedinginan,  haus dan lapar, sakit yang harus diderita, berulangkali dipenjarakan, dicambuk, dipukuli. Paulus tidak menjadi mundur dari pertandingan yang harus dia jalani. Dia menjadi seorang prajurit yang disiplin, petani yang tekun, olahragawan yang ulet, yang terus menjalani pertandingan itu, terus berlari secara marathon sampai kepada garis akhir dari pertandingan yang Tuhan tetapkan baginya (1 Korintus 9:26, 2Timotius 2:4-6).

Penderitaan Ringan

Bagi rasul Paulus penderitaan yang kita alami adalah penderitaan ringan. Mungkin sebagian kita akan protes pernyataan Paulus, dan berkata ah...Paulus gampang ngomong begitu,  coba merasakan apa yang saya rasakan, coba mengalami kesulitan hidup, beban berat yang mendidihku saat ini pasti tidak akan  berkata bahwa penderitaan kita di dunia ini ringan. Betapa tidak, penderitaan manusia dalam dunia ini seringkali membawanya dalam puncak keputusasaan, kehilangan pengharapan. Ketika penderitaan masih dalam skala kecil mungkin masih bisa menanggungnya, tetapi coba bayangkan masalah dan penderitaan hidup tidak datang bertubi-tubi tiada hentinya dengan skala yang semakin besar.

Tidak gampang memang berkata bahwa penderitaan di dunia ini ringan. Ada banyak orang yang kemudian lari dari imannya kepada Kristus, karena tidak kuat dengan penderitaan yang sedemikia berat, ada banyak orang yang bunuh diri karena persoalan hidup yang tidak bisa ditanggung lagi. Tak terkecuali orang orang Kristen yang kita anggap beriman, bahkan hamba-hamba Tuhan yang telah dipakai dalam pelayanan, menggembalakan gereja besar bisa berakhir dengan bunuh diri karena beban persoalan hidup yang menghimpit.

Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan adalah sebuah realitas yang manusia hadapi dan lalui di dunia ini. Tentu intensitas penderitaan bertingkat-tingkat ada  yang berat, ada yang sedang, ada pula yang ringan. Namun seringkali bahwa berat tidaknya bobot atau intesitas dari sebuah penderitaan tergantung dari orang yang menanggungnya. Tergantung dari pada perspektif orang yang sedang menanggung penderitaan itu sendiri. Kadang penderitaan yang sangat berat menurut si A belum tentu berat menurut si B. Demikian juga sebaliknya, penderitaan ringgan menurut si A bisa jadi berat menurut si B. Kadang ada orang tertentu menggunakan penderitaan justru menjadi kekuatan untuk bisa bangkit dan semakin melejit kehidupannya.

Penderitaan secara umum bisa disebabkan karena berbagai hal, diantaranya karena akibat dari pada perilaku yang buruk dari manusia itu sendiri. Hal ini  bisa seringkali terjadi dalam hubungan dengan sesama manusia, juga bisa hubungan manusia dengan alam yang tidak harmonis sehingga menimbulkan bencana alam. Selain itu penderita bisa diakibat karena konsekuensi dosa yang dilakukan. Dan penderitaan bisa timbul karena konsekuensi terhadap iman kita kepada Kristus dan berita injil. Setiap manusia mempunyai penderitaan dalam konteksnya  masing. Bagi seorang karyawan yang bekerja dikantor punya konteks penderitaan tersendiri. Bagi Seorang ibu yang melahirkan dan membersarkan anak memilki penderitaan tersendiri. Bagi seorang anak yang sedang menempuh pendidikan dibangku sekolah memiliki penderitaan tersendiri.

Kemuliaan Kekal

Bagi Rasul Paulus penderitaan di dunia ini bukanlah sesuatu hal yang dapat membuat kita hidup terpuruk, hidup dalam penyesalan, tidak membuat kita menyerah dan putus asa. Penderitaan harus disikapi dengan positif dan optimis. Hidup tidak selamanya menderita terus, adakalanya mengalami puncak sukacita dan kebahagiaan juga. Itu sudah bagian dari kehidupan manusia. Penderitaan bisa kita ubah menjadi berkat kalau kita memiliki perspektif yang benar terhadap penderitaan itu sendiri. Namun bisa juga menjadi kutuk kalau memiliki perspektif yang salah.

Paulus berkata “sebab penderitaan ringan yang sekarang, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”. Dalam poin ini, Paulus mengajarkan kita untuk melihat penderitaan yang sekarang ini kita alami dari sudut pandang kekalan. Kalau kita melihat persoalan hidup dalam perspekif kekinian jelas akan membuat kita stres, putus asa dan berujung kepada kondisi hati yang menjadi tawar. Penderitaan, kesusahan hidup kita di dunia ini sedang mengerjakan bagi kita  kemuliaan yang sifatnya tidak sementara tetapi kekal, yang jauh lebih mulia dari apapun yang dibanggakan di dunia ini, jauh lebih berarti dari apa yang dunia anggap berarti. Jika dibandigkan dengan kemuliaan kekal yang kelak akan kita terima, rasanya penderitaan yang sementara di dunia tidak ada artinya.

Kita harus memiliki sudut pandang yang seperti ini. Sehingga kendatipun kehidupan kita dalam dunia tidak seperti yang kita harapkan, penuh dengan persoalan dan penderitaaan, tapi tidak mengapa sebab akan ada hadiah kekal yang sedang menanti kita. Ibarat seorang ibu yang mau melahirkan anak, pasti mengalami kesakitan dan menderita luar biasa menjelang sang bayi akan lahir, tetapi ketika sang buah hati itu lahir seakan penderitaan yang sebelumnya dialami sirna begitu saja digantikan dengan sukacita kebahagiaan yang meluap. Apalagi hadiah kekekalan yang akan kita peroleh kelak.

Kemudian Paulus berkata “Kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara,sedangkan yang tak kelihatan kekal”. Paulus tidak meyangkali fakta dari penderitaan yang dialami. Penderitaan, kesusahan hidup, kesakitan, penganiayaan, kelaparan, disakiti, dipukuli, semua itu nyata dia alami. Seperti yang kita alami juga dalam kehidupan setiap hari. Paulus mengatakan bahwa semua itu nyata adanya kita lalui hari lepas hari selama di dunia ini, tetapi sifatnya hanyalah sementara saja, yang segera akan berakhir ketika kita meninggalkan dunia ini. Tetapi disisi lain ada kenyataan yang pasti juga yang harus kita sadari bahwa ada hadiah kekalan yang tidak kelihatan yang sedang menanti kita di depan.

Oleh sebab itu Paulus mengajak kita semua orang percaya walaupun penderitaan itu nyata kita alami hari lepas hari, namun biarlah hati serta pemikiran kita tidak fokus terhadap penderitaan yang sementara itu, biar mata kita tidak berfokus kepada gunung persoalan yang akan membuat kekuatan kita semakin lemah, tetapi berfokuslah kepada apa yang tidak kelihatan yaitu kemuliaan kekal disurga menantikan setiap kita yang telah mengakhiri setiap pertandingan imannya dengan baik. Seorang atlet tidak akan memusingkan dirinya dan mefokuskan perhatiannya kepada kesakitan fisik yang diaalami, seoarang atlet sejati akan terus berlari kendati tubuh lelah,letih, kesakitan tetapi akan terus berjuang berlari begitu rupa mencapai garis akhir untuk meraih hadih yang telah disediakan.....”Aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada yang dihadapanku, berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”. Filipi 3:13-14

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar