Selasa, 12 Mei 2020

APAKAH BAHASA ROH TELAH LENYAP MENURUT 1 KORINTUS 13:10 ?


 Oleh : Hadiran Halawa

Persoalan tentang bahasa roh seakan tidak pernah ada habisnya. Selalu menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan. Terlebih bagi sebagaian orang Kristen  yang tidak pro dengan penggunaan bahasa roh. Pada dasarnya mereka mengakui bahasa roh itu memang ada tertulis dan terjadi dalam Alkitab, tetapi menurut mereka hal itu hanya dialami oleh orang-orang percaya pada saat itu saja (gereja mula-mula), setalah berakhir zaman rasuli maka otomatis bahasa roh dan karunia roh lainnya berhenti.

 Apalagi dengan adanya Kanon Alkitab maka dengan sendirinya Bahasa roh dinyatakan gugur atau lenyap. Bahasa roh yang sekarang digunakan atau dipraktekan oleh gereja Kharismatik bagi mereka bukanlah bahasa roh sesungguhnya seperti yang di Alkitab. Sebab bahasa roh yang seperti itu  sudah tidak ada lagi atau sudah lenyap sejak “yang sempurna tiba” berdasarkan dari perkataan Paulus dalam 1 Korintus 13:10 “Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”. 

Kelompok orang yang berpandangan karunia-karunia roh diantaranya bahasa roh sudah lenyap disebut golongan cessationism. Dan kelompok  yang mendukung karunia bahasa roh masih tetap ada sampai hari ini disebut sebagai golongan continuationism yang pada umunya adalah orang kristen pentakosta-Kharismatik.

Mereka yang menganut pandangan cessationism ini umumnya diwakili oleh orang-orang fundamentalist Calvinist atau Reformed, contoh yang terkenal sekarang ini adalah seperti John MacArthur yang anti pentakosta dan kharismatik yang tahun lalu menyelenggarakan Strange Fire Conference untuk membuktikan kalau orang-orang pentakosta dan kharismatik salah. Tapi tidak semua orang-orang Reformed menganut pandangan ini, mereka ini adalah orang-orang seperti Wayne Grudem, Sam Storms, D.A Carson, John Piper, dll. Orang-orang Puritan juga dianggap kebanyakan orang cessationist tapi dalam suatu interview Wayne Grudem mengatakan bahwa orang-orang Puritan seperti Richard Baxter tidaklah cessationists seperti yang dianggap kebanyakan orang, Wayne Grudem memberikan contoh seperti karyanya Richard Baxter “The Christian Directory” Richard Baxter memiliki pandangan yang sama tentang nubuatan dengan Wayne Grudem (1).

1 Korintus 13:10 adalah menjadi ayat dasar bagi sebagian orang yang mengkritisi penggunaan bahasa roh di jaman sekarang ini. Tidak jarang mereka melakukan serangan dengan tidak segan-segan berkata bahwa bahasa roh yang digunakan gereja sekarang ini adalah bahasa setan dari Iblis. Bahkan ada sebagian diantara mereka yang lebih sadis lagi mengatakan bahwa gereja yang menggunakan bahasa roh adalah gereja sesat. Bentuk-bentuk penghakiman seperti itu tidak jarang kita temukan di buku-buku literatur, tulisan-tulisan di media sosial. Oleh Karenanya penulis sebagai orang kharismatik yang juga menggunakan bahasa roh tertarik untuk mengkaji, apakah benar bahwa bahasa roh yang di dalam alkitab itu sudah lenyap.

Konteks 1 Korintus 13

Kalau kita mau mengerti maksud dari 1 Korintus 13:10 tentu kita harus memahami dengan benar konteks keseluruhan pasal 13, tidak bisa asal main tebak-tebakan. Dengan demikian kita bisa mengerti apa sebenarnya yang hendak dikatakan oleh penulis dalam hal ini Rasul Paulus. Secara singkat tujuan menulis surat kepada jemaat di Korintus adalah untuk menegur jemaat yang saat itu tidak tertib dalam penggunaan karunia-karunia rohani dan cenderung disalahgunakan. Selain itu Paulus menegur jemaat yang hidupnya tidak sesuai kebenaran, banyak diantara jemaat yang hidupnya kacau balau, bermasalah dalam moralitas yang buruk, hubungan seks bebas, penyembahan berhala dan lain sebagainya. Ditengah jemaat yang kondisinya seperti ini Paulus menulis surat untuk menegur mereka supay hidup tertib, hidup dalam kebenaranya, termasuk di dalamnya tidak menyalahgunakan karunia-karunia roh, Karunia roh diberikan bukan ajang untuk sombong-sombongan.

Kemudian Paulus dalam tulisannya menegaskan bahwa diatas dari segala karunia kasihlah yang jauh lebih penting. Kasih yang harus menjadi dasar atau fondasi, motivasi, penggerak, pendorong dari semua karunia-karunia rohani sehingga bisa berdampak menjadi berkat bagi banyak orang. Dari ayat 1-8 Paulus menjelaskan panjang lebar tentang pentingnya kasih dibanding karunia-karunia rohani (ayat 1-3) dan arti dan faedahnya kasih di ayat 4-8). Dalam konteks ini karunia-karunia rohani ada dalam dimensi waktu yang suatu saat akan berhenti sementara kasih itu kekal adanya.

Setelah itu diayat 9-10 Paulus berkata “Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”. Dari ayat ini muncul berbagai spekulasi penafsiran yang pada dasarnya akhirnya berkesimpulan bahwa karunia rohani seperti bernubuat, bahasa roh, karunia pengetahuan sudah lenyap sejak datangnya yang sempurna.

Spekulasi tafsiran pertama: Yang sempurna adalah jemaat yang dewasa

Pendukung dari tafsiran ini beranggapan bahwa “yang sempurna” bisa juga berarti yang dewasa, sehingga mereka memaksudkan yang sempurna itu adalah jemaat yang “matang” atau “dewasa.”

 Kata “yang sempurna” di ayat ini dalam bahasa Yunani (bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru) adalah “teleiov” yang artinya “lengkap”, “sempurna”, “dewasa”. Pengertian secara luas kata ini adalah “telah mencapai tahap akhir atau perkembangan penuh.” Ini berarti telah mencapai kesempurnaan dalam Yesus (Kolose 1:28), telah menjadi dewasa (Efesus 4:13; Ibrani 5:14).

Selanjutnya dalam 1 Korintus 13:11-12, Paulus memberikan ilustrasi (gambaran) tentang keadaan jemaat saat itu yang belum dewasa secara rohani, sehingga sangat diperlukan karunia-karunia rohani untuk membantu jemaat bertumbuh dewasa. Jadi setelah mereka menerima apa yang mereka butuhkan untuk mencapai kedewasaan maka “yang tidak sempurna (karunia-karunia rohani) itu akan lenyap” (1 Korintus 14:10). (2)

 Mengenai mereka yang berpendapat kalau sempurna disini kedewasaan seperti Walter Chantry yang berargumen bahwa di surat 1 Korintus lainnya kata sempurna yang di terjemahkan “sempurna” (τέλειος, G5455) juga biasanya mengacu kepada kedewasaan manusia (1 Korintus 14:20, dewasa dalam pemikiranmu) atau kepada kehidupan kristen yang matang Wayne Grudem berpendapat bahwa tidak setiap kata merujuk kepada hal yang sama setiap kali kata tersebut di gunakan dalam kitab suci – dalam beberapa kasus τέλειος mungkin menunjuk kepada manusia yang “matang” atau “sempurna” dalam kasus lain bisa juga “kelengkapan” atau “kesempurnaan”. Kata τέλειος yang digunakan dalam Ibrani 9:11 mengacu kepada “kemah yang lebih sempurna” – namun demikian kita tidak menyimpulkan kalau kata “sempurna” dalam 1 Korintus 13” mengacu kepada sebuah kemah yang sempurna (3).

Kelemahan dari padangan ini akan susah menjelaskan seperti apa standart kedewasaan jemaat. Adakah orang kristen yang berani mengaku sudah mencapai kedewasaa/sempurna seperti yang dimaksudkna oleh Paulus. Adakah jemaat/orang Kristen sekarang ini lebih dewasa dari gereja mula-mula, termasuk di dalamnya rasul Paulus. Dalam kejujuran Paulus berkata dalam ayat 12 “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka , sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna”

Kalau “yang sempurna” ditafsirkan sebagai jemaat yang dewasa, harusnya Paulus tidak akan begeitu diayat yang kedua belas. Karena tentu Paulus sebagai Rasul jauh lebih dewasa dari jemaat baik pada masa gereja mula-mula maupun dibandingkan dengan jemaat Kristen dimasa sekarang ini. Atau adakah diantara orang percaya yang berkata bahwa dia lebih dewasa dari Rasul Paulus. Lebih lagi Paulus berkata dalam Efesus 4:13 “sampai kita semua mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”. Dari ayat ini cukup memberitahu kita bahwa sebenarnya tidak ada jemaat yang sudah mencapai kedewasaan penuh. Kalau kita mau jujur bahwa sebenarnya jemaat mula-mula barangkali mereka jauh lebih dewasa dalam iman dibanding dengan jemaat sekarang ini. Karena mereka mendengar firman langsung dari para rasul.

 Spekulasi tafsiran kedua: Yang sempurna adalah Alkitab

Para Teolog yang mendukung tafsiran ini seperti  Gromacki dalam bukunya, The Modern Tongues Movement, dan . Merril F. Unger, dalam bukunya New Testamen Teaching on Tongues, juga memilki pandangan yang sama.

Rektor Graphe International Theological Seminary Dr. Suhento Liauw, S. Th., M.R.E., D.R.E., Th. D juga mendukung pandangan bahwa “yang sempurna” merejuk kepada Alkitab yang sempuran Dalam tulisannya  disebuah artike   yang berjudul “Alkitab, Firman yang sempurna”. Suhento Liauw berkata

“Meninjau bahasa asli dari kata YANG SEMPURNA adalah τo τέλειος (to teleion), adalah Adjective, Accusative, Neutral, Singular.  Artinya kata sifat, obyek, benda, dan tunggal. Maka itulah sebabnya di banyak Interlinear kata ini diterjemahkan the perfect thing (BARANG sempurna).

Sebuah barang (benda), bukan Yesus karena kalau yang dimaksud Yesus maka Paulus akan memakai gender maskulin.

Jika dihubungkan dengan konteksnya, berarti berbicara tentang sesuatu yang berhubungan dengan nubuatan, bahasa lidah, dan pengetahuan. Barang sempurna ini datang, ia BERPOSISI menggantikan nubuatan, bahasa lidah, dan pengetahuan.

Kelihatannya sulit untuk menghindari penafsiran bahwa yang dimaksud dengan BARANG SEMPURNA di situ ialah ALKITAB atau firman tertulis (Written  Revelation). Firman tertulis yaitu firman sempurna, selesai (datang) akan sebagai pengganti firman lisan yang tidak sempurna”. (4)

Sehento liauw berpandangan bahwa karena kata “yang sempurna” berbentuk gender netral,  dan juga berupa kata benda maka kata yang sempurna itu lebih tepat kalau merujuk kepada Alkitab karena memenuhi syarat. Namun tafsiran ini juga tidak bisa dipertahankan. Kalau memang  benar kata “yang sempurna” maka pertanyaan kritisnya adalah apakah kita yang saat ini sudah memilki alkitab lebih hebat pengenalan kita akan Allah dibanding gereja mula-mula ?, adakah kita lebih hebat pengenalan akan kebenaran dibanding dengan rasul Paulus yang berkata dalam I Korintus 13:12 “Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal”. Adakah jemaat/orang Kristen zaman sekarang ini yang berani mengakui telah mencapai pengenalan akan Allah dengan sempurna, yang lebih hebat dari Rasul Paulus yang melalui ilham Roh kudus telah menulis kitab terbancanyak dalam perjanjian baru. Mungkinkah pembaca tulisan Rasul Paulis yang telah diilahmi oleh Roh kudus lebih hebat dari pada Penulisnya ?. Secara logika sehat kita tentu akan berkata tidak mungkin itu terjadi.

Wayne Grudem dalam bukunya Systematic Theology mengutip perkataan Martyn Llyod Jones mengenai keberatannya jika kata sempurna itu adalah lengkapnya kanon perjanjian baru:  “Ini berarti anda dan saya, yang memiliki kitab suci terbuka di hadapan kita, lebih banyak mengetahui kebenaran Allah dibandingkan rasul Paulus…ini artinya kita semuanya lebih superior..bahkan dibanding rasul-rasul itu sendiri, dan termasuk rasul Paulus! Ini berarti bahwa kita berada dalam posisi dimana…”kita mengenal, bahkan kita lebih dikenal oleh Allah..sesungguhnya hanya ada satu kata untuk menggambarkan pandangan seperti ini, ini adalah omong kosong”(5)

Tafsiran Suhento Liauw yang berkata bahwa “Yang Sempurna” itu merujuk kepada Alkitab karena alasan kata benda  dan  gender Netral. Ditanggapi oleh Samuel T.Gunawan dengan berkata “ Tidak ada peraturan dalam tata  bahasa Yunani bahwa kata benda netral hanya bisa digunakan untuk menunjukan benda-benda yang tidak ada jenis penunjuk jenis kelaminnya. Kata benda netral atau kata ganti (Pronoun) dapat digunakan untuk menggambarkan benda-benda berjenis laki-laki atau perempuan dan dapat juga digunakan untuk menggambarkan pribadi-pribadi. Contoh kata “Roh” “Pneuma” dalam bahasa Yunaninya merupakan kata benda netral dan secara jelas Kitab Suci menyatakan bahwa Roh bukanlah benda tetapi adalah pribadi yang ketiga dari Allah Trinitas dengan demikian kata benda “Teleosis” atau sempurna (perfektion) dalam ayat ini tidak mengacu pada Alkitab tetapi pada kedatangan Kristus kembali diakhir zaman”(6)

Jadi jelas bahwa hanya karena “yang sempurna” adalah kata benda dan bergender netral maka boleh disimpulkan itu merujuk kepada Alkitab. Lagi pula dalam konteks tulisan rasul Paulus kepada jemaat di Korintus tidak menyinggung hal itu. Dalam hal ini Samule T. Gunawan berkata  “Jika yang dimaksud dengan “yang sempurna” atau “teleios” adalah Alkitab, maka gagasan yang demikian tidak sesuai dengan tujuan Paulus menulis Surat 1 Korintus pasal 13. Ini merupakan suatu gagasan yang asing bagi Paulus maupun jemaat Korintus. Perlu diketahui bahwa kitab terakhir Perjanjian Baru adalah kitab Wahyu yang ditulis paling lambat tahun 90 Masehi atau sekitar 35 tahun setelah Paulus menulis Surat 1 Korintus. Pertanyaannya: Pada waktu Paulus menulis Surat 1 Korintus, khususnya pasal 13 tersebut apakah jemaat Korintus mengerti bahwa kata “yang sempurna” yang dimaksud Paulus itu adalah “kanon Perjanjian Baru” dan apakah yang Paulus maksudkan memang demikian? Jawabannya, tentu saja tidak apabila kita melihat konteksnya secara jujur”.(7)

Spekulasi Tafsiran Ketiga : Yang Sempurna Adalah Kasih

Secara sekilas tafsiran ini kelihatan masuk akal dan sepertinya tepat. Mengingat konteks dari pada 1 Korintus 13 memang berbicara tentang Kasih, terlebih diperkuat lagi kata kasih adalah kata benda yang sama dengan “yang sempurna”. Tetapi kalau mau diteliti lebih lagi, maka tafsiran ini juga sangat lemah dan tidak bisa dipertahankan karena alasan ini:

Bahwa yang sempurna itu adalah sesuatu yang akan datang. Tentu hal ini tidak tepat kalau merujuk kepada kasih. Karena kasih sudah ada dari kekekalan sampai pada kekekalan. Kasih bersifat kekal tidak ada  dalam dimensi waktu. Apakah kasih kita saat ini sudah sempurna ? Apakah orang Kristen jaman sekarang ini lebih hebat dalam mengasihi lebih dari gereja mula-mula bahkan dari rasul Paulus sendiri ?, saya pikir tidak mungkin. Paulsu berkata dalam 2 Korintus 5:14 “ Sebab kasih Kristus telah menguasai kami” Oleh karena kasih itu Paulus dan para rasul lainnya telah telah rela dianiaya, disiksa, dihina, dipenjara, bahkan rela samapai mata demi kasih kepada jiwa-jiwa yang terhilang, memberitakan kasih Kritus kepadanya banyak orang yang tersesat jalannya. Melihat alasan ini maka tidak masuk akal kalau “yang sempuran” itu ditafsiran adalah kasih.

Spekulasi Tafsiran Keempat: Yang Sempurna Adalah Kedatangan Kristus yang Kedua Kali

Mattew Henry seorang komentator Alkitab mendukung pandangan ini dengan berkata “Karunia rohani seperti nubuat, bahasa roh, dan pengetahuan akan lenyap pada akhir zaman ini. Saat itu digambarkan dengan kata-kata "jika yang sempurna tiba" (ayat 1Kor 13:10), yaitu pada akhir sejarah, ketika pengetahuan dan sifat orang percaya menjadi sempurna dalam kekekalan sesudah kedatangan Kristus yang kedua kali (ayat 1Kor 13:12; 1:7). Sebelum saat itu, kita memerlukan Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya dalam jemaat-jemaat kita. Di bagian ini dan bagian-bagian lain dari Alkitab tidak ada petunjuk yang menyatakan bahwa manifestasi Roh melalui karunia-Nya akan lenyap pada akhir zaman rasuli. (8)

Saya sendiri setuju dengan tafsiran ini bahwa “yang sempurna” merujuk kepada kedatangan Yesus yang kedua kali. Hal ini didukung juga dengan pernyataan Paulus sebelumnya  di I Korintus 1:7-8 “Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus”. Dari ayat ini jelas Paulus menyinggung tentang kedatangan Yesus yang kedua kali. Ayat 7 jelas sekali bahwa karunia-karunia rohani termasuk di dalamnya bahasa roh, nubuat, pengetahuan masih tetap ada dunia ini sampai kedatangan Yesus yang kedua kali. Jadi sangat tidak masuk akal kalau ada yang beranggapan bahwa karunia-karunia rohani seperti bahasa roh sudah tidak ada lagi, atau sudah berhenti. Ayat 7-8 tentu masih sangat dekat dan releven dengan alur pemikiran Paulus di 1 Korintus 13:10.

Memahami Dua Analogi yang Digunakan Paulus

Untuk memperjelas tujuan dan maksud dari perkatannya Paulus diayat 10 tentang “saat yang sempurna tiba” maka Paulus menggunkan sebuah ilustrasi atau analogi diayat 11 dan 12. Untuk memahami dengan benar arti dari kedua analogi Paulus kita harus mengerti terlebih dahulu cara menafsirkan sebuah gaya bahasa/majas figuratif. Dalam hal ini Stephen Walangare berkata “Sebelum lebih jauh meneliti dua ilustrasi selanjutnya, ada baiknya kita memahami sedikit tentang cara menafsirkan sebuah majas (gaya bahasa) figurasi. Kekurangpahaman tentang hal ini telah menyebabkan beberapa penafsir melewatkan maksud Paulus dalam dua ilustrasi di ayat 11-12. Yang paling penting, ungkapan figuratif tidak boleh ditafsirkan secara mendetail, seolah-olah tiap bagian dari figurasi itu memiliki arti. Sebuah figurasi seringkali hanya menyampaikan satu makna utama. Berikutnya, poin utama yang diekspresikan dalam sebuah figurasi ditentukan oleh konteks pembicaraan. Sebuah figurasi bisa ditafsirkan secara beragam jika figurasi itu muncul tanpa konteks. Di dalam sebuah konteks, figurasi hanya boleh dipahami secara tertentu. Dengan bekal ini, maka kita mencoba menafsirkan dua ilustrasi yang diberikan Paulus di 1 Kor. 13:11-12.”(9)

Analogi Pertama: Transisi Dari Kanak-Kanak Menuju Dewasa

“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu” I Korintus 13:11.

Ayat ini sarat dipakai oleh pendukung yang bekata bahwa “yang sempurna” itu adalah kedewasaan rohani jemaat. Analogi Paulus  ini tidak boleh ditafsirakan proses dari tidak dewasa rohani menjadi dewasa rohani. Bagi para pendukung pandangan ini berkta bahwa hanya orang-orang yang tidak dewasa dalam rohanilah yang masih menggunkan bahasa roh sementara mereka yang sudah dewasa secara rohani tidak memerlukan bahasa roh sebab merekasudah bisa berkata-kata secara dewasa. Agak aneh dan lucu memang tafsiran sperti ini. Kalau kita ikuti alur logika berpikirnya, apakah mereka yang tidak berbahsa roh itu berani mengklaim dirinya sudah dewasa secara rohani dibanding orang-orang yang berbahasa roh yang katanya masih kanak-kanak rohani. Siapa yang bisa jamin itu, barangkali justru sebaliknya. Saya tidak sedang mengatakan bahwa orang yang berbahasa roh dewasa rohani. Sebab karunia rohani bukanlah tolok ukur kedewasaan rohani seseorang.

Tafsiran seperti ini tentu tidak beresesuaian dengan teks utama yang dibahas Paulus sebelumnya yang menjadi poin utamanya diayat 8-10. Kalau kita melihat ayat tersebut sangat tidak selaras dengan tafsiran ini.

Stepehen Walangare berpendapat “Poin rasul Paulus diayat 8-10 dibagi dalam dua fase yaitu kesementaraan selama kita didunia masih membutuhkan karunia-karunia rohani seperti bahasa roh, nubuat, pengetahuan dan fase kekekalan yang lengkap dan sempurna, dimana semua karunia rohani sudah tidak diperlukan lagi. Dalam hal ini Stephen Walangrange berkata “Kita perlu menggarisbawahi bahwa transisi yang dimaksud Paulus adalah antara kesementaraan hidup di dunia dan kekekalan di surga. Sehingga kalau dia memberi ilustrasi tentang masa anak-anak ke masa dewasa, maka kita bisa yakin bahwa sebetulnya maksud Paulus cukup sederhana. Masing-masing fase hidup membutuhkan perilaku dan karakteristik yang berbeda. Paulus sedang membicarakan tentang kedatangan sesuatu yang sempurna dan kekal (ayat 10). Sebagaimana kita sudah pelajari bersama, hal ini mengarah pada kekekalan di surga. Menafsirkan transisi dari arah kanak-kanak rohani ke dewasa rohani adalah bentuk penafsiran yang tidak sesuai dengan maksud Paulus”.(10)

Lebih lanjut Stephen Walangare menjelaskan “Sekarang kita hidup di dunia yang sementara (fana), tetapi nanti kita hidup di surga yang kekal. Di dalam kesementaraan, kita butuh macam-macam karunia rohani, tetapi kita tidak akan membutuhkannya lagi jika sudah ada di surga. Poin yang coba diajarkan adalah kepantasan sesuatu pada tahap usia atau masa tertentu. Beberapa perilaku akan sesuai dan bernilai positif jika dilakukan di masa tertentu, tetapi akan terkesan berlebihan dan aneh jika dilakukan di masa yang berbeda. Dalam kalimat yang sederhana, ada perbedaan besar antara kanak-kanak (memang untuk anak-anak) dan kekanak-kanakan (untuk orang dewasa yang berperilaku seperti anak-anak). Berbagai karunia rohani hanya sesuai dan bermanfaat untuk masa sekarang di dunia ini. Pada saat orang-orang percaya sudah berada di surga, semua itu tidak diperlukan lagi. Itulah maksud Paulus”.(10)

Hanya dengan menafsikan analogi diayat 11 berbicara tentang transisi kesementaraan di dunia  menuju kekekalan pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali dia akhir zaman, terjadi kesesuaian antara poin utama Paulus dengan analogi yang digunakannya. Dari hasil kajian analogi diayat 11 kita dapat kita diyakinkan bahwa “Yang sempuran” berbicara tentang kedatangan Yesus yang kedua kali.

Analogi Kedua: Melihat Dalam Cermin dan Melihat Muka Dengan Muka

Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti sendiri aku dikenal 1 Korintus 13:12.

Sekali lagi untuk memahami analogi ini harus bergantung dari pada teks utama Paulus diayat 8-10, sehingga kita tidak keluar dari jalur tafsiran yang benar. Tentu kita semua tau bahwa pada umumnya baik zaman kuno maupun dizaman modern sekarang ini cermin digunakan untuk melihat diri kita, terutama bagi kaum hawa yang sering menggunakan cermin untuk bersolek. Lewat cermin kita bisa melihat diri kita apakah ada kotoran di muka atau tidak, lewat cermin kita bisa mengenali apakah rambut kita sudah tertata rapi atau berantakan. Lewat cermin bisa melihat diri kita apakah kurus atau gemuk. Intinya cermin berguna untuk melihat refleksi diri kita.

Namun sebaik dan sebagus apapun cermin dalam merefleksikan diri kita, tetaplah hanya sebatas cermin dan bukan aslinya. Itu yang Paulus maksudkan “Gambaran yang samar-samar”. Artinya sehebat apapun cermin dalam merefleksiakn tubuh kita tetap tidaklah sejelas kalau tilihat secara tatap muka dengan muka, bisa melihat secara sempurna dari berbagai sudut dengan sempurna. Dalam Yakobus 1:23 Gambaran Firman sebagai cermin. Firman Allah adalah cemin dari kehidupan kita dan pengenalan kita akan Allah. Akan tetapi sejelas apapun pewahyuan Allah melalui firmannya yang tertulis, tetaplah hanya sebatas “cermin” yang tidak akan sama kalau nanti kita langsung bertemu muka dengan muka dengan Dia, pada kedatangan Yesus yang kedua kali.

Stephen Walangare  berkata “Demikian juga dengan pengenalan kita akan Allah dalam dunia ini, sebagu apapuStephen Walangrange menanggapi “Paulus menambahkan “gambaran yang samar-samar” lalu mengontraskan dengan pertemuan secara langsung (muka dengan muka). Seolah tidak ingin memberi celah sekecil apapun untuk kesalahpahaman, Paulus menerangkan pengetahuan parsial yang kita miliki sekarang dengan pengetahuan lengkap di surga. Dengan kata lain, betapapun beningnya cermin, refleksi yang dihasilkan tetaplah tidak sempurna”. (12)

Melihat muka dengan muka harus dipahami artinya berhadapan dengan Tuhan secara langsung dan  pribadi. Zac Poonen guru alkitab berkata cara menafsirankan alkitab adalah dengan membandingkan ayat dengan ayat lainnya di Alkitab. Dalam Alkitab ada beberapa ayat yang menunjukan bawah Melihat muka dengan muka artinya melihat Tuhan secara langsung dan secara pribadi. Keluara 33:11 “Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya”. Ulangan 5:4 “Tuhan telah berbicara dengan berhadapan muka dengan kami di gunung dan di tengah-tengah api”. Hakim-hakim 6:22 “Maka tahulah Gideon, bahwa itulah malikat TUHAN, lalu berkata: “Celakahlah aku, Tuhanku ALLAH! Sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka”. Wahyu 22:4 “Dan mereka akan melihat wajah-Nya”. Ayat-ayat tersebut cukup membuktikan bahwa maksud Paulus melihat muka dengan muka artinya, melihat Allah secara pribadi dalam kepenuhannya, kapan itu bisa terjadi ? tentu saat Yesus datang yang kedua kali dan kita hidup dalam kekekalan bersama dengan Tuhan.

Kesimpulan :

Dari hasil kajian penulis terkait pernyataan Paulus dalam 1Korintus 13:10 bahwa Frasa “Yang sempurna” itu merujuk kepada kedatangan Kritus yang kedua kali dimana kita akan bertemu muka dengan muka dengan Dia, dalam kekekalan kita akan mengenal Tuhan dengan sempurna. Sekarang ini sampai akhir zaman kita ada dalam kesementaraan yang membutuhkan karunia-karunia rohani seperti karunia bahasa roh, bernubuat dan kata-kata pengetahuan  untuk mempelengkapi anggota tubuh Kristus dalam pelayaanan selama dibumi, untuk saling menguatkan dan bertumbuh bersama dalam pengenalan akan Allah menuju kesempurnaan. Anggapan sebagaian orang percaya yang mengatakan bahasa roh dan karunia rohani lainnya sudah lenyap adalah salah total dan mempercayai penafsiran yang jelas keliru.

Catan-Catatan :


(1). Continuationism and Cessationism: An Interview with Dr. Wayne Grudem

http://www.challies.com/interviews/continuationism-and-cessationism-an-interview-with-dr-wayne-grudem 

(2) http://charismatic-exposed.blogspot.com/2011/11/bahasa-roh-atau-bahasa-lidah-tongue.html

(3) Wayne Grudem, Systematic Theology Chapter 52, Gifts of the Holy Spirit: (Part 1) General Question

(4) Alkitab, Firmna yang sempurna : Artikel Dr. Suhento Liauw, S. Th., M.R.E., D.R.E., Th. D

 https://www.kristenalkitabiah.com/alkitab-firman-yang-sempurna/

5) [4] Wayne Grudem, Systematic Theology Chapter 52, Gifts of the Holy Spirit: (Part 1) General Questions

(6). Bahasa Roh (Glossolalia) Dalam Persepektif Kharismatik: Pdt. Samuel T.Gunawan

 https://teologiareformed.blogspot.com/2018/12/bahasa-roh-glossolalia-dalam-perspektif.html

(7). Ibid

 (8). Comentary Alkitab : Mattew Henry

https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=46&chapter=13&verse=8

(9). Eksposisi 1 Korintus 13:8-12 bagian 2 : Stephen Walangare
https://www.kompasiana.com/stephenwalangare/5b16072dcaf7db081e0659c2/eksposisi-1-korintus-13-8-12-bagian-2?page=2

(10).Ibid

(11). Ibid

(12). Ibid


1 komentar:

  1. Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31, sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :

    Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "

    Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha

    Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "

    Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha "

    Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.

    Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema

    " . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
    ( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )

    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱

    BalasHapus